Setiap petualangan selalu ada cerita,
Terima kasih Tuhan...
Hari itu Juni 30, aku bisa berpetualang lagi. Kutinggalkan semua pekerjaan yang membuatku penat. Aku tak peduli lagi... Sudah! Aku sudah tak sanggup lagi... Aku pengen keluar! (Jangan dulu sayang, cobalah bertahan beberapa bulan lagi, refreshing ajaaa… xixixxi…) Aku berangkat dengan kebohongan. Ijin cuma satu hari, padahal perjalanan itu memakan waktu 5 hari 4 malam. Tuhan maafkan aku.. Malam itu Mario ulang tahun yang ke 3th. Kadonya sudah siap tapi tidak sempurna, tanpa tanda ucapan dan foto yang semestinya harus aku siapkan tapi belum selesai sampai malam itu… :( (Maafkan malam itu tidak bisa merayakan bersama)
""Lelah terbayar sudah.." (♥) Pesonamu sungguh luar biasa... Indah... mengagumkan... Lelah ini terbayar sudah saat pertama kali memandangmu Jalan kaki selama 6 jam dari Ranu Pani yang lumayan melelahkan, kini terhapus sudah ketika mata ini dimanjakan dengan kilauan air dari Danau Ranu Kumbolo Perjalanan kali ini sangat istimewa, Entah kenapa? aku tidak tau… xixixixii... (sebenarnya tahu siy... tapi pura-pura tidak tahu aja ahh… xixixixii…)
Sekitar pukul 10.00 sahabat alam beriringan melewati tanjakan cinta. Tanjakan cinta adalah sebuah jalur di Semeru
setelah Ranu Kumbolo menuju arah Oro - Oro Ombo. Sesuai namanya jalur tadi memang sangat menanjak, terjal dan lumayan jauh. Semeru adalah gunung tertinggi di tanah jawa, selain itu Semeru menyimpan banyak mitos dan misteri. Ada mitos dan cerita tentang Tanjakan Cinta ini. Jika sedang menjalin cinta
dan sanggup melewati tanjakan cinta tanpa berhenti
serta menoleh kebelakang, maka cinta itu akan abadi,
akan diteruskan menuju pernikahan. Tempo dulu ada suatu kisah dari mulut ke mulut, ada pasangan mendaki Semeru, sesampai di Tanjakan Cinta mereka mendaki berdua, tetapi si perempuan kelelahan dan berhenti sedangkan si laki - laki terus tanpa henti sampai ujung, dan selanjutnya baca disini..
Bisa percaya bisa juga tidak karena itu hanyalah mitos, yang jelas jodoh hanya kuasa Tuhan. Tapi bagi yang percaya ya sebaiknya silahkan mencoba seperti itu. Bagi laki-laki normal jika melewati jalur Tanjakan Cinta ini, sebaiknya bawalah pasangan perempuan bukan laki - laki lho…. xixixii….
Panorama ini sulit dilupakan
Keindahan serta keagungannya begitu mengagumkan Pesonanya yang eksotis membuat Tak seorangpun sanggup melupakan tempat ini
(kecuali dia amnesia… atau benar-benar gila… xixixix)
Indah,Eksotis,AgungdanHangat Tempat berkumpul para sahabat alam beristirahat sejenak, bergurau dan tertawa Siapa yang mampu melupakan pesona indah ini? Kenangan ini Tawa ria para sahabat Saling berpeluk, moment pun diabadikan
Satu persatu merekamulai tak terlihat dari bukit tanjakan cinta itu.
Aku masih singgah di sini, Kami bertiga tepatnya aku, si penggembala wedus dan satu kawan perempuanku yang tinggal di tempat ini, mereka berdua kurang enak badan. (Her/his body not deliciousitu kata para alay jaman sekarang... xixixixi…) Suasana ini terlihat sempurna Si gembala memancing (aku tidak yakin beliau bisa berhasil mendapat ikan… xixixiix..) aku dan kawanku duduk di tepi danau, bercerita, berbagi pemikiran ramah, bersahabat, tutur katanya sederhana, pemikirannya tidak begitu rumit Satu hal yang masih aku ingat dari ucapannya “aku tidak peduli orang mau bilang apa? Karena cinta itu adalah anugerah dari Tuhan, dan yang menentukan dosa itu adalah Tuhan.. bukan mereka!” Jadi ingat film CinTa (Cina, Tuhan dan Anisa) (speechless dehhh....)
Bersyukur saat ini bisa menikmati hembusan angin di tepi danau ini, Bercerita dan sesaat melupakan semua pekerjaanku.. meninggalkan penat! Meninggalkan segala yang ada dalam computer "Terima kasihTuhan atas hari ini" .............. ^♥^ Aku menetap di Ranu Kumbolo karena kesepakatan dengan Ade dan Lian *nama sebenarnya Selain itu tujuanku memang bukan ke puncak Mahameru, tujuanku hanya melepaskan penat di Ranu Kumbolo. Restu Ibu mungkin hanya sampai tempat ini, karena ijinku hanya sampe Ranu Kumbolo saja bukan di puncak Mahameru
Tiba-tiba ada yang melambai-lambai Oh.. ternyata si penggembala wedus datang lagi, (sebut saja “Kakak gembala kedua”… xixixixix…) Sekitar pukul 12.00 beliau datang, sambil terengah-engah beliau bercerita, katanya masih ada si penggembala wedus lagi dan beliau tertinggal di Pos 4 (sebut saja“Kakak gembala ketiga”… xixixixi…) Tanpa banyak kata, “Kakak gembala pertama” langsung beranjak dari tempat memancingnya dan menjemput “Kakak gembala ketiga”. ... xixixii... kemudian menyusul pasangan bule dari Perancis, lalu datang lagi dua orang kawan dari Sanggar Alfaz. Kehadiran mereka mengusik keinginanku untuk melanjutkan ke Puncak Ucapan itu masih terngiang di kepala “masak jauh-jauh dari Surabaya hanya sampe Ranu Kumboloaja Jeng…” Kalimat itu membuat aku semakin galau (sebenarnya bukan hanya kalimat itu saja siy yang bikin galau… xixixiix...) akhirnya aku putuskan untuk ikut ke puncak. Kami berangkat berlima sekitar pukul 14.00 Kutinggalkan tempat yang mengagumkan itu,
Ku tapaki tanjakan terjal itu Dan masih teringat senyum dan tawa bahagia itu Senyum Kakak gembala pertama saat melemparkan sarungku ke langit berkali-kali sambil mengolok-olokku "Huh!" "Dasar… tangan usil!" (perlu ditobatkan tuh tangannya… xixixiix...)
“Waaaaa… Malam inifull moon" (bulannya belum bulat penuh siy… hampir bulan purnama gitu… xixixii…) tapi malam itu terang dan indah… malam yang istimewa, senangnya bisa melihat ini semua di ketinggian 2.700 Mdpl kaki Gunung Semeru
Keindahan ini begitu sempurna Api unggun... Hawa dingin Sleeping bag... Tenda beratap bintang dan langit serta Bulan purnama.. Satu yang merusak suasana indah ini Yaitu cerita horor dan punggungnya Ade! "Huhhh!" "Janwasemtenan!"
"Puncak dan trauma itu" (♥) Seperti tahun lalu, sekitar pukul 24.00 kami mulai bergegas melanjutkan pendakian menuju puncak Mahameru. Mungkin kita berlima puluhan, aku lupa tepatnya! yang aku ingat sebelum menuju puncak kita berdoa memohon berkat dan rahmat Tuhan. Masih menggigil kedinginan, Teringat kopi susu buatan Ade Lumayan enak juga… Tumben!..... Xixixiiii….. "Makasihkawan!" Perjalanan semakin menanjak dan berdebu Beberapa kawan terutama yang perempuan Mulai muntah-muntah Tubuh ini mulai panas “pakai sarung aja ahhh” Kulepas semua jaket rangkap 2 itu dan mulai jadi ninja..xixixixi “hangat juga yaaa” Pantas orang Tengger suka pake sarung, ternyata pakai sarung hangat juga ya... “woey… orang Tengger! Kamu bantu mijit-mijit yang sakit yaa” teriak salah seorang kawan yang bawa minyak kayu putih. “Xixxxxiiiii… siyappp komandan” senang juga bisa membantu. "Jarang-jarang aku bisa berguna kayak gini… xixixixii…." gumamku dalam hati Tumben ya, aku tidak ngantuk biasanya perjalanan ke puncak aku selalu berjalan sambil memejamkan mata karena menahan kantuk. Entah kenapa semangat ini masih membara Apa karena ada yang menemani yaa... xixixixixii... entahlahhh! (pura-pura tidak tahu lagi aja ahh..)
Jalanan terjalal tak menyurutkan semangatku Mereka yang aku pijit-pijit sudah pada turun dari puncak dan balik memberi semangat padaku Kepalan tangan mereka menambah semangat ini. "Makasihkawan!"
Hampir setengah sepuluh "fhiuww... akhirnya berhasil juga" (xixixixii… akhirnya berhasil juga berdiri di ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut) Sebenarnya ini bukan keberhasilan, kesuksesan atau kebanggaan. Bagiku puncak bukanlah segalanya Yang utama bagiku adalah perjalanan ini, Jalan terjal ini Pergulatan ini Keterbatasan ini Panorama ini Ke-Agungan-Mu ini Bantuan-Mu sampai ke puncak ini dan kawan yang setia menemaniku hingga puncak ini. serta kawan yang masih sabar menungguku berjam-jam di puncak Mahameru ini. Kucoba mengobarkan semangat kawan-kawan yang masih berjuang dibawah Masih ada 4 kawan lagi. Di bawah payung silver itu aku teriak-teriak Tepatnya kita berdua. (speechless ajaa dehhh... ini diluar skenario... xixixixiii) Perlahan-lahan akhirnya mereka sampe juga ke puncak Mahameru, Meskipun ada beberapa kawan yang memutuskan untuk tidak melanjutkan ke puncak, namun semangat mereka sudah terbawa sampe puncak Mahameru. Jadi teringat ucapan seorang kawan saat perjalanan ke G. Welirang bagi dia puncak adalah dimana kita berdiri di tempat paling tinggi, bukan berdiri di tempat tertinggi. “Puncakitu ya disini!” "Dimana kamu berdiri saat ini" Jadi jangan bersedih kawan! "Selamat..." Inilah puncakmu! "Selamat... kamu telah sampe ke tempat paling tinggi kawan!" Jangan merasa gagal Jangan merasa kalah karena belum sampai ke tempat tertinggi atau istilah kerennya puncak Kamu tidak kalah dan yang sudah sampai puncak lebih dulu juga bukanlah pemenang Kamu tetap hebat! (Kita semua hebat dehh... xixiixixi….) “akhirnya turun jugaa… aku lapar..”gumamku dalam hati
Kira-kira pukul 12.00 siang kami semua bergegas turun Sambil berlari aku turun mendahului beberapa kawan yang di depanku Kucoba mendekati beberapa kawan yang ada di depanku lagi tiba-tiba… “brukkkkk..” aku terpeleset dan duduk termenung Waktu itu aku tidak langsung bangkit berdiri Aku hanya duduk dan memandang ke depan Semuanya pasir dan batu Didepanku, kira-kira 25 meteran dari tempat aku terpeleset aku melihat sebelah kanan gundukan pasir dan batu besar, lalu sebelah kiri ada orang memakai baju hitam, semuanya serba hitam, atasan sampe bawahan hitam, sepertinya dia memakai bandana atau jilbab hitam. Aku penasaran dengan apa yang aku lihat “siapa yaa dia?”aku tidak yakin dengan penglihatanku karena aku tidak memakai kacamata Aku mulai berdiri dan bergerak, lumayan lama aku duduk disitu, kurang lebih 10 menitan. Perlahan-lahan aku mulai mendekat Dan ternyata “Wasemm cak!” umpatku dalam hati Itu batu besar warnanya hitam. Seketika itu ku buat tanda salib “Dalam namaBapa, dan Putra danRoh Kudus” Kulanjutkan perjalanan turun sambil berlari karena jalurnya turun dan terjal Aku belum menyadari kalau aku salah jalur Kulihat masih ada sampah Tapi… lama kelamaan jalan ini semakin menyempit dan dinding-dinding pasirnya semakin tinggi Aku mulai menyadari kalau aku kesasar ku hentikan langkahku dan mencoba mencari punggungan.. tapiii… mustahil! Dinding pasir itu terlalu tinggi untuk di naiki “Kamu kesasar sayang!” "Woaaaa… aku kesasar…! Tidakkkkk….!" Kuputuskan untuk berlari turun hingga ujung jalur ini. Semestinya kalau tersesat salah jalur kita musti kembali ke arah jalur semula, tapi aku tidak mau kembali kejalur yang tadi, aku ga mau ketemu batu hitam tadi, aku tidak mau naik tanjakan lagi.. aku mau jalan yang turun, bukan yang terjal. Aku harus cepat-cepat lari dan mengakhiri ujung jalur ini. “Busyettt… ada pohon tumbang!" Aku mulai panik. semakin kencang lariku “woaaaa… ada pohon tumbang lagi" kali ini 2 pohon yang tumbang “aku kesasar Tuhan! Bantu akuu… aku ga mau kesasar!” komat-kamit sambil merunduk melewati pohon itu “fhiuwww….akhirnya sampai ujung juga”. Lega rasanya. “wew.. tidak ada jalan lagi”. Aku berhenti karena sudah tidak ada jalan lagi, di depanku pohon tumbang besar, pohon-pohon basah dan sejuk. Tempat ini keren! Masih alami
kurang lebih gambarannya seperti ini, tapi lebih keren dari apa yang aku lihat (",)
"Berkali-kali Engkau menolongku" (♥)
Ini pengalaman terhebat yang pernah terjadi dalam hidupku,
semoga cukup sekali aku merasakan kepanikan yang hampir membuatku gila.
Gila menghadapi ketakutanku sendiri..
bukan kematian yang aku takutkan saat itu,
tapi aku takut dengan bayang-bayanganku sendiri,
takut akan imajinasiku yang berlebihan,
aku takut sendiri,
aku takut setan,
aku takut gelap,
aku takut ga bisa pulang..
."Tuhan tolong aku.. aku ga mau kesasar!
aku harus pulang rumah"
(sambil teriak dan sesenggukan)
aku menangis disana sendirian,
di tengah hutan tanpa siapapun,
hanya pohon-pohon tumbang dan pohon-pohon basah yang menemani.
Sebenarnya tempat ini indah,
aku bersyukur bisa melihat tempat seindah ini...
pohon-pohon menjulang tinggi,
segar dan masih basah,
sisinya di kelilingi lumut-lumut hijau dan kuning,
disamping kiriku ada bebatuan berlumut
yg tingginya sekitar 10 meter yang sama basahnya
dengan pepohonan tadi,
suara burung-burung terdengar indah di telinga,
sebenarnya tempat ini indah..
Tempat ini masih alami
belum terjamah seperti di tipi-tipi luar negri… xixixxiixi…
"tapi aku takutt Tuhan!"
aku ga mau disini sendirian,
aku ga punya air,
aku ga bawa senter,
aku takut di hampiri pocongan dan teman-temanya....
"woaaa... Brasakkkk…!
(kakiku terjerat dilubangan kecil)
Aku tarik-tarik tapi tidak bisa…
“Jangan-jangan ini pasir hisap”
pikirku dalam hati
Semakin aku tarik semakin tidak bisa keluar
Aku panik!
"Tuhan,bantu aku! Kakiku kena pasir hisap"
“Tenang sayang!
Disini ga ada pasir hisap..”
(sepertinya ada yang mengingatkan)
Aku tarik nafas dan menenangkan diriku…
“iyaa.. bodohnya aku!
Ini bukan cerita dalam film holywood yang ada pasir hisapnya..
"Ini Semeru sayang!
Sadar… sadarrr… jangan panik,
tarik nafas dan tarik kakimu perlahan-lahan…”
“fhiuww… Puji Tuhan, kakiku bisa lepas dari lubang itu"
"Tuhan aku takut!tolong aku...
"aku ga mau kesasar! aku harus pulang rumah"
(aku menangis lagi karena takut sendirian)
"Sayang, kamu harus berpikir,
jangan meratapi kebodohanmu!
lakukan sesuatu, kamu harus naik ke atas".
(Ada bisikan yang mendorong aku untuk naik keatas lagi)
"yaa.. aku harusnaik keatas,mencari tempat yang lebih kering
Aku lihat sekeliling... dan melihat satu pohon yang kering serta berdebu,
mungkin itu pohon pinus,
aku kurang yakin pohon apa itu
letak pohon itu kira-kira 3 meter diatasku
kucoba cari pijakan untuk naik...
"nahh.. itu dia, ada pijakan dan akar-akar di sekitarnya"
"Terima kasih Tuhan,
aku menemukan setitik jalankeluar"gumamku dalam hati.
aku mendekat dan mulai merangkak naik sambil berpegangan pada akar-akar itu.
"Plulll"
"woaaa... tanahnya ambrol"
(aku coba lagi mencari akar yg lebih besar dan kuat)
"prulll... brasakkkkk!"
"woaaaaa.... Tuhan...tanahnya ambrol lagi!
mampus akuuu!
tiga kali aku mencoba tapi aku gagal
aku mulai panik dan kebingungan lagi,
harapanku untuk naik mendekati pohon itu mulai menipis
Tuhann bantu aku! aku ga mau kesasar.. aku mulai menangis lagi.
"Tuhan, bantu aku..
aku mau pulang!
aku ga maukesasar!"
aku merangkak naik keatas,
kucoba naik lagi meraih akar-akar itu buat pegangan
sambil menangis dan memanggil nama-Mu..
"Tuhan, bantu aku... aku ga mau kesasar!".
Berkali kali mengucapkan kalimat itu dan tak mempedulikan tangan dan kaki lagi,
tak mempedulikan apa yang aku pegang,
akar besar atau akar kecil,
enta itu berduri atau tidak,
semua aku raih untuk mencapai tempat yang lebih tinggi,
yang ada dalam pikiranku hanya
"naik mendekati pohon itu, aku haus!"
"Puji Tuhannnn... aku bisaa naik"
"Terima kasihTuhan,Engkautelahmembantuku"
Aku haus, nafasku tersengal-sengal...
lega rasanya melihat jalan setapak itu...
jalan setapak ini aneh...
jalan ini terbentuk seperti gundukan-gundukan kecil,
seperti terasiring,
membentuk anak tangga tak beraturan,
tapi tiap gundukan ada lobangnya,
herannya lobang itu rapi seperti ada yang menatanya…
pikirku mungkin itu leng atau rumahnya ular…
“ahhh.. entahlahhh.."
yang penting aku bisa naik ke bukit ini”
“Terima kasih Tuhan”
Tiba-tiba aku lihat rumah kuning,
rumahnya sederhana temboknya berwarna kuning,
aku pikir itu Kalimati,
aku dekati rumah itu sambil naik keatas..
Lalu rumah itu koq tidak ada yaaa...
“woaaaa... aku langsung teriak memanggil namaBrams,
dan Maz Uwi”
"Brammm... Maz Uwiiii… aku kesasar"
berkali-kali aku teriak,
karena saat itu aku mendengar suara orang..
Entah siapa mereka yang penting aku berteriak..
ternyata Bram menyahutiku...
"Puji Tuhan, aku bisa mendengar suara Brams"
"siapa disitu?"
"Deviiii..,
“Brams.. aku kesasar"
teriak sambil terengah-engah
"Kamu harus balik ke jalur semula" sahut brams
"aku ga maubalik, Brams"
"Kamu harus balikk!"
teriaknya lantang, kelihatan sedikit marah… xixixi
Aku tetap ga mau balik,
karena sudah dari awal aku putuskan untuk tidak kembali ke saluran air itu..
Kalau aku balik, aku harus turun hutan indah itu lagi,
sedangkan aku naik ke bukit ini saja susah,
apalagi aku harus melewati batu hitam yang aku kira wanita berjilbab hitam…
“hiiii… ogahhhh!Akutakutt...”
"aku ga mau balik!”
teriakku sedikit lantang
“kalau gitukamu naikaja, ambiljalur kanan”.
sepertinya itu suara maz uwix,
suara maz uwi atau Bram yaaa…?
"Ga tau ahhhh… suara siapa itu... ga jelas!"
“ikuti arah matahari, ambil jalur kanan”
Puji Tuhan aku melihat maz uwix di seberang kananku..
dia kelihatan kecil sedang melambai lambai
“kamu harus naik!ikuti arah matahari,ambil jalur kanan”.
Berulang kali dia teriak seperti itu sampe bosan aku…. Xixixixixi
- - - - - - - - - - - - - - - - - - -
#Refleksi
Berbagai pertolongan Tuhan yang ajaib bisa terjadi, apabila kita mengandalkan kekuatan-Nya lebih dari apapun. "Dan itu nyata bagiku" setiap kali aku menyebut nama-Nya dan meminta pertolongan-Nya DIA selalu menolong, dan akhirnya, aku pun bisa melakukannya melakukan hal-hal yang sulit bagiku “Terima kasih Tuhan atas anugerah kehidupan ini.
(♥)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H