Mohon tunggu...
Treyza Fernanda
Treyza Fernanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga

Hanya seseorang yang menyukai buku dan hujan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengatasi Burnout: Mengembalikan Semangat Pada Masa Gap Year SNBT

21 Desember 2024   21:00 Diperbarui: 21 Desember 2024   21:00 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Liburan Bersama Keluarga (Sumber: Dokumen pribadi)

Di zaman yang sudah sangat cepat untuk mendapatkan informasi ini, kesehatan mental merupakan isu sosial yang terus berkembang dan mulai mendapat perhatian lebih oleh banyak orang di Indonesia. Apalagi untuk siswa tahun terakhir di jenjang SMA. Mereka mendapatkan tekanan berupa tugas akhir yang harus diselesaikan, ujian-ujian, hingga ekspektasi mereka tentang SNBT yang mana merupakan tantangan terbesar mereka. SNBT (Ujian Tulis Berbasis Komputer) merupakan masa krusial dan puncak tantangan yang harus dihadapi oleh siswa kelas 12 dan pejuang gap year. Oleh karena itu, hal ini adalah faktor utama mereka, terutama gap year, mengalami gangguan kesehatan mental, salah satunya burnout.

 Menurut WHO, burnout adalah suatu sindrom akibat dari stress kronis dari suatu tugas berat yang belum terselesaikan. Masa gap year seringkali menjadi waktu yang penuh tekanan. Setelah bertahun-tahun belajar, banyak siswa mengalami burnout atau kelelahan mental yang membuat mereka kehilangan semangat. Selain kehilangan semangat dalam belajar, burnout juga memiliki ciri-ciri lainnya, yaitu selalu merasa kelelahan, munculnya rasa tidak berguna, sakit kepala yang berdampak pada masalah tidur hingga depresi.

Ada beberapa cara efektif untuk menghilangkan burnout, seperti istirahat yang cukup, berolahraga, meditasi, atau beristirahat dengan melakukan kegiatan yang disenangi seperti hobi. Selain dengan cara-cara yang telah disebutkan, ada salah satu cara lain yaitu dengan liburan bersama keluarga.

Liburan keluarga seperti bermain ke pantai, wahana permainan, atau aktivitas menyenangkan lainnya membantu meningkatkan suasana hati yang baik untuk kesehatan mental. Liburan keluarga akan lebih berkualitas apabila liburan tersebut di laksanakan di tempat yang dekat dengan alam.

Dengan melakukan liburan bersama keluarga, kita bisa melepas sejenak rutinitas atau masalah yang sedang dihadapi. Selain itu, setiap momen liburan keluarga juga bermanfaat sebagai kenang-kenangan dan pengalaman positif yang bisa diceritakan kemudian hari. Hal ini tentunya dapat mempererat hubungan kekeluargaan. Liburan di tempat baru, apalagi di tempat-tempat yang memanjakan mata, sangat bermanfaat untuk menenangkan pikiran dan mengembalikan semangat anak dalam menghadapi masa SNBT.

Daftar Pustaka

WHO. (2019). Burn-out an "occupational phenomenon": International Classification of Diseases. Https://Www.Who.Int/News/Item/28-05-2019-Burn-out-an-Occupational-Phenomenon-International-Classification-of-Diseases.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun