Mohon tunggu...
TRI WULANDARI
TRI WULANDARI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

REBAHAN

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Teori perkembangan moral yang dikemukakan Lawrence kohlberg

18 Januari 2025   04:34 Diperbarui: 18 Januari 2025   04:34 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahap 4: Orientasi pada Pemeliharaan Sistem Sosial

Pada tahap keempat, individu mulai mengembangkan pandangan yang lebih luas tentang moralitas dalam konteks hukum dan ketertiban sosial. Pada titik ini, individu menghargai pentingnya aturan dan sistem sosial untuk menjaga tatanan masyarakat yang stabil. Mereka berpendapat bahwa aturan dan peraturan harus dihormati karena mereka menjaga keseimbangan sosial dan mencegah kekacauan. Tindakan yang benar, menurut pandangan mereka, adalah yang sesuai dengan norma hukum yang berlaku. Sebagai contoh, seseorang yang berada pada tahap ini mungkin menilai bahwa membayar pajak adalah hal yang benar karena itu adalah kewajiban untuk mendukung keberlanjutan sistem sosial dan ekonomi negara, meskipun mereka pribadi tidak selalu setuju dengan cara pajak tersebut digunakan.

Tingkat 3: Pasca-Konvensional

Pada tingkat ini, individu mulai mengembangkan pemahaman moral yang lebih kompleks, yang didasarkan pada prinsip-prinsip etika yang lebih tinggi, dan kadang-kadang bahkan mengutamakan keadilan universal. Mereka memahami bahwa moralitas bukan hanya tentang mematuhi aturan sosial atau hukum, tetapi tentang menciptakan prinsip-prinsip yang lebih adil dan lebih bermakna yang dapat diterapkan secara lebih luas dan independen dari keadaan sosial tertentu.

Tahap 5: Orientasi pada Kontrak Sosial dan Hak Individu

Pada tahap kelima, individu memahami bahwa hukum dan aturan sosial itu penting, namun hukum juga bisa bersifat relatif dan bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Pada tahap ini, seseorang mulai berpikir bahwa aturan harus didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan hak. Mereka percaya bahwa individu harus memiliki kebebasan untuk memilih cara hidup mereka, asalkan tidak merugikan orang lain. Moralitas di tahap ini berfokus pada pencapaian keadilan sosial dan menghargai hak individu. Sebagai contoh, seseorang yang berada pada tahap ini mungkin akan mendukung perubahan undang-undang yang lebih memperhatikan hak-hak minoritas atau kesetaraan gender, meskipun peraturan tersebut mungkin tidak sesuai dengan hukum yang ada pada saat itu.

Tahap 6: Orientasi pada Prinsip Etika Universal

Tahap keenam adalah tingkat moralitas yang paling tinggi dan paling kompleks. Di tahap ini, individu mengembangkan prinsip moral yang bersifat universal dan diterima oleh semua orang, terlepas dari hukum atau aturan yang ada. Moralitas berdasarkan pada keadilan, hak asasi manusia, dan prinsip-prinsip etika yang bersifat universal. Individu di tahap ini mungkin melakukan tindakan yang tidak populer atau melanggar hukum jika mereka percaya bahwa itu untuk kebaikan yang lebih besar atau untuk memajukan nilai-nilai etika yang lebih tinggi. Sebagai contoh, seseorang yang berada pada tahap ini mungkin akan memperjuangkan hak-hak asasi manusia meskipun bertentangan dengan hukum yang berlaku atau norma sosial setempat. Mereka lebih memperhatikan prinsip keadilan yang mendalam daripada mematuhi aturan yang ada.

Pentingnya Teori Kohlberg dalam Psikologi dan Etika

Teori perkembangan moral Kohlberg telah memberikan kontribusi besar dalam bidang psikologi perkembangan dan pendidikan moral. Kohlberg menekankan bahwa moralitas adalah suatu proses perkembangan yang bersifat bertahap dan bahwa individu tidak hanya mengikuti aturan yang diberikan oleh otoritas, tetapi juga mulai mengembangkan pemahaman mereka sendiri tentang keadilan dan etika.

Namun, meskipun teori ini memberikan kerangka yang berguna untuk memahami perkembangan moral, teori ini juga mendapat kritik. Salah satu kritik utama terhadap teori Kohlberg adalah kecenderungannya untuk mengabaikan peran emosi dan hubungan interpersonal dalam pengambilan keputusan moral, serta bias gender dalam pengembangan tahapan moralnya, yang lebih menekankan nilai-nilai yang lebih maskulin, seperti keadilan, daripada nilai-nilai feminin, seperti kasih sayang dan perhatian terhadap hubungan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun