Sebenernya ini post dibuat beberapa bulan lalu, tapi rasanya ga ada salahnya saya share sama temen-temen semua. hehe Jumat, 12 Feb '10, jam 21.00WIB, waktu yang disepakati untuk berkumpul di meeting point (Plaza Semanggi) mempertemukan saya dengan kawan-kawan baru yang sama sekali asing. Maklum, ini pengalaman pertama saya join trip dengan anggota milis (TI). Namun itu tidak menghalangi kami untuk menghabiskan weekend bersama ke Desa Sawarna, Banten. Tanpa membuang banyak waktu, kami bergegas menuju ELF yang sudah di carter untuk perjalanan kali ini. Jam 21.30, Setelah 15 orang berkumpul (tambah satu supir - Pak Arfan), kami memulai perjalanan malam itu diiringi oleh gerimis mengundang (kaya lagu jadul). Mungkin karena habis pulang kerja langsung lanjut perjalanan jauh terasa sangat melelahkan, ditambah medan yang dilewati juga berkelok dan jalanan yang tidak rata, sepanjang perjalanan saya tertidur dengan space duduk yang seadanya (RED- 'dugem' dibelakang nyempil pula). Kami sempat beristirahat disalah satu saung di kawasan Pelabuhan Ratu. Kata Frans (yang ternyata seorang Leader Travel Organiser), kalo siang viewnya bagus. Berhubung pagi-pagi buta, jadi kami tak bisa menyaksikan keindahan panorama dari atas saung deh. Setelah istirahat dan senda gurau (kopi ala mak Erot), kembali kami pasang posisi masing-masing dan terlelap diiringi musik mellow. Pas banget. Kira-kira  jam 4 subuh,kurang lebih 71/2 jam  kami tiba di desa Sawarna. Begitu turun dari mobil sambil mengambil backpack masing-masing, ketika mendongak ke langit, OMIGOD, ga perlu star gazing pake teleskop, karena dengan kasat mata jelas terlihat bintang-bintang bertaburan bak ketombe (celetuk seorang kawan). Siap dengan backpack masing-masing, berjalan menuju homestay yang akan menjadi tempat tinggal kami selama 2 hari 1 malam. Disambut oleh jembatan gantung yang tenar (mulai dari mitos buaya sampai kasus terjun bebas alias sepeda motor dan penumpangnya yang nyemplung dengan sukses).Haha Homestay kami terletak tak jauh dari jembatan, kami disambut hangat oleh ibu wiwi istri sang pemilik. Selesai ramah tamah, kami pun terlelap diperaduan masing-masing. Pagi yang cerah, dilengkapi sarapan ditambah sambel yang maknyusss (jadi wajib ada sambel tiap kali makan dan kerupuk tentunya). Selesai sarapan lalu bersih-bersih sekenanya, berhubung kami akan susur pantai lewat medan persawahan yang penuh lumpur yang sekalipun sudah berhati-hati ada saja yang terpeleset. Menambah kelucuan pagi hari. Haha
Setelah berceker kaki ria sepanjang perjalanan menuju Legon Pari, sontak sumringah ketika melayangkan pandang ke sekeliling pantai, sepi dan cukup bersih, malah hanya kelompok kami yang menguasai, jadi berasa private beach. Bermain air sebentar, perjalanan kami lanjutkan ke karang beureum dan tanjung layar. Bau amis dan bau bangkai cukup menusuk hidung sepanjang perjalanan. Surutnya air pantai yang menyebabkan makhluk laut mati kekeringan sehingga menimbulkan bau busuk. Tapi karang-karang unik dan rindangnya pohon kelapa menjadi obat tersendiri. Sebelum lanjut ke tanjung layar, kami beristirahat sejenak disaung kosong. Teriknya matahari siang itu membuat kami kehausan, banyaknya pohon kelapa menggelitik angan menikmati kelapa muda dipinggir pantai. Setelah foto 'keluarga', kami beranjak ke tanjung layar.
Disanalah berdiri dua batu besar nan kokoh, yang dulu hanya saya lihat gambarnya dan menggoda hati untuk dipanjat. Sayang tidak berhasil sampai kepuncak karena terlalu terjal. Setelah cape memanjat dan bernarcis ria, saya menyusul teman-teman lain yang sudah anteng berteduh diwarung. Finally nemu warung juga.Fiuhhh!! Sudah cukup melepas dahaga dan foto 'keluarga' dengan latar tanjung layar, bermaksud pulang ke homestay,di perjalanan pulang kami melewati pantai Ciantir yang cantik dan asri, belum jauh meninggalkan warung tiba-tiba hujan deras membasahi bumi sawarna siang itu, saya dan beberapa teman memilih untuk lari sementara yang lainnya berteduh. Dengan PD jaya kami yang tak tahu arah ini akhirnya berhasil sampai ke homestay setelah bertanya sekilas tentang rumah pak Hendy. Untung ga nyasar. Haha Hari yang panjang ditambah mati lampu yang awet seharian sampai keesokan hari yang artinya ‘no listrik no signal’(tewas style), setelah formasi lengkap dan sudah bersih dari lumpur yang melekat, kami menikmati makan siang kami dengan lahap. Sorenya, kami melanjutkan perjalanan ke pulo manuk, saya dan tiga teman lainnya melewatkan acara menyebrang pulo naik perahu. Karena sempet 'Shock teraphy' mendengar sewa kapal 1juta rupiah.What The?? masalahnya saya bawa duit nge-pas banget..haha <= ternyata hanya akal bulus kawan. Busett, saya tertipu. Haha Tapi ga masalah, kami bersantai dan bercengkrama sore itu, sambil menunggu sunset. Puas bermain-main, kami pulang ke homestay untuk selanjutnya makan malam bersama dan recharge tenaga untuk keesokan harinya susur gua lalai.
Gong Xi Fa Cai and Happy Valentine’s Day everyone..
Sementara banyak orang merayakannya bersama orang terkasih, saya siap kotor-kotoran menyusuri gua. Perjalanannya cukup membuat kaki pegel, sebelum akhirnya tiba di gua yang mungkin hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk kami susuri. Kondisi gua yang gelap, genangan air dan lumpur yang licin membuat kami jalan berkelompok karena keterbatasan senter. Karena kondisi dalam gua yang licin dan entah faktor lain apa, penyusuran kami dibatasi. Namun narcis tetap berlanjut karena kebetulan salah satu kawan (Andik) ternyata memiliki insting fotografi yang handal. Terbukti setelah saya melihat hasil jepretannya. Sambil kembali ke homestay, kami para wanita memanfaatkan kelihaian andik untuk bernarcis ria.
Mampir ke homestay sebentar melepas lelah dan memesan kelapa muda, sebagian dari kami sepakat menikmati pantai Ciantir sebagai desert. Tak ada satu pun yang tahan dengan pesona Ciantir, semua menikmati body surfing. Keceriaan berlanjut hingga tengah hari. Sekembalinya, kami menikmati kesegaran kelapa muda. Taste like heaven. Haha Setelah bersih-bersih, makan siang dan packing, kami berpamitan untuk kembali ke habitat masing-masing. Akhir pekan yang bermakna.
Sawarna, Desa Seribu Warna.. Terima kasih untuk nuansa beningmu... *Kecuali foto Legon Pari dan Gua Lalay, semua foto diatas hasil jepretan andik. Thank u.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya