B. ABD AL-RA'UF AL-SINKILI (1024-1105/1615-1693)
1. KEHIDUPAN AWAL AL-SINKILI
Abd al-Ra'ufbin 'Ali al-Jawi al-Fansuri al- Sinkili, sebagaimana terlihat dari namanya, adalah seorang Melayu dari Fansur, Sinkil (modern Singkel), di wilayah pantai barat-Laut Aceh. Tahun kelahirannya tidak diketahui, tetapi Rinkes setelah mengadakan kalkulasi ke belakang dari saat kembalinya dari Timur Tengah ke Aceh menyarankan bahwa dia dilahirkan sekitar 1024/1615." Tahun ini telah diterima sebagian besar ahli tentang al-Sinkili.
Menurut Hasjmi, nenek moyang al-Sinkili berasal dari Persia yang datang ke Kesultanan Samudera Pasai pada akhir abad ke-13. Mereka kemudian menetap di Fansur (Barus), sebuah kota pelabuhan tua yang penting di Pantai Sumatera Barat. Lebih jauh, dia mengatakan, ayah al-Sinkili adalah kakak laki-laki dari Hamzah al-Fansuri." Saya tidak yakin, apakah al-Sinkil benar-benar keponakan Hamzah, sebab tidak ada sumber lain yang mendukung hal itu. Tampaknya, dia mempunyai semacam hubungan keluarga dengannya, sebab dalam sebagian dari karya-karyanya yang kini masih ada, nama al-Sinkili diikuti dengan pernyataan: "yang berbangsa Hamzah Fansurt."
2. JARINGAN ARABIA AL-SINKILI
Al-Sinkili kemungkinan besar meninggalkan Aceh menuju Arabia pada l052/1642. Dia menuliskan daftar 19 orang guru yang dari mereka dia mempelajari berbagai cabang disiplin Islam, dan 2 7 ulama lainnya yang dengan mereka dia mempunyai kontak dan hubungan pribadi. Saya tidak akan menjelaskan riwayat semua gurunya; saya hanya akan menelaah yang paling menonjol di antara mereka. Al-Sinkili belajar di sejumlah tempat, yang tersebar sepanjang rote haji, dari Dhuha (Doha) di wilayah Teluk Persia, Yaman, Jeddah, dan akhirnya Mekkah dan Madinah (lihat Peta 2). Jadi, dia memulai studinya di Dhuha, Qatar-di sini dia belajar dengan 'Abd al-Qadir al-Mawrir," tetapi tampaknya dia tinggal di sana hanya sebentar.
3. PEMIKIRAN DAN PEMBARUAN AL-SINKILI
1. Konsep Wujudiyyah
Al-Sinkili mengkritik paham wujudiyyah yang dipopulerkan oleh Hamzah Fansuri, yang menganggap bahwa satu-satunya wujud hakiki adalah Allah, sedangkan alam hanyalah bayangan dari wujud tersebut. Ia menegaskan bahwa Allah dan alam adalah dua entitas yang berbeda, meskipun ada keserupaan antara keduanya134. Dalam pandangannya, sifat-sifat manusia merupakan refleksi dari sifat-sifat Allah, dan setiap perbuatan manusia adalah manifestasi dari kehendak Allah.
2. Zikir dan Tasawuf
Al-Sinkili menekankan pentingnya zikir sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai keadaan fana, di mana hanya ada wujud Allah yang diakui15. Ia menjelaskan bahwa zikir membantu manusia untuk mengingat Allah dan melepaskan diri dari sifat lalai24. Pemikirannya tentang tasawuf berusaha mengintegrasikan ajaran spiritual dengan praktik syariat, sehingga tidak terlepas dari konteks keagamaan yang lebih luas.