Mohon tunggu...
Accidental Traveler Yudhinia Venkanteswari
Accidental Traveler Yudhinia Venkanteswari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Call me Ririe. An accidental traveler, yet a zealous worker. Author of @JalanJalanHemat ke Eropa, globetrotter wannabe, ngaku backpacker tapi ga punya backpack, open water diver, it's just me anyway... Feel free to share my blog to others. :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Guilt

22 April 2012   03:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:18 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Don, baju dan sepatumu bagus, tapi disini kita nggak pake merk itu. Minggu depan saya mau kamu sudah mulai sama dengan yang lain ya.” Ujar Silva, seniorku.

Diterima! Tak kubayangkan sebelumnya, menjadi pemenang dari seleksi yang diikuti ratusan peserta. Disinilah aku sekarang, bekerja di sebuah KAP terkemuka. Satu minggu disini, alih-alih mendapat komentar mengenai performance pekerjaan-ku, aku malah dikomplen masalah merk baju dan sepatu. Ironis memang. Rupanya bekerja disini sebagai junior auditor tak hanya butuh otak, tapi juga penampilan.

Tak sia-sia kubeli baju dan sepatu baru, nampaknya itulah yang membuatku mulai diterima disini. Proyek pertama yang kuikuti berjalan lancar. Di akhir bulan, tak hanya gaji yang kudapat, tapi juga sepucuk amplop bonus. Uniknya, bonus ini lebih besar dari gajiku. Hmm..

Di proyek berikutnya, Silva memperbolehkanku mengikuti semua proses yang dia lakukan. Mulailah kutemukan beberapa hal diluar dugaan. Bukan hanya sekali kutemukan laporan yang berbeda dengan yang kutemukan di awal proses audit. Aku mulai curiga tentang kemungkinan penggelembungan asset. Saat kubaca laporan yang akan kami presentasikan besok, kutatap Silva dengan pandangan bertanya, tanpa kata-kata. Silva hanya tersenyum. Dia berkata, “Tenang Donny… ada team kita yang sudah membereskannya. Kita buat laporan sesuai dengan yang kita temukan saja, OK!”. Kata-katanya yang diucapkan dengan tenang itu justru membuatku risau.

Hari itu datang juga, pertama kalinya aku datang ke perusahaan tempat kami mengadakan audit, tanpa team kami. Akupun tak perlu masuk kantornya, hanya menunggu di parkiran. Diaz, staff accounting disana, akan menemuiku. Pintu lift basement terbuka. Diaz datang tergopoh-gopoh membawa kantong kresek hitam yang menggembung di masing-masing tangan, memasukkannya dengan terburu buru ke bagasi mobilku, dan setengah berlari kembali ke lift tanpa mengucapkan sepatah katapun. Belakangan baru ku tau, isi kantong kresek itulah yang menjelma menjadi isi amplop bonus kami di akhir bulan.

Ketidaknyamanan terhadap kondisi ini mulai menggerogotiku. Kepalaku sering berdenyut sakit tiba-tiba. Tidurku juga tak lelap, dihantui temuanku yang mendadak berubah angka bagai disulap dalam semalam. Pesulapnya pasti sungguh mahir, karena bukti itu lengkap dengan tanda tangan approval seluruh direksi. Team yang dibilang Silva tempo hari, rupanya bekerja berdasarkan temuan kami, dan memberi info pada para pesulap itu.

Dulu, sering kudengar tentang KAP nakal yang melaporkan data berbeda dengan aslinya. Disini, di KAP terkemuka tempatku bekerja, ternyata kondisinya tak jauh berbeda. Temuanku akan dengan mudah dijungkirbalikkan dengan fakta yang sialnya sangat otentik. Dengan berjalannya waktu, sakit kepalaku berkurang, dan jam tidurku mulai normal lagi. Kekhawatiranku tak beralasan, pesulap itu menjalankan pekerjaannya dengan sempurna. Kami tak akan ketahuan.

Lima tahun kemudian

Juniorku, Nana, memandangku setengah tak percaya setelah membaca laporan audit yang akan kami presentasikan besok pagi. Meskipun demikian, dia tak berkata apapun. Kuulang kata-kata Silva dulu: “Tenang Nana… ada team kita yang sudah membereskannya. Kita buat laporan sesuai dengan yang kita temukan saja, OK!”.
ditulis pada pertemuan Reading Lights Writer's Circle 21 April 2012 dengan tema guilt / rasa bersalah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun