Di era digital, transformasi pendidikan menjadi salah satu topik utama yang terus berkembang. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan teknologi seperti Learning Management System (LMS) telah menjadi sarana penting untuk menghadirkan pengalaman belajar yang fleksibel dan inklusif.
Bagi calon guru, terutama di bidang Bimbingan Konseling, pemahaman tentang teknologi pendidikan menjadi semakin krusial dalam mendukung kemandirian belajar siswa. Tulisan ini adalah refleksi dari pengalaman dan wawasan saya tentang PJJ, LMS, serta pentingnya kemandirian belajar, yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan “Teknologi Baru dalam Pembelajaran.”
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Selaku mahasiswa PPG calon guru dengan bidang studi Bimbingan Konseling, pemahaman saya tentang "Pembelajaran Jarak Jauh" (PJJ) telah mengalami perkembangan yang signifikan setelah proses belajar mengajar dalam mata kuliah “Teknologi Baru dalam Pembelajaran”.
PJJ bukan hanya sekadar pengalihan dari pembelajaran tatap muka ke format daring, tetapi juga merupakan pendekatan yang memanfaatkan teknologi untuk menciptakan pengalaman belajar yang interaktif dan bermakna. Saya menyadari bahwa PJJ memiliki potensi untuk menjembatani kesenjangan antara guru dan siswa, serta memberikan akses yang lebih luas terhadap pendidikan.
Salah satu aspek penting yang saya pelajari adalah bagaimana PJJ dapat memberikan fleksibilitas dalam proses belajar. Dalam konteks Bimbingan Konseling, fleksibilitas ini sangat penting karena setiap siswa memiliki kebutuhan dan gaya belajar yang berbeda.
PJJ memungkinkan siswa untuk mengakses materi pembelajaran kapan saja dan di mana saja, sehingga memungkinkannya untuk dapat belajar sesuai dengan ritme dan waktu yang paling sesuai. Ini sangat relevan dalam mendukung pengembangan kemandirian siswa, di mana mereka dapat mengambil tanggung jawab atas proses belajarnya sendiri.
Interaksi dua arah antara guru dan siswa dalam PJJ juga dianggap penting. Dalam konteks tersebut, saya memahami bahwa meskipun PJJ dilakukan secara daring, komunikasi yang efektif tetap menjadi kunci keberhasilan pembelajaran.
Melalui platform seperti Learning Management System (LMS), guru dapat menyampaikan materi, memberikan tugas, dan memberikan umpan balik secara langsung kepada siswa. Ini menciptakan ruang bagi siswa untuk bertanya, berdiskusi, dan berkolaborasi, yang sangat penting dalam konteks Bimbingan Konseling, di mana interaksi sosial dan dukungan emosional sangat diperlukan.
Selain itu, saya juga menyadari tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan PJJ, seperti kesenjangan akses teknologi dan fasilitas belajar, yang berarti bahwa pentingnya mempertimbangkan latar belakang siswa dalam merancang kegiatan pembelajaran.