Mohon tunggu...
Tri KumalaBintang
Tri KumalaBintang Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

saya suka menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lukaku

25 Juni 2024   23:19 Diperbarui: 25 Juni 2024   23:24 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi-pagi sekali bapak mau pergi ikut kakak ke rumahnya yang jaraknya lumayan jauh dari rumah kami. Bapak sudah rapi dengan bajunya yang lama, sudah lama bapak tidak memakai baju kemeja yang dahulu selalu dimasukkannya. pada pagi hari itu ia mengenakannya kembali bapak sangat rapi dengan baju kemeja dimasukkan pakai celana panjang yang biasa ia kenakan dan tidak lupa tali pinggang yang selalu melekat pada tubuhnya. 

Mukanya yang berseri melihatku entah kenapa aku tidak mau melihatnya lama-lama seperti ada yang menusuk jantungku pada saat itu tapi aku tidak boleh terlihat sedih di depan bapak aku harus semangat demi bapak aku tidak mau bapak sedih karena yang ku lihat pada pagi hari itu bapak sangat senang.

Sebelum mereka berangkat bapak berpesan kepada ku. "adek dirumah aja ya jaga ibu, sehat-sehat ya jangan sakit lagi bapak pergi dulu" ucapnya dengan suara yang lirih.

Sejujurnya aku menyesal kenapa aku tidak memeluknya ketika bapak mau pergi. Pada saat bapak pergi pagi itu aku tidur lagi sampai aku terbangun saat mendengar kakak dan ibuku sudah menangis sambil melihat hp aku penasaran dan saat aku lihat bapak sudah tidak sadarkan diri dengan alat-alat medis yang sudah melekat ditubuhnya suaranya pun terputus-putus aku tidak sanggup melihatnya dan mulai menjauh dari kakak dan ibuku.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang tak berapa lama saudaraku yang di kampung datang rombongan ke rumahku saat itu langit mendung menandakan hujan sebentar lagi akan turun hingga suara handphone ibuku berdering ternyata kakak pertama ku menelpon. 

"halo, ibu bantu doa ya bapak sudah susah nafasnya" ujar kakak pertama ku sambil menangis.

"iya kak ibu dirumah dari tadi berdoa buat kesembuhan bapak". ibu yang sudah lemas hanya bisa menangis sambil berdoa.

Hari sudah sore suasana dirumah saat itu tiba-tiba mendadak menjadi tegang semua orang diam dan berdoa untuk kesembuhan bapak.

"kak susul bapak ke rumah sakit ya kasihan kakak disana jaga sendirian dia pasti bingung" kata ibuku yang menyuruh kakak kedua ku berangkat kerumah sakit.

Tanpa berpikir panjang kakak kedua ku pun pergi menyusul kakak dan bapak ke rumah sakit. 

Entah kenapa perasaanku sore itu tidak enak aku gelisah terus, sampai tak lama handphone ibu berdering lagi ternyata kakak pertama ku yang menelpon.

"bu, ibu udah ikhlas kan" dengan suara yang lirih sambil menahan tangisnya.

"iya kak ibu sudah ikhlas" sambil menangis.

Saat mendengar itu darahku rasanya berhenti, aku mencoba mencermati kata ibuku sampai aku sadar ketika mendengar semua orang menangis tangis ku pada saat itu juga pecah, aku menangis sejadi jadinya hingga aku tak sadarkan diri. 

Akhirnya waktu yang sangat aku tidak suka itu datang juga. Entahlah bagaimana bisa aku melanjutkan hidupku tanpa bapak akupun bingung.

Ternyata hari itu adalah hari terakhir kalinya melihat wajah bapak yang teduh, terakhir kali aku melihat senyumnya, terakhir kali aku mendengar suaranya, terakhir kalinya aku mendengar bapak memanggil aku adik
dan itu benar-benar akhir dari segalanya
aku kehilangan laki-laki hebatku untuk selama-lamanya, laki-laki yang sangat aku sayang pergi meninggalkan ku selamannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun