PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR Â SISWA KELAS VII PADA MATERI SISTEM TATA SURYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Lingkup mikro pendidikan diwujudkan melalui proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Proses ini berlangsung edukatif. Melalui proses belajar mengajar inilah peserta didik akan mengalami proses perkembangan kearah yang lebih  baik dan bermakna agar hal tersebut dapat terwujud maka diperlukan suasana proses belajar mengajar yang kondusif bagi peserta didik dalam melampaui tahapan-tahapan belajar secara bermakna dan efektif sehingga menjadi pribadi yang percaya diri, inovatif dan kreatif (Surya, 1992: 179).
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah memperbaiki dan mengubah kurikulum yang digunakan di sekolah. Saat ini diluncurkan Kurikulum 13 yang menggantikan Kurikulum 2006, padahal belum semua sekolah dapat melaksanakan Kurikulum 2006. Akan tetapi apapun jenis dan nama kurikulum yang digunakan, keberhasilan pembelajaran di sekolah bergantung pada implementasinya dalam pembelajaran oleh guru. Guru merupakan faktor yang berpengaruh sangat besar dalam proses belajar mengajar, bahkan sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar.
Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan intelektual siswa. Dalam lembaga formal proses reproduksi nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar mengajar sejumlah mata pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak adalah mata pelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya.
sains merupakan cara mencari tahu tentang alam sekitar secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan sains bermanfaat bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Idealnya, pembelajaran sains digunakan sebagai wahana bagi siswa untuk menjadi ilmuwan, terutama siswa Sekolah Menengah Pertama. Melalui pembelajaran sains di sekolah siswa dilatih berpikir, membuat konsep ataupun dalil melalui pengamatan, dan percobaan.
Berdasarkan hal tersebut, tergambar jelas tugas yang harus diemban guru-guru di sekolah dasar. Untuk mewujudkan keinginan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama yang tertuang di dalam kurikulum, para guru mengemban amanat yang sangat besar. Untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan kurikulum, guru harus mampu menjadi fasilitator dalam pembelajaran Sains, dan mampu menciptakan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswanya. Dalam pembelajaran, guru harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik secara aktif agar siswa mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi, dan kebenaran ilmiah.
Belajar bukan hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga pengetahuan awal siswa. Pengetahuan ini tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget yang mengatakan bahwa belajar merupakan proses adaptasi terhadap lingkungan yang melibatkan asimilasi, yaitu proses bergabungnya stimulus ke dalam struktur kognitif. Bila stimulus baru tersebut masuk ke dalam struktur kognitif diasimilasikan, maka akan terjadi proses adaptasi yang disebut kesinambungan dan struktur kognitif menjadi bertambah.
Guru sebagai ujung tombak yang menentukan keberhasilan pendidikan dan pengajaran di sekolah, sepertinya belum dapat mengantisipasi keadaan dan keperluan siswa. Sebagian guru SMP masih menggunakan pembelajaran pola lama, yaitu proses pembelajaran satu arah yang didominansi oleh guru melalui metode ceramah dan masih kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran, guru hanya bersikap sebagai pelaksana tugas dalam pembelajaran, bukan memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswanya. Guru pun jarang menciptakan model pembelajaran sains dengan pengamatan langsung, percobaan, ataupun simulasi. Akibatnya, sains dianggap sebagai pelajaran hafalan. Padahal, pembelajaran sains dapat menjadi wahana bagi siswa untuk berlatih menjadi ilmuwan, mengembangkan menumbuhkan motivasi, inovasi, dan kreativitas sehingga siswa mampu menghadapi masa depan yang penuh tantangan melalui penguasaan sains. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru tidak boleh mendominasi pembelajaran di dalam kelas, dengan menganggap siswa tidak memiliki pengetahuan awal. Siswa tidak boleh dicekoki dengan hafalan, melalui transfer hal-hal yang tercantum dalam buku teks. Akan tetapi, siswa harus dilatih berpikir dan membuat konsep berdasarkan pengamatan dan percobaan. Jika siswa memberi input, guru harus mau menerimanya dan jangan memutus proses eksplorasi berpikir siswa hanya karena tidak sesuai dengan buku pegangan. Untuk menjadi ilmuwan ataupun untuk belajar diperlukan independensi berpikir. Oleh karena itu, guru seharusnya kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga mampu memenuhi keperluan pembelajaran untuk setiap siswanya.
Dengan demikian jelas bahwa tahap berpikir anak usia SMP Â harus dikaitkan dengan hal-hal nyata dan pengetahuan awal siswa yang telah dibangun mereka dengan sendirinya.
Sehubungan dengan hal tersebut metode mengajar yang digunakan oleh guru hendaknya bervariasi sesuai dengan tujuan dan materi yang diajarkan. Dengan metode yang bervariasi inilah siswa akan begairah dalam belajar secara inovatif dan kreatif. Metode yang digunakan dalam interaksi belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan kelancaran proses pembelajaran.
Usaha untuk meningkatkan pemahaman siswa memerlukan metode yang efektif dan efisien. Selain itu, diperlukan pula media pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar, media memiliki peran yang sangat penting menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media audio visual dalam pembelajaran mengenai sistem tata surya diharapkan membangkitkan rasa ingin tahu dan minat siswa serta motivasi untuk belajar, juga dapat mempermudah siswa dalam memahami materi dan informasi yang disampaikan. Dengan demikian, penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media audio visual diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai tata surya pada siswa kelas VII.
Pada  pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang Tata Surya menunjukkan hasil belajar yang kurang memuaskan. Sebagian besar siswa memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan belajar minimal yang sudah ditentukan.
B. Identifikasi Masalah
Selama proses pembelajaran berlangsung , sebagian besar siswa kurang bersemangat mengikutinya, dan ketika diberikan soal-soal latihan mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakannya, hal ini terjadi karena para siswa belum memahami materi pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru.
Hasil tes yang diperoleh dari jumlah siswa sebanyak 34, hanya 17 siswa yang mendapatkan nilai di atas 6 atau sekitar 60 %. Siswa yang mendapat nilai di bawah 6 sebanyak 17 siswa atau sekitar 40%. Hasil tes ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan karena masih di bawah standar ketuntasan minimal, hal ini mengisyaratkan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap materi  pelajaran masih rendah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis mencoba untuk mengidentifikasi faktor penyebab kurang berhasilnya proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan sehingga hasil belajar siswa rendah. Ada  beberapa masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran, yaitu :
Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran hal ini dapat dilihat dari hasil tes yang masih di bawah standar KKM;
Teknik pembelajaran mengenai sistem tata surya kurang bervariasi;
Siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran
C. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, penulis mencoba menganalisis penyebab rendahnya hasil belajar siswa, diantaranya :
    1.  Mengapa hasil belajar siswa rendah ?
Mengapa penguasaan materi pelajaran siswa dalam proses pembelajaran rendah ?
Mengapa siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran?
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis masalah di atas, maka yang akan menjadi fokus perbaikan pembelajaran adalah :
1.  Apakah pengunaan metode demonstrasi dengan dan  media audio visual dapat meningkatkan pemahaman mengenai sistem tata surya pada siswa  kelas VII J
 E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian tindakan kelas yang terdapatÂ
pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :
1. Â Untuk meningkatkan pemahaman mengenai sistem tata surya pada siswa kelas VII melalui penggunaan metode demonstrasi dan media audio visual.
F. Manfaat perbaikan
1.Manfaat bagi siswa, untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai sistem tata surya.
2.Manfaat bagi guru, untuk mengembangkan potensi guru dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan metode demonstrasi dengan menggunakan media audio visual.
3.Manfaat bagi sekolah, untuk meningkatkan kualitas pendidika
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode DemonstrasiÂ
Menurut Drs. Lukmanul Hakim, M.Pd.,dalam bukunya Perencanaan Pembelajaran (2007) mengungkapkan bahwa strategi dan metode dalam proses pembelajaan. Strategi adalah siasat melakukan kegiatan. Kegiatan dalam pembelajaran yang mencakup metode dan teknik pembelajaran.
Yang dimaksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya atau bekerjanya suatu proses atau langkah-langkah kerja dari suatu alat atau instrumen tertentu kepada siswa.Â
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstrasi cukup baik apabila digunakan dalam penyampaian bahan pelajaran sains dan teknologi, misalnya : bagaimana cara kerja suatu mesin cuci atau apa yang terjadi jika suatu balon berisi air bakar dengan api dsb.Â
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode demonstrasi :Â
1. Â Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa. misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.Â
2. Â Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga. Â
3. Â Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas karena alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.Â
4. Â Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis tetapi dapat membangkitkan minat siswa.
5. Â Guru harus dapat memperagakan demonstrasi dengan sebaik-baiknya, karena itu guru perlu mengulang-ulang peragaan di rumah dan memeriksa semua alat yang akan dipakai sebelumnya sehingga sewaktu mendemonstrasikan di depan kelas semuanya berjalan dengan baik.
Â
Kelebihan metode demonstrasi adalah :Â
1. Â Perhatian anak didik dapat dipusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat di amati.Â
2. Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang didemonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain.Â
3. Â Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar.
4.Dapat menambah pengalaman anak didik.
5.Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan.
6.Dapat mengurangi kesalah pahaman karena pengajaran lebih jelas dan kongkrit.
7. Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung.
Kelebihan metode demonstrasi adalah :Â
1. Â Memerlukan waktu yang cukup banyak.Â
2. Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien.Â
3. Â Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya.
4.Memerlukan tenaga yang tidak sedikit.
5.Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.
Â
Langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah:Â
a. PerencanaanÂ
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah :Â
1). Â Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir.Â
2).Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di laksanakan.
3).Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan
4).Selama demonstrasi berlangsung guru harus instrospeksi diri apakah :Â
(a). Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswaÂ
(b). Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelasÂ
(c). Siswa membuat catatan-catatan yang dianggap perluÂ
5). Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didikÂ
b. Pelaksanaannya:Â
Hal-hal yang di lakukan adalah :Â
1.Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya
2.Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
3.Mengingat pokok materi yang akan didemonstrasikan agar mencapai sasaran
4.Memperhatikan keadaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik
5.Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif
6.Menghindari ketegangan
7.Evaluasi; dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut baik di sekolah maupun di rumah.Â
Media Audio Visual
Perkembangan dan kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi telah membawa pengaruh yang besar dalam dunia pendidikan. Pendidikan pada dasarnya memiliki fungsi dan tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan pembelajaran yang mendapat dukungan media pendidikan yang tepat dan efektif.Â
Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar. Penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum dan kemampuan siswa. Sebelum menggunakan media sebagai sarana penunjang pembelajaran, guru memiliki pengetahuan dan pemakaian media tersebut.
Media berarti wadah atau sarana. Dalam bidang komunikasi, istilah media yang sering kita sebut sebenarnya adalah penyebutan singkat dari media komunikasi.
Menurut Gagne (1970) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, seperti ; buku, film, kaset, film bingkai dan lain-lain. Menurut Kosasih Djahiri (1999) berpendapat bahwa media adalah sesuatu yang bersifat materiel -- inmaterial atau behavioral atau personal yang dijadikan wahana kemudahan, kelancaran serta keberhasilan proses hasil belajar.
   Menurut Dr. Arief S. Sadiman, MSc.dkk, dalam bukunya " Media Pendidikan ( pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya ) " menjelaskan bahwa kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar dari pengirim ke penerima pesan.
Aristo (2004:13) menjelaskan secara umum dalam proses pembelajaran media memiliki fungsi yang sangat penting yaitu memperlancar interaksi antara siswa dan guru sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Kamp, Dkk (1985) dalam Aristo (2004:13-15) mengidentifikasi beberapa manfaat dalam pembelajaran, yaitu :Â
1) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.Â
2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.Â
3)Proses pembelajaran menjadi lebih intensif.Â
4)Efisiensi dalam waktu dan tenaga.Â
5)Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.Â
6) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.Â
7) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.Â
8) Mengubah pesan guru kea rah yang lebih positif dan peroduktif.
Banyak batasan yang diberikan para ahli mengenai media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan ( Association of Education and Communication Technology/AECT ), membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Sementara Gagne ( 1970 ) berpendapat bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa tersebut untuk belajar. Briggs (1970) menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga protes belajar terjadi.
Media komunikasi sangat berperan dalam mempengaruhi perubahan masyarakat. Televisi dan radio adalah contoh media yang paling sukses menjadi pendorong perubahan. Audio-visual juga dapat menjadi media komunikasi. Penyebutan audio-visual sebenarnya mengacu pada indra yang menjadi sasaran dari media tersebut. Media audiovisual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak sasaran (penonton). Produk audio-visual dapat menjadi media dokumentasi dan dapat juga menjadi media komunikasi. Sebagai media dokumentasi tujuan yang lebih utama adalah mendapatkan fakta dari suatu peristiwa. Sedangkan sebagai media komunikasi, sebuah produk audio-visual melibatkan lebih banyak elemen media dan lebih membutuhkan perencanaan agar dapat mengkomunikasikan sesuatu. Film cerita, iklan, media pembelajaran adalah contoh media audio-visual yang lebih menonjolkan fungsi komunikasi. Media dokumentasi sering menjadi salah satu elemen dari media komunikasi. Karena melibatkan banyak elemen media, maka produk audio-visual yang diperuntukkan sebagai media komunikasi kini sering disebut sebagai multimedia.
Media audio visual merupakan salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran menyimak. Media ini dapat menambah minat siswa dalam belajar karena siswa dapat menyimak sekaligus melihat gambar. Aristo (2004:56) menjelaskan bahwa fungsi media pembelajaran, khususnya media audio visual bukan saja berfungsi menyalurkan pesan, melainkan membantu menyederhanakan proses penyampaian pesan yang sulit sehingga komunikasi dapat menjadi lancar. Dengan uraian di atas media audio visual sangat berguna dan membantu pencapaian tujuan pembelajaran.
Asnawir (2002:57-58) menjelaskan bahwa media audio visual memiliki kesanggupan untuk; pertama menembus ruang dan waktu, kedua menerjemahkan pesan menjadi satuan esensial, ketiga memberikan pengalaman sosial dan emosional, keempat memberikan motivasi, kelima memperjelas pemahaman.
B.Sistem Tata Surya
Tata surya adalah matahari dan keluarga benda antariksa yang mengedarinya. Tata Surya terdiri dari sebuah bintang yang disebut Matahari (dalam sistem tatasurya kita) dan semua objek yang mengelilinginya. Dalam tata surya kita, objek yang mengelilingi matahari sebagai pusat tata surya itu adalah planet bersama satelitnya yang mengorbit secara elips, meteor, komet, asteroid, dan planet-planet kecil.
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.
Menurut sumber lain tata surya adalah Sebuah tata surya terdiri dari satu Matahari dan semua benda angkasa yang beredar mengelilinginya. Matahari adalah bintang yang menghasilkan cahayanya sendiri. Benda yang mengedari bintang dinamakan planet. Sebagian besar planet memiliki satelit (bulan) yang berjalan mengelilinginya. Dalam tata surya kita semuanya terdapat sembilan planet yang mengedari matahari.
Sebuah planet dapat dibagi menjadi dua kelompok: planet besar serta planet kecil. Merkurius, Venus, Bumi dan mars membentuk kelompok empat planet yang kecildan sejenis bumi. Keempat planet ini terdiri dari materi yang kerapatan rata-ratanya empat atau lima kali kerapatan air. Yupiter, Saturnus dan Neptunus jauh lebih besar daripada planet-planet sejenis Bumi. Jari-jari Yupiter lebih dari sebelas kali jari-jari Bumi, dan volumenya kira-kira 1320 kali lebih besar. Saturnus mempunyai jari-jari 60400 km; ini hampir 10 kali jari-jari Bumi.Yupiter serta Saturnus mempunyai banyak satelit. Uranus mempunyai jari-jari yang panjangnya 23700 km, sedangkan Neptunus mempunyai jati-jari 22300 km. Pluto mempunyai jari-jari 3200 km; ini berarti bahwa Pluto lebih kecil dari Mars.
Anggota tata surya terdiri dari :
1.Matahari.
Matahari merupakan bintang yang terdekat dengan bumi dan menjadi pusat dari tata surya dengan jarak rata-rata dengan bumi sekitar 150 juta km. Lain halnya dengan bumi, zat penyusun utama dari matahari adalah gas yang memiliki suhu permukaan sekitar 6.000 C, sedangkan pada bagian inti matahari mempunyai suhu 15.000.000 C. Kala rotasi matahari adalah 25,04 hari dan gravitasinya sangatlah besar, sekitar 27,9 kali gravitasi bumi dengan massa 333.000 kali massa bumi.
2.Planet.Â
Planet adalah suatu benda gelap yang mengorbit sebuah bintang yaitu matahari. Dalam tata surya kita, didasarkan pada bumi sebagai pembatas, planet dibedakan menjadi 2, yaitu :Â
a. Planet Inferor: yaitu planet yang orbitnya berada didalam orbit bumi mengelilingi matahari yaitu : Merkurius dan  VenusÂ
b.Superior: yaitu planet yang orbitnya berada diluar orbit bumi mengelilingi matahari yaitu : Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto
3.Asteroid.Â
Asteroid adalah benda langit kecil dan padat yang terdapat dalam sistem tata surya. Asteroid adalah contoh dari sebuah planet kecil akan tetapi masih jauh lebih kecil dari sebuah planet. Asteroid ini berada dalam sebuah sabuk antara planet Mars dan Jupiter dan disebut sebagai sabuk Asteroid. Selama 200 tahun, Ceres masih merupakan asteroid terbesar sebelum ditemukannya asteroid yang lebih besar pada 23 Agustus 2001 dan terlihat atau diamati oleh manusia berada didekat orbit Pluto. Nama dari asteroid ini adalah KX 76
4.Komet.Â
Komet adalah benda luar angkasa dalam tata surya yang mirip dengan asteroid, akan tetapi hampir seluruhnya terbentuk dari gas dan debu yang membeku. Komet memiliki orbit terhadap matahari dengan lintasan elips, namun lebih lonjong dari orbit planet. Ketika Lintasan komet ini mendekati bagian dalam tata surya, ia memiliki ciri khusus yang dapat dilihat dengan kasat mata apa bila jarak komet ini dengan bumi cukup dekat dalam lintasannya, yaitu ekor komet. Ekor komet terbentuk dari menguapnya lapisan es dan debu terluar dari komet tersebut karena radiasi dari matahari. Arus debu dan gas yang dihasilkan dari radiasi ini membentuk suatu lapisan atmosfer tipis disekeliling komet tersebut (Coma) dan akibat tekana radiasi dan angin matahari pada coma ini, maka terbentuklah ekor raksasa yang selalu menjauhi matahari. Komet bergerak mengelilingi matahari berkali-kali, tetapi peredarannya memakan waktu yang sangat lama. Komet yang terkenal dan dapat dilihat secara kasat mata ketika orbitnya mendekati matahari adalah komet Halley, yang mengorbit matahari setiap 76 tahun sekali.
5.MeteorÂ
Meteorid, dan Meteoroid. Meteor adalah Asteroid yang masuk kedalam atmosfer bumi dan menjadi panas dan berpijar karena gesekan dengan atmosfer bumi. Orang biasa menyebut benda ini sebagai bintang jatuh. Meteorid adalah sisa-sisa meteor yang dapat mencapai permukaan bumi. Sedangkan Meteoroid adalah batuan dalam ruang antar planet yang berukuran kecil hingga sedang      ( sebesar gerbong kereta api )
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
SUBYEK PENELITIAN
1. Â Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengenai sistem tata surya yaitu di SMP N 1 Losarang, yang berada di wilayah  Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
2. Â Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan perbaikan terdiri dari 3 siklus, yang dilaksanakan selama bulan April 2021 Jadwal perbaikan sebagai berikut :
3. Â Karakteristik Siswa
Usia siswa di sekolah SMP yaitu sekitar 13 -- 15 tahun. Masa ini merupakan masa sekolah dan siap untuk belajar. Pada masa ini anak telah mampu mengembangkan psikologi kognitif yang harus dikembangkan secara kongkret
Ada dua tingkatan kelas pada siswa  SMP yang sesuai dengan masa intelektuanya. Masa ini sangat menentukan masa berikutnya karena lebih mudah mendidik, antara lain :
a.Masa kelas rendah siswa SMP ( kelas VII )
Ciri-ciri masa kelas rendah sekolah dasar yaitu :
1). Adanya korelasi positif antara pertumbuhan dengan prestasi di sekolah
2). Memenuhi peraturan-peraturan / regulasi tradisional
3). Suka membandingkan dirinya dengan anak lain
4). Hal yang bersifat konkret mudah dipahami
5). Mampu mengingat, berbahasa dan berkembang lebih cepat
Deskripsi Per Siklus
Selama perbaikan pembelajaran dilaksanakan penulis selaku peneliti yang bertindak sebagai observer mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan mencatat hal -- hal yang penting untuk perbaikan pembelajaran. Data--data selama 3 siklus pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengenai sistem tata surya.Â
Prosedur perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan mengacu kepada tahap Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas VII.Â
Dalam melaksanakan proses perbaikan pembelajaran, penulis melakukan berbagai persiapan mencari jalan untuk mengatasi dan memperbaiki masalah tersebut dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :
1.Menyusun skenario pembelajaran atau Rencana Pelaksanaan PembelajaranÂ
       (RPP).
2.Merumuskan tujuan pembelajaran.
3.Menetapkan metode dan media pembelajaran.
4.Menyiapkan instrumen evaluasi.
1. Â Langkah-langkah yang ditempuh pada perbaikan pembelajaran
a. Â Siklus I
1).Rencana Perbaikan
Adapaun rencana perbaikan yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut :
(a). Mengamati proses belajar mengajar di kelas
(b). Penulis mengumpulkan data berupa peristiwa dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa
(c). Melakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui keinginan mereka untuk belajar.
(d). Melakukan pemeriksaan kembali dokumen yang ada seperti rencana persiapan mengajar dan soal evaluasi.
2).Pelaksanaan Perbaikan
(a). Guru memberikan materi pokok tentang matahari sebagai pusat tata surya.
(b). Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang matahari sebagai pusat tata surya.
(c). Siswa dan guru melakukan tanya jawab dan guru memberikan soal-soal latihan.Â
(d). Siswa mengerjakan soal latihan.
(e). Membahas soal latihan bersama-sama.
(f). Diakhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran dan memberikan tindak lanjut berupa PR.
3).Pengamatan/Pengumpulan Data/Instrumen
(a). Dalam proses belajar mengajar siswa kurang aktif dan masih ada yang bermain dengan temannya.
(b).Anak masih ada yang tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.
(c).Guru kurang memantau siswa saat mengerjakan latihan atau tugas yang diberikan.
4).Refleksi
(a). Hasil evaluasi pada siklus ini dengan rata-rata masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 59 yang seharusnya 60.
(b). Siswa yang banyak bermain di kelas dan mengganggu temannya diberi teguran oleh guru.
(c). Masih adanya siswa yang tidak dapat menyelesaikan tugas karena belum tepatnya penggunaan metode pembelajaran.
b. Â Siklus II
Pada siklus II penulis menyampaikan materi tentang planet-planet dalam tata surya.
1). Rencana Perbaikan
(a). Pengkondisian siswa.
(b). Menyiapkan alat peraga berupa gambarÂ
(c). Menggunakan metode tanya jawab dan latihan.
(d). Membuat soal evaluasi.
2).Pelaksanaan Perbaikan
(a).Guru memberikan motivasi kepada siswa yang belum memahami materi pelajaran.
(b).Memberikan penjelasan materi pelajaran tentang anggota tata surya.
(c).Siswa diajak mengamati gambar anggota tata surya.
(d).Siswa diminta menyebutkan anggota dari tata surya.
(e).Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada guru.
(f).Diakhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran, memberikan tindak lanjut, memberikan tuga berupa PR serta menutup pelajaran.
3).Pengamatan/Pengumpulan Data/Instrumen
(a).Memberikan penguatan kepada siswa yang dapat menyelesaikan tugas dan memberikan semangat bagi siswa yang belum menguasai materi pelajaran.
(b).Menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.
4).Refleksi
a).Awal pembelajaran yang baik dapat meningkatkan semangat belajar.
b).Penggunaan media yang tepat dapat memudahkan pemahaman materi.
c).Mengadakan penelitian hasil sebagai perbandingan dari hasil sebelumnya dan sebagai bahan untuk penentu hasil berikutnya.
c.Siklus III
1).Rencana perbaikan
Pada siklus ini penulis menekankan rencana perbaikan pembelajaran dengan metode demonstrasi dengan menggunakan media audio visual.
(a).Pengkondisian siswa
(b).Menyampaikan tujuan pembelajaran
(c)Guru menyiapkan media audio visual berupa tayangan gambar tentang sifat dan keadaan 8 planet dalam tata surya Â
(d).Mengadakan tanya jawab seputar materi yang akan di bahas.
(e).Mengoreksi kembali dokumen yang ada seperti persiapan mengajar dan lembar evaluasi.
2).Pelaksanaan Perbaikan
(a).Guru memberikan motivasi kepada siswa yang belum memahami materi pelajaran.
(b).Memberikan penjelasan materi pelajaran tentang profil dari 8 planet dalam tata surya.
(c).Siswa diajak mengamati tayangan gambar melalui media LCD yang menunjukkan sifat dan keadaan 8 planet dalam tata surya.
(d).Siswa diberi pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan isi tayangan gambar dengan tujuan agar siswa lebih mengerti tentang materi yang dipelajari.
(e).Siswa diberi tes yang sudah dipersiapkan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaannya terhadap materi yang sudah dipelajari.
(f).Diakhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran, memberikan tindak lanjut, serta menutup pelajaran.
3).Pengamatan/Pengumpulan Data/Instrumen
(a).Penggunaan media audio visual sesuai dengan rencana pembelajaran.
(b).Menggunakan metode demonstrasi sehingga membuat siswa belajar lebih menyenangkan.
4).Refleksi
(a).Awal pembelajaran yang baik dapat meningkatkan semangat belajar.
(b).Penggunaan media yang tepat dapat membuat siswa lebih antusias dalam belajar.
(c).Dengan penggunaan metode demonstrasi melalui media audio visual dapat menigkatkan prestasi dan penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari.
BAB Â IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Deskripsi Per Siklus
1.Hasil Pengolahan Data dan Pengamatan.
Penelitian dilaksanakan di kelas VII J SMP N 1 Losarang. Peneltian ini yang dilakukan pada 3 siklus pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam   ( IPA ) tentang Sistem Tata Surya. Waktu yang digunakan untuk setiap kali pertemuan adalah 80 menit.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari pembelajaran siklus pertama hingga yang ke-tiga menunjukkan adanya perubahan baik pada diri siswa, hasil belajar maupun kemampuan profesionalisme gurunya.
Dari data pada siklus I menunjukkan bahwa walaupun hasil rata-rata kelas mencapai nilai 60 ternyata masih ada siswa yang belum tuntas karena mendapatkan nilai di bawah KKM. Siswa yang mendapat nilai 100 dan 90 tidak ada, siswa yang mendapat nilai 80 hanya 6 orang (22,97%), siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 11 orang (36,84%), siswa yang mendapatkan nilai 60 sebanyak 6 orang (17,22%), siswa yang mendapatkan nilai 50 sebanyak 6 orang (14,35%), siswa yang mendapatkan nilai 40 sebanyak 3 orang (5,75%), siswa yang mendapatkan nilai 30 sebanyak 2 orang (2,87%),. Berdasarkan hasil yang dicapai tersebut maka siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 17 orang yaitu sekitar 59,81%. Sedangkan yang tidak mencapai ketuntasan belajar sebanyak 17 orang yaitu sekitar 40,19%.
Dari data pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan yang semula rata-rata kelas mencapai nilai 61 tetapi pada siklus II rata-ratanya mencapai 68. Hasil tes pada siklus II siswa yang mendapat nilai 100 tidak ada, siswa yang mendapat nilai 90 berjumlah 1 orang (3,90%), siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 9 orang (31,17%), siswa yang mendapatkan nilai 70 sebanyak 13 orang (39,40%), siswa yang mendapatkan nilai 60 sebanyak 6 orang (5,58%), siswa yang mendapatkan nilai 50 sebanyak 3 orang (6,49%), siswa yang mendapatkan nilai 40 sebanyak 2 orang (3,46%). Berdasarkan hasil yang dicapai tersebut maka siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 23 orang yaitu sekitar 74,47%. Sedangkan yang tidak mencapai ketuntasan belajar sebanyak 11 orang yaitu sekitar 25,53%.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI