Mohon tunggu...
Eatravelov3
Eatravelov3 Mohon Tunggu... -

enthusiast Traveler | passionate Foodie | sometime Writer & Photographer | Check out my newest food travel gallery on Instagram @eatravelov3, a follow wont hurt ;) . eatravelov3@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Catatan si Pendaki Pemula Menyambangi Gunung Prau, Dieng.

28 Desember 2016   16:55 Diperbarui: 12 Januari 2017   21:18 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak tahun 2015 saya mulai ngetrip ke gunung–gunung. Adik saya yang terlebih dahulu menyandang predikat “anak gunung” di keluarga sempat meragukan kesanggupan saya karena nihil pengalaman. Yah, apalah saya baru pernah ke Gunung Tangkuban Prahu, hihihi.

Gunung Prau menjadi pengalaman pertama saya. Setelah sibuk dengan pekerjaan dan sama sekali tidak sempat olah raga tau – tau saya sudah dalam perjalanan menuju  Dataran Tinggi Dieng. Kami berangkat dari Terminal Kampung Rambutan menaiki bis malam. 

Di saat yang lain sudah lelap bermimpi saya masih berjuang untuk tidur. Pagi sekali kami tiba dan menunggu angkutan terakhir ke kaki Gunung Prau. Angin dingin berhembus lembut sesekali. Setelah sampai kami langsung menuju sebuah rumah warga untuk bersih – bersih diri, istirahat sejenak dan mengisi perut.

Selang 3 jam kemudian kami bersiap diri dan berdoa bersama dengan pemilik rumah lalu pamit. Namanya juga pemula ya kaan dan mendadak mendaki, baru juga menaiki beberapa anak tangga menuju pintu pendakian sudah ngos-ngosan napasnya. Dengkul dan paha bawah cepat pegal. Untungnya pemandangannya selama pendakian cukup menyejukkan dan sebentar - sebentar saya dan teman-teman berhenti sekedar merilekskan kedua kaki dan pastinya foto–foto, dong.

Letaknya yang di koordinat 7°11′13″LU 109°55′22″BT membuat Prau berbatasan dengan tiga kabupaten yaitu Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal (ga pake Jenner) dan Kabupaten Wonsobo.

Saya lupa saat di ketinggian berapa ratus atau ribu meter kaki saya tetiba tersandung akar pohon dan membuat saya terjungkal. Untung saya gak papa tapi kemudian ada seorang pemuda yang membantu saya berdiri dan teman saya yang memimpin rombongan malah membawakan tas saya. Padahal saya gak apa-apa loh.

Tekstur pendakian Prau banyak debunya, terutama di titik yang mulai terjal. Saya berusaha naik sambil berpegangan apa pun yang bisa dipegang, entah itu akar pohon atau batang pohon. Medan pendakiannya ada kalanya landai dan menanjak, Cuma satu yang konsisten yaitu bedebu. Kebayang kalau hujan turun, licinnya minta ampun deh.

Pemandangan kiri kanannya indah. Saya dan grup sempat menyaksikan matahari terbenam saat masih dalam pendakian. Indah sekali! It felt magical to witness that kind of view. Saat itu dalam hati saya bersyukur sekali diberikan kesempatan, tenaga dan keberanian untuk mewujudkan pendakian ini. Bagi orang lain mungkin pengalaman ini biasa saja, tidak spektakuler. Namun bagi saya, saya percaya tidak semua orang dapat merasakan pengalaman ini.

Rombongan sempat terpisah dan bertemu di area camp. Angin sudah bertiup lebih kencang dan dingin. Saya pun mulai mengenakan jaket yang saya pinjam dari adik saya. Teman–teman cowok mulai mendirikan tenda. Setelah semua siap kami masuk ke tenda masing–masing dan mulai menyiapkan makan malam. 

Karena suhu dan angin dingin kami tidak ada yang keluar tenda untuk menikmati langit yang bertabur milyaran bintang, selain untuk buang air kecil di dekat semak–semak. Hihi, jadi pipis sambil liat bintang–bintang dengan takjubnya sambil menahan dingin juga.

Subuh tak kalah dinginnya dengan malam hari. Masih dalam kantuk kami menerobos angin dingin yang bertiup kencang untuk mengejar matahari terbit. Moment yang tak kalah breathtaking-nya. Words just cant explain it.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
koleksi pribadi
koleksi pribadi
Kami turun gunung setelah sarapan dan beberes tenda. Perjalanan turun gunung tak kalah pe-ernya. Dengkul dan paha bawah lagi-lagi kecapean (makanya sebelum naik gunung, penting banget untuk latihan otot ya, guys!) entah kenapa kalo turun gunung malah lebih berat ya backpack-nya? Padahal isinya kan sama aja. Alhasil banyak berhentinya karna dengkul yang manja dan mulai pusing, ditambah lagi kalo turun lebih keliatan curam ketimbang mendaki.

Kalo udah gitu, motivasinya adalah warung. Kenapa? Karna di sana ada semangka, hahahah! Manis, krenyes dan muraaaah. Sendiri bisa makan 5 slices, enak banget di tenggorokan adem. Tiap warung disambangi buat jajan semangka. Akhirnya sampai juga di batas pendakian. Senangnyaaaaaaa!

Loh, ternyata ada tukang ojek loh. Lumayan kan sampe tempat peristirahatan Cuma bayar 10 ribu. Jadi lah saya langsung nangkring di ojek karna kaki udah terlalu manja untuk melangkah sambil memanggul carrier Consina saya tercinta. Rasanya lega banget tiba di pondok dan langsung lepas sepatu dan berbaring. Just cant describe it better. Bersyukur berhasil kembali dalam keadaan baik–baik aja.

Menjelang sore kami ke lokasi selanjutnya; Danau sulfur dan kemping di Sikunir. Di Sikunir saya jatuh sakit karna kurang tidur. Badan sedikit meriang lalu kepala rombongan trip kami membelikan saya minuman larutan yang ternyata pengaruh membuat saya lebih baik keesokan harinya. Namun saya tidak bisa ikut ke puncak Sikunir, daripada merepotkan yang lain. Lebih baik saya tetap istirahat.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
koleksi pribadi
koleksi pribadi
koleksi pribadi
koleksi pribadi
koleksi pribadi
koleksi pribadi
koleksi pribadi
koleksi pribadi
Syukurlah saya sudah kembali pulih. Perjalanan masih lanjut ke wisata candi dan kami juga mampir untuk wisata kuliner mencicipi jajanan khas Dieng, Mie Ongklok. Apparently the noodle tasted delicious! Mienya seperti soto mie hanya saja kuahnya bertekstur kental. Ada satenya juga dan oh-my-god, enak bangetsss! Happy tummy lah pokoknya. Kalo ke Dieng wajib coba ya, guys.

Top of all, I’m so grateful for the experience and looking forward for another more.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun