Beberapa tahun terakhir di televisi seringkali kita saksikan program yang menayangkan kemahiran anak-anak dalam menghafal quran, hal ini serentak meramaikan jagad media sosial tentang keutamaan menghafal quran, sebut saja keutamaan berupa mahkota kemuliaan dari Allah SWT, penghargaan dari Nabi SAW, perlindungan dari malaikat, meningkatkan kecerdasan, menyelamatkan di dunia dan akhirat, dan masih banyak lagi.
Fenomena ini merupakan bagian dari buah penyelenggaraan MHQ (Musabaqah Hifzul Quran) yang diawali pada tahun 1981, sejak itu marak lembaga di nusantara membuka program penghafal quran, baik dalam format pendidikan formal, maupun informal. Buah manisnya menjamur hingga saat ini, program tahfidz Qur'an menjadi trend bahkan menjadi bagian strategi pemasaran bagi pengelola pendidikan islam yang mencoba menangkap pasar dari segmen yang visioner ini.
Tidak dapat dipungkiri bahwa, antusiasme orangtua datang dari proses-proses difusi informasi atas tren penghafal Qur'an, media sosial sebagai jendela informasi dalam interaksi global saat ini telah menjadi penyeimbang atas ragam arus informasi, dan membentuk tren positif di kalangan umat Islam.
SDI Al-Azhar 5 Kemandoran Jakarta Selatan, pada tahun ini menerapkan program Tahfidz sebagai bagian dalam program intrakurikuler. Sebelumnya, sekolah telah memiliki program Tahfidz sebagai kegiatan ekstra kurikuler. Sebagai rangkaian kegiatan dalam rangka Maulid Nabi SAW, pada tanggal 17-19 November 2018 , siswa peserta ekstrakurikuler diajak untuk mengikuti program Tahfidz Camp di Pesantren Ar-Ridho Sentul agar dapat lebih intensif meningkatkan kualitas dan kuantitas hafalan dengan didukung tenaga yang handal.
Antusiasme orangtua tentu tidak lepas dari pemahaman dan kesadaran orang tua akan masa keemasan anak untuk proses menghafal Al-Qur'an, dimana masa sebelum akil baligh menjadi masa keunggulan anak-anak dalam menghafal, karena di masa ini anak berada dalam kondisi yang dipenuhi dengan kesucian hati dan jiwa.
Beberapa dekade sebelum ini, para peneliti telah menunjukan hasil observasi tentang keunggulan membaca dan menghafal Qur'an, diantaranya Dokter Syaraf di Klinik Induk Florida, Al Qadhi menjelaskan bahwa mendengarkan Al-Qur'an  menambah kecerdasan bagi otak manusia, menurunkan depresi, dan mendapat ketenangan jiwa.  Hal ini diperkuat dengan hasil riset peneliti di Amerika Utara (1984) dan Universitas Boston yang juga mengungkapkan bahwa, 97% pendengar khusyu dan rutin Al-Quran mendapatkan ketenangan jiwa.
Maka tidak heran kenapa antusiasme orangtua sangat tinggi mengikutsertakan buah hatinya dalam program penghafal Quran, karena sesungguhnya terdapat nilai hakiki yang sedang dijalani sebagai pemegang amanah Allah atas putra-putri yang dititipkan. Hanya saja, orang tua selanjutnya perlu terus mengevaluasi niatnya, agar berada dalam koridor fitrah dan tetap memperhatikan kebutuhan anak-anak untuk berinteraksi sesuai kebutuhan usianya, sehingga dapat mencapai karakter individu muslim yang kuat dan berintegritas.
InsyaAllah kelak fitrah yang dicitakan para orang tua akan membawa kepada kemuliaan, diantaranya menjadi bagian dari keluarga Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam Hadits Nabi SAW bahwa, "Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, "Siapakah mereka ya Rasulullah?" Rasul menjawab, "Para ahli Al-Qur'an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya"(HR. Ahmad). SS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H