Mohon tunggu...
Tri Hatmoko
Tri Hatmoko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Orang kampung dari lembah Sembuyan, Penikmat music kroncong, campur sari dan pop jawa.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tabloit Bola: Blatter Nyinyir

19 Desember 2012   06:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:23 1640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Blatter Nyinyir begitu salah satu sub judul dari salah satu artikel di tabloi BOLA  edisi 2.442.  Judul yang aneh pikir saya.  Kata nyinyir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti mengulang - ulang perintah atau juga bisa berarti cerewet. Lalu dalam hal apa Blatter ketua FIFA itu bisa dikatakan cerewet atau mengulang - ulang perintah?

Setelah membaca lebih lanjut, tabloit itu memuat kutipan pernyataan Blatter yang berbunyi "Anda bisa membayangkan mereka memiliki dua federasi sepak bola, dan memiliki liga yang bagus, tapi pemain tak bisa membela timnas!" Apakah kutipan ini yang dimaksud dengan nyiyir? Kalau memang iya, dimana letak nyiyirnya ( baca : perintah berulang - ulang atau cerewet )?  Setahu saya Blatter tidak banyak memberikan pernyataan dalam hal persepak bolaan kita,  bahkan cenderung pelit. Kalau dia memang cukup cerewet pastilah  pernyataan - pernyataannya akan selalu memenuhi kabar di media masa, sebab kita tahu betapa pentingnya posisi dia dalam hal FIFA membuat keputusan. Tapi baik juga kalau kita membandingkan dengan Rita Subowo, Tono Suratman, Joko Pekik  atau yang lainnya anggota tim yang dibentuk menpora itu. Seberapa sering mereka membuat pernyataan tentang kisruh dunia sepak bola kita? Coba bandingkan siapa yang lebih tepat dikatakan nyinyir?

Sangat disayangkan saja!  Media olah raga sekaliber Tabloit BOLA pastinya tidak asal dalam memilih kata, walaupun itu 'hanya' sub judul. Atau ini sebuah kesadaran dan kesengajaan yang mencerminkan pilihan sikapnya?

Dalam hal pemberitaan konflik dunia persepakbolaan di tanah air, saya salut dengan Kompas. Media ini begitu hati - hati dan konsisten dalam pemberitaan. Di tengah kebingungan yang menyelimuti masyarakat oleh karena simpang siurnya berita, Kompas tetap memilih memberitakan PSSI dari kepengurusan yang diakui oleh FIFA.  Ini terlihat jelas saat persiapan menjelang Piala AFF yang lalu.  Kompas  konsisten memilih memberitakan timnas yang dilatih Nil Maizar dan mengabaikan yang lain.  Menurut saya KOMPAS memang layak menjadi kompas!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun