Mohon tunggu...
Tri Hatmoko
Tri Hatmoko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Orang kampung dari lembah Sembuyan, Penikmat music kroncong, campur sari dan pop jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Penggantungan Itu

13 Januari 2014   14:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kesunyian kembali meraja saat sang pemuda mengakiri kata - katanya, lalu berjalan dengan gagahnya mendekat ke arah kaki menara. Di sana seutas tali menjuntai dari puncaknya, siap mengantarkannya ke alam kebanggaanya. Saat matahari sepenggalah tingginya, tubuhnya tergantung gagah di puncak menara. Sisa senyum dan kebanggaan akan pilihannya, masih tersisa di antara kesakitan derita penghantar ajalnya.

Seluruh warga kota raja mematung memandang tubuh tak bernyawa di puncak menara kota raja. Mereka masih belum percaya, pemuda gagah telah berani menepati janjinya walaupun harus mengorbankan nyawanya, demi kesejahteraan, keadilan dan kebahagiaan warga kota raja dan seluruh anak cucunya.

(Hanya fiksi semata)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun