Hanya saja bagi sepakbola Jerman, baik itu di klub maupun timnas Jerman, seperti sebuah kesialan jika dipimpin oleh Pierluigi Collina.
Klub Jerman, Bayern Muenchen kalah di final liga Champions 1999, tim nasional Jerman pernah kemasukan 5 gol dari Inggris, kemudian kalah lagi di final piala dunia dari Brazil, semua saat Collina memimpin pertandingan.
***
Akhir pekan lalu kita menyaksikan final AFF U 23 antara Indonesia vs Vietnam. Pertandingan yang menarik, hanya saja wasit dan hakim garis seperti tidak melihat saat Nguyen Hong Phuc menyikut wajah Halkal Al Hafiz dengan keras. Â Berkali-kali kita juga melihat peragaan permainan kasar dari team Vietnam.
Media-media Malaysia menyoroti sikutan itu seperti kelakuan Doan Van Hau (pemain senior Vietnam) . Paling kita ingat tentu tekel Doan Van Hau yang membuat Evan Dimas Darmono terpaksa menepi di final sea games 2019. Â Sepertinya Doan Van Hao dan timnas Vietnam menjadi musuh bersama suporter Malaysia dan Indonesia.
Beberapa peristiwa yang tidak terpantau wasit di gelaran AFF U 23 seharusnya membuat wasit dan asisten wasit berlisensi FIFA asal Indonesia untuk terus belajar dan berbenah agar kepemimpinan nya tidak merugikan tim yang bertanding. Â
Ajang liga 1, kompetisi sepakbola level tertinggi di Indonesia bisa dijadikan sarana untuk terus mengupgrade kemampuan. Jika harus belajar menjadi wasit yang baik, lihatlah Pierluigi Collina, meski tanpa dibantu VAR (Video Assistant Referee) jarang terlihat kesalahannya saat memimpin pertandingan.
Wasit yang baik juga bisa memberi rasa aman kepada dua  tim yang sedang bertanding karena tahu apapun kejadian di lapangan kedua tim akan mendapatkan keputusan terbaik dari wasit yang memimpin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI