Mohon tunggu...
TRI MULYANI
TRI MULYANI Mohon Tunggu... -

SAYA ASLI SUNDA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memanusiakan Manusia

24 Februari 2014   02:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:32 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Manusia adalah makhluk yang berakal budi, dengan kata lain manusia adalah makhluk yang memiliki moral. Namun, dewasa ini apa yang terjadi pada manusia? Dimana moral yang selama ini menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk hidup lainnya? Kini manusia tak jauh beda dengan binatang, ketika moral tak lagi dijunjung tinggi. Moral dijabarkan menjadi sebentuktakaran dari sifat dan perilaku manusia saat menjalankan fungsi kemanusiaannya di alam raya ini. Moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral digambarkan sebagai tulang punggung dalam diri manusia, mengapa? Karena moral dapat memengaruhi segala aspek kehidupan manusia, seperti ekonomi, hukum, politik sosial dan budaya. Dari sebagian kerusakan dari bidang-bidang tersebut biasanya rusak dan hancur disebabkan oleh moralitas. Hal ini menunjukkan bahwa moral menjadihal yang sangat vital dalam kehidupan manusia.

Yang lebih miris lagi, generasi muda yang seharusnya menjadi motor pergerakan bangsa justru memiliki jumlah persentase paling tinggi dalam memberikan sumbangsihnya atas fenomena degradasi moral yang saat ini menjadi buah bibir. Padahal jika kita ingat semboyan dari bung Karno yang menyatakan bahwa “ beri aku 1000 orang tua maka akan kucabut semeru dari akarnya, dan beri aku 10 pemuda maka akan kugoncangkan dunia”. Berkaca dari semboyan tersebut, tentu para generasi muda yang dimaksud adalah generasi muda yang revolusioner dan berkepribadian luhur. Karena pada dasarnya generasi muda sekarang adalah pemimpin pada masa yang akan datang. Generasi mudalah nantinya yang akan berdiri di garda depan dalam menghadapi persaingan era global. Akan tetapi, pada realitasnya, keadaan moral bangsa ini cukup mengkhawatirkan. Bangsa ini sedang terombang-ambing pada sebuah samudera kahancuran.

Lalu langkah seperti apa yang harus kita ambil? Akankah kita hanya diam saja melihat bangsa ini terpenjara dalam keterpurukan? Tentu kita akan mengatakan “tidak". Kita harus mencari solusi agar bangsa ini tidak terbelenggu dengan adanya degradasi moral. Bagaimana caranya? Pertanyaan seperti itu pasti lantas muncul dalam benak kita. Pertama, kita ketahui dulu hal-hal pembentuk moral. Dalam ilmu sosiologi kita mengenal adanya agen sosialisasi, ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, lembaga pendidikan sekolah, dan media masa. Menurut Gertrudge Jaeger, peran para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar, karena anak sepenuhnya berada dalam lingkungan keluarga terutama orang tuanya sendiri. Jadi dari penjelasan tersebut karakter atau moral seseorang dapat dibentuk pertama kali dalam keluarga. Selain didalam keluarga, proses sosialisasi juga dapat terjadi dalam hubungan teman bermain.Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat, sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirirnya karena sebaya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajarinilai-nilai keadilan. Proses sosialisasi juga tidak hanya terjadi dilingkungan informal, tetapi juga terjadi dilingkungan formal seperti sekolah. Dalam lembaga pendidikan sekolah (pendidikan formal), seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement),universalisame, dan kekhasan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa.

Selain dengan cara-cara yang dipaparkan diatas kita juga dapat memperbaiki moral dengan cara menyeimbangkan tiga kecerdasan yaitu kecerdasan IQ (Intelegent Quotient), EQ (Emotional Quetient), dan SQ (Spiritual Quetient).

Ketiga kecerdasan diatas (IQ, EQ, SQ) merupakan suatu sistem yang harus bekerja secara bersamaan, ketiganya harus berjalan secara seimbang. IQ dibutuhkan untuk menentukan setiap rencana yang akan kita ambil, EQ dibutuhkan untuk mengontrol emosi diri dan SQ dibutuhkan untuk mengontrol kecerdasan IQ dan EQ, bahkan SQ didefinisikan sebagai kecerdasan tertinggi. Namun sayangnya, kebanyakan dari kita mengenyampingkan SQ dan lebih mengutamakan untuk mengejar IQ. Dan hasilnya adalah seperti para orang-orang berdasi yang memakan uang rakyat. Mereka itulah yang kita kenal dengan KORUPTOR. Maraknya koruptor yang bermunculan khususnya di bumi pertiwi ini disebabkan karena mereka hanya mengedepankan IQ saja, tanpa dibarengi dengan EQ dan SQ. ketiga kecerdasan tersebut ibarat pondasi didalam sebuah bangunan, jika pondasi tersebut tidak kuat maka robohlah bangunan tersebut. Untuk itu harus ada integrasi diantara ketiganya.

Mulai saat ini kita semua harus sepakat untuk kembali membangun moral yang baik, kita akan menyadarkan diri kita untuk membangun karakter bangsa. Indonesia sesungguhnya memiliki generasi emas dan potensi besar lainnya. Mari kita sama-sama membangun karakter bangsa yang berkulaitas, menumpas karakter buruk yang sedang membelenggu bangsa. SALAM PERUBAHAN !!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun