PembukaanÂ
 Hubungan antara sastra dan masyarakat sangat erat dan saling memengaruhi. Sastra bukan hanya berfungsi sebagai karya seni yang menghibur, tetapi juga sebagai cermin sosial yang mencerminkan kondisi masyarakat pada masa tertentu. Secara keseluruhan, sastra dan masyarakat memiliki hubungan yang saling mengisi dan saling mempengaruhi. Sastra mencerminkan keadaan dan perkembangan masyarakat, sementara karya sastra juga berpotensi mengubah dan memengaruhi cara pandang serta perilaku masyarakat.
PembahasanÂ
Teori Lucien Goldmann,dengan teori strukturalisme genetik dan pandangannya mengenai karya sastra sebagai cermin ideologi dan pandangan dunia suatu kelompok sosial, dapat diterapkan dalam analisis karya sastra Indonesia untuk memahami hubungan antara sastra dan konteks sosial-budaya yang melatarbelakanginya.
Studi kasus dalam teori ini salah satunya adalah "Bumi Manusia" karya Pramoedya Ananta Toer. "Bumi Manusia" adalah sebuah novel ynag menggambarkan kehidupan di indonesai pada akhir abad ke-19,pada masa penjajahan Belanda. Dalam novel ini, Minke menghadapi berbagai tantangan, termasuk diskriminasi rasial, ketidakadilan sosial, dan pertarungan ideologis antara kolonialisme dan perjuangan untuk kebebasan. Goldmann akan menganalisis karya ini dengan menghubungkan karakter dan narasi dalam Bumi Manusia dengan pandangan dunia (worldview) kelompok sosial tertentu yang ada pada waktu itu---khususnya, kelas terpelajar pribumi yang mulai menyadari ketidakadilan dan mulai berjuang untuk kebebasan.
Penerapan teori Goldmann yaitu:
Pandangan dunia: Dalam konteks Bumi Manusia, karya ini merefleksikan pandangan dunia kelompok pribumi terpelajar yang mulai menyadari penindasan yang mereka alami di bawah kolonialisme Belanda. Minke, sebagai tokoh utama, adalah simbol dari generasi pribumi yang terpelajar dan berusaha menyusun identitas serta tempatnya dalam masyarakat yang terbelah. Karya ini menggambarkan dua kelas sosial yang bertentangan---kelas penguasa kolonial (Belanda) dan kelas pribumi yang terjajah---serta perjuangan untuk mengubah kondisi sosial tersebut.
Konflik ideologi dan kelas sosial: Dalam hal ini, Bumi Manusia menggambarkan konflik antara ideologi kolonial Belanda yang ingin mempertahankan dominasi mereka dan ideologi kelas pribumi yang mulai sadar akan hak-hak mereka dan berjuang untuk kebebasan. Dalam karya ini, Minke bertindak sebagai agen perubahan yang ingin meruntuhkan struktur sosial yang menindas.
Peran pngarang dalam mewakilii kelompok sosial: Menurut Goldmann, pengarang bukan hanya menciptakan karya sastra berdasarkan pandangan pribadi, tetapi juga dipengaruhi oleh posisi sosialnya dalam masyarakat. Toer, yang berasal dari keluarga priyayi dan kemudian dipenjara oleh pemerintah kolonial, dapat dipandang sebagai bagian dari kelompok sosial yang berusaha menuntut keadilan bagi kelas pribumi. Karya-karya Toer, termasuk Bumi Manusia, mencerminkan pandangan dunia kelas terpelajar pribumi yang berjuang untuk hak-hak mereka dan menentang penindasan.
Strukturalisme genetik dan keterkaitan dengan kondisi sosial: Dalam Bumi Manusia, konteks sosial kolonial yang penuh ketidakadilan menjadi latar belakang utama, yang terlihat jelas melalui ketegangan antara kelas sosial yang berbeda. Perjuangan Minke untuk memahami realitas sosial dan mempertanyakan legitimasi sistem yang ada menggambarkan bagaimana struktur sosial kolonial Indonesia berpengaruh terhadap perkembangan karakter dan ideologi dalam karya ini.
PenutupÂ
Dari novel bumi dan manusia karya pramoedya ananta toer kita dapat memahami lebih banyak menai hubungan antara sastra dan masyarakat serta pentingnya masyarakat dalam mmahami nilai sastra yang terkandung di dalamnya. Agar kita dapat mencontoh refleksi sosial yangterkandung di dalam sastra itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H