Mikroplastik telah menjadi polutan lingkungan yang merajalela, diam-diam menyusup ke ekosistem di seluruh dunia. Partikel plastik kecil ini, yang berukuran kurang dari 5 milimeter, berasal dari berbagai sumber seperti peluruhan benda plastik yang lebih besar, tekstil sintetis, proses industri, dan bahkan produk perawatan pribadi. Meskipun perhatian besar telah diberikan pada keberadaan mereka di lautan, dampak mikroplastik pada sistem air tawar dan tanah pertanian masih kurang dibahas, meskipun implikasinya sangat luas bagi ekosistem dan kesehatan manusia.
Mikroplastik di Ekosistem Air Tawar
Sistem air tawar, termasuk sungai, danau, dan lahan basah, merupakan komponen penting dari keseimbangan hidrologi dan ekologi Bumi. Sayangnya, ekosistem ini semakin menjadi reservoir bagi mikroplastik. Sungai, khususnya, berfungsi sebagai saluran yang mengangkut mikroplastik dari kawasan perkotaan, limpasan pertanian, dan limbah industri ke lautan. Namun, dampaknya terhadap lingkungan air tawar itu sendiri sangat besar dan memprihatinkan.
Ketika mikroplastik masuk ke sistem air tawar, mereka sering dikonsumsi oleh organisme air, dari plankton hingga ikan. Konsumsi ini dapat menyebabkan penyumbatan fisik pada sistem pencernaan, penyerapan nutrisi yang berkurang, dan bahkan kelaparan. Selain itu, mikroplastik sering membawa bahan kimia beracun atau patogen, yang memperburuk efek merugikan mereka. Seiring waktu, partikel-partikel ini terakumulasi dalam jaring makanan, mengancam keanekaragaman hayati dan menimbulkan risiko bagi populasi manusia yang bergantung pada spesies air tawar untuk kebutuhan pangan.
Meskipun penting, polusi mikroplastik di air tawar masih kurang diteliti dibandingkan dengan lingkungan laut. Kurangnya penelitian yang komprehensif membatasi pemahaman kita tentang dampaknya terhadap ekologi dan menghambat pengembangan strategi mitigasi yang efektif.
Mikroplastik di Tanah Pertanian
Sementara lautan dan saluran air sering dikaitkan dengan polusi plastik, tanah pertanian merupakan hotspot mikroplastik yang sama mengkhawatirkan namun kurang diperhatikan. Partikel-partikel ini masuk ke tanah melalui beberapa jalur:
Pupuk Berlapis Plastik dan Film Mulsa: Banyak praktik pertanian modern melibatkan penggunaan bahan plastik untuk meningkatkan hasil panen. Seiring waktu, plastik ini terdegradasi menjadi mikroplastik, mencemari tanah (ScienceDirect, 2024a).
Irigrasi dengan Air Tercemar: Air dari sumber yang terpolusi sering membawa mikroplastik, yang kemudian disimpan di tanah selama irigasi.
Aplikasi Lumpur Limbah: Instalasi pengolahan air limbah menghasilkan lumpur yang kaya nutrisi tetapi sering terkontaminasi mikroplastik. Lumpur ini biasa digunakan sebagai pupuk, yang secara tidak sengaja memperkenalkan plastik ke lahan pertanian (ScienceDirect, 2023).
Kehadiran mikroplastik di tanah mengganggu sifat fisik dan biologisnya. Partikel-partikel ini dapat mengubah struktur tanah, mengurangi kapasitas retensi air, dan menghambat pertukaran gas, yang pada akhirnya memengaruhi pertumbuhan tanaman (UNEP, 2024). Selain itu, mikroplastik dapat menyerap dan melepaskan bahan kimia berbahaya, yang berpotensi meracuni organisme tanah dan tanaman. Dalam beberapa kasus, tanaman bahkan dapat menyerap mikroplastik, yang menimbulkan kekhawatiran tentang masuknya mereka ke rantai makanan manusia (ScienceDirect, 2024b).