Jalan jalan adalah kesukaan bagi semua orang apa lagi anak anak remaja. Kota udang Cirebon, yang terkenal dengan kesakeralan dan aroma mistis serta peninggalan peninggalan zaman dahulu masih di rawat tertata rapih meskipun beberapa yang tidak abadi runtuh hanya tertinggal cerita.
Tujuan utama sebenarnya bukanlah mencari kisah kisah misteri menyeramkan yang mampu menaikan bulu kuduk setiap jiwa, hanya di bekali dorongan rasa penasran ingin tahu yang begitu dalam apa salahnya mencari hal hal yang menyenangkan.
Bertujuan mengikuti Hunting Photography pada tahun 2018 untuk memenuhi tugas UAS dua minggu setalah hunting di selenggarakan kampus ATVI yang bertempat di jl. Daan Mogot No. 11, RT.10/RW. 1, Kedoya Utara, Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11520. Serta memenuhi tugas UAS Creative Writing untuk memuat tulisan Future pada Kompasiana.com
Kraton Kesepuhan Cirebon
Semuanya tampak biasa, tidak ada petanda hal-hal aneh atau gerakan penampakan menyeramkan hari itu hanya terik matahari yang membuat malas membidik momen terbaik, hanya rasa haus dan panas mungkin sebaiknya bukan hari ini untuk mencari kisah kisah menyeramkan itu.
Pemandangan pagar batu bata merah, pintu pintu bangunan yang tua serta berbagai pohon besar yang rindang di tiup angin, rasanya antara panas dan sejuk menjadi satu. Pintu yang tua, atap kayu yang tua membawa semua hasrat pada kisah-kisah menyeramkan zaman dahulu mungkin sebuah cuplikan film Suzana atau sebuah kisah orang sakti pada tahun 90-an atau juga kisah film Remake.
Hasrat hanya membuat khayalan mistis datang menemani hingga larut hingga waktu habis dan panas terik matahari berkurang keringat itu kering. Percayalah cuaca berubah menjadi sahabat mengantarkan kering sejuk yang damai saat terduduk dalam saung jajanan khas Cirebonan suasana yang tak bisa di lupakan di balut dengan keramaian keramahan penduduk kota apakah masih ada waktu untuk membangkitkan semangat? Sungguh hari pertama yang tak begitu membosankan.
TPI Bondet
Tempat pelelangan ikan, menempuh tempat ini harus berjalan kaki sehat di bawah terik matahari sejauh 4km saat itu pukul 14:00 WIB Tentunya semua orang tahu bahwa ini saat waktunya matahari bersinar terang membakar semua orang yang berjalan kaki sehat, Sungguh apakah ada alternative lain? Selain berjalan kaki?
Mungkin itu keluh kesah bagi orang orang lemah yang tidak biasa membakar lemak dengan menenteng beban berat tripod dan kamera serta air mineral 450ml mungkin jika di total akan mencapai berat 1kg atau justru lebih dari itu.
Setalah sampai dengan membawa lelah keringat bercucur deras betapa sungguh terkejutnya dengan kenyataan tempat yang tidak sama wujud asli dengan foto yang beberpa hari lalu di tampilkan pada kesempatan Breafing sebelum keberangkatan Hunting, sangat begitu mengecewakan merasa sia-sia lelah berjalan kaki membuat berfikiran meruginya berjalan sejauh 4km dengan pemandangan yang biasa saja dan aroma bau amis menyengat.
Di setiap kekurangan pastilah ada kelibihan,kelebihan lain dari tempat tersebut sangat nyaman untuk berkhayal setitik dengan sapaan angin yang sejuk, banyak beberapa mahasiwa terombang ambing acak rambutnya tapi semuanya tertawa nyaman, banyak sekali para nelayan yang sibuk mencuci kapal menurunkan muatan berisi ikan yang hendak akan di jajahkan selain itu kesibukan menjemur ikan di bawah terik matahari.
Begitu menyesali atas kenyamanan yang dituaikan suasana mendukung lelah untuk beristirahat, hanya mendapatkan desas desus dari seorang yang tak asing ia bernama Ade Sholahudin salah satu orang BAAK ia sudah tidak asing dengan kejadian gaib bisa di bilang memiliki kekuatan spiritual yang jarang di miliki beberapa orang, sangat beruntung bagi mereka yang mengharapkanya atau tidak bagi mereka yang tak begitu mengaguminya. Hanya sebuah desas desus yang konon katanya pada perkampungan nelayan
Para penduduk hanya datang pada saat pagi hari pada pukul 08:00-04:00 WIB. Sudah di amati memang tiada pemukiman rumah warga, ada satu bangunan kantor tempat di jadikanya proses pelelangan ikan dan beberapa bangunan yang terbuat dari kayu seperti gubuk gubuk bertengger itu hanya di gunakan untuk dagangan minuman ringan.
Satu lagi sebuah rumah yang di tempati penghuninya pada saat pagi hari dan sore hari penghuin tersebut akan bergegas pulang saat waktu sudah menujukan pukul 16:00 WIB kisah ini tidak banyak di ketahui banyak orang mungkin hanya lingkup perkampungan desa tesebut.
Museum Perundingan Linggarjati Kuningan Jawa Barat
Setelah berjalan mengintari lorong lorong pintu bangunan sedikit kagum dengan potret foto mengisahkan masa lalu rasanya ingin masuk pada waktu itu, mungikn akan melihat bagaimana gagahnya seorang Presiden pertama kita Ir. Soekarno atau melihat rindang rindang sejuk pemandangan asri yang belum ternodai asap kendaraan seperti sekarang ini, atau sebuah pemandangan gaya nyentrik orang zaman dahulu.
"selama bapak menjaga tempat tua ini beserta prerabot tua yang ada apakah pernah mengalami gangguan gangguan jahil dari penghuni sekitar?"Â
"pernah namun hanya seperti orang berjalan kaki merangkak, karena setiap malam para warga skitar ikut serta jaga malam mereka bergabung sampai pagi hari, jadi rasanya tidak terlalu kesepian karena permalamnya  piket hanya dua orang petugas jaga"
Jawabnya  beliau menambahkan "kita sebagai manusia harus percaya adanya mahluk penunggu tersebut"Â
Beliau mengaku belum sempat di mimpikan sang presiden pertama RI, "belum sempat di mimpikan walaupun saja sudah belsan tahun menjaga tempat ini, karena beliau dahulu tidak benar benar tinggal tiga hari dalam perundingan beliau hanya semalam saja bersinggah istirahat".Â
Informasi berikutnya membuat tak percaya bahwa semua bangunan museum ini dahulu tidak benar benar beridiri kokoh ada satu ruangan yang di hancurkan oleh penduduk sekitar karena benci atas perilaku orang orang belanda dan jepang walaupun begitu ada salah satu seorang warga yang melarangnya untuk di hancurkan semua.
Alasannya agar dapat di abadikan kenangan bersejarah dengan itu semua bangunan yang hancur runtuh di bangun ulang dan di duplikat bentuknya seperti semula, jadi salah satu ruangan ada yang tidak asl  ruangan tersebut kini menjadi kantor museum.
Tidak hanya sebuah bangunan yang di duplikat ulang, makin bertambahnya umur bangunan tersebut makin banyak perbaikan perbaikan yang tidak begitu signifikan. Perbaikan itu paling menonjol pada sprei dan sarung bantal yang berwarna putih pada dua kasur dahulunya menjadi tempat peristirahatan Ir. Soekarno "memang sprei dan sarung bantal beberapa bulan di ganti jika warnanya sudah menguning atau kelam hitam berdebu"
 begitulah pengalaman yang banyak meninggalkan bekas merinding hingga suasana itu masih membekas ketika mencerutakan ulang dalam sebuah tulisan
Selesai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H