Mohon tunggu...
Vidion Widyantara
Vidion Widyantara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mentor Bisnis

a Son, Husband, Dad, Entrepreneur and Leader I Help People to transform their Lives, Improve People's Health, Youth and Financially

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banyak Mukjizat Terjadi di Rumah Ini

3 Februari 2021   16:58 Diperbarui: 3 Februari 2021   18:17 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya, Pak Untung dan Mas Budi - dok pribadi.

Yang tengah adalah Pak Untung, yang sekarang usianya hampir 70 tahun dan yang kanan Mas Budi adik kelas saya. Kebetulan kami bertiga sama-sama alumni SMA Kolese Loyola Semarang.

Pak Untung adalah salah satu kakak senior saya, yang dipanggil "ayah" oleh banyak anak-anak di panti ini.

Ceritanya akhir Desember lalu, saya mengajak dua putri saya untuk berbagi berkat ke Panti Asuhan Wikrama Putra. Kami membawakan buku, majalah dan boneka yang sudah gak dipakai main kedua putri saya serta beberapa puluh nasi kotak untuk hampir seratus anak yang menghuni panti tersebut.

Alih-alih ingin berbagi berkat, saat pulang saya sekeluarga justru membawa pulang lebih banyak berkat setelah mendengar penuturan cerita Pak Untung.

Sungguh bersyukur rasanya sore itu.

Suasana di panti yang terletak di daerah Ngaliyan Semarang agak gerimis waktu kami sampai. Saat kami mulai ngobrol, Pak Untung bertutur bahwa dirinya dulu pertama kali dipanggil Pater Van Deinse, SJ, seorang Romo Jesuit yang juga sempat memimpin SMA Kolese Loyola era sekitar tahun 1960an. Suatu hari Pak Untung diminta Pater untuk membantu beliau di panti mengurus anak-anak jalanan yang telantar. "Kasian mereka,.. Begitu kata Pater waktu itu sekitar tahun 1970-1971," ujar Pak Untung menjawab pertanyaan pembuka saya tentang asal usul panti itu.

Pater Van Deinse tergerak melihat kondisi anak-anak, dan beliau mengumpulkan anak-anak itu di panti untuk memberikan penghidupan yang lebih layak.

"Dulu Pater awalnya beli tanah, setelah dapat kiriman uang dari ibunya di Belanda, terus pelan-pelan dibangun. Jadi saya udah disini ikut bantu-bantu waktu mbangun sini pertama kali..", Pak Untung melanjutkan.

Pak Untung sendiri awalnya sempat ragu bagaimana dia bisa meneruskan karya mulia itu saat Pater memanggilnya di Rumah Sakit sesaat sebelum menjalani operasi prostatnya. Seperti ada firasat mau ditinggal Sang Pater selamanya, Pak Untung pun bertanya, "Lha nanti siapa yang mbiayain anak-anak ini kalo operasi Pater sampe gagal?", begitu kekhawatirannya saat itu.

"Untung,.. Kamu mesti percaya.. Saya itu tidak malas, nanti saya di Sorga terus rajin bekerja mengetuk hati orang-orang untuk membantu, Kamu gak usah khawatir", begitu Pater meyakinkannya...

"Wah gak ngitung ya, mestinya kalo seribu ya lebih ya,.. wong sekarang aja yang tinggal disini seratus anak, yang bayi aja ada 5.. Yang sudah dewasa dan lepas dari panti, sih tersebar di berbagai kota di Indonesia", jawab Pak Untung saat saya tanya sudah berapa anak asuh beliau sampai sekarang.

Mendengar beberapa mukjizat yang diceritakan Pak Untung, saya merasakan betapa hebatnya kuasa Sang Pencipta saat kita mau dipakai untuk menjadi saluran berkatNya.

Bayangkan,.. pernah suatu malam, stok ASI untuk bayi di panti habis. Tiba-tiba malam itu Pak Untung ditelpon seorang pria jam sebelas malam. Pria itu sebetulnya sudah beralasan ke istrinya kalau besok pagi-pagi saja dia antarkan ASI sang istri yang stoknya berlimpah itu ke panti, toh sudah malam juga kilahnya ke sang istri. Namun entah kenapa sang istri memaksanya kalau ASI nya harus malam itu juga diantarkan.

Sang pria pun kaget, saat sampai di panti dan diberitahu Pak Untung kalau dia baru saja dilaporin oleh salah satu anak panti bahwa stok susu ASI untuk bayi di panti malam itu persis habis.

"Waktu awal-awal saya ditinggal Pater, pernah satu hari itu kita kehabisan beras. Trus siang itu saya ke Girisonta (makam Pater), dan saya doa sambil nangis nagih janji ke Pater... Saya doa disitu beberapa jam", tutur Pak Untung.

"Pas pulang sampe panti malemnya, saya kaget kok tiba-tiba ada 10 karung beras besar".
"Yang aneh itu Saya nanya semua orang di panti gak ada yang liat ada yang nganter beras hari itu.. padahal kan itu karung ukuran 100 kg lho waktu jaman itu, masak sih karung sebesar itu gak keliatan pas diangkat
".

"Jadi sampai hari ini tu saya belum pernah belanja beras sama sekali, .. selalu aja ada orang yang ngirimin.. Banyak orang-orang baik yang nolong anak-anak ini", lanjutnya.

"Wah.. ini yang namanya mukjizat di jaman sekarang ya !", sahut saya sambil geleng-geleng sore itu.

Lain kali saya minta Mas Budi buat cerita juga tentang pengalaman hidupnya ya, karena dia adalah salah satu anak panti yang dulu punya kesempatan sekolah di Loyola, dan sekarang sudah mandiri dengan pekerjaannya. Bukan itu saja, dia bahkan sudah punya warung makan juga sebagai bisnis sampingannya.


Yang pasti sih sepulang dari panti sore itu kami sekeluarga makin yakin bahwa Tuhan selalu senantiasa menolong siapapun yang mau datang kepadaNya, dan tepat pada waktuNya.

Sungguh, saya merasa terberkati hari itu dengan kisah nyata dari panti.

Pak Untung menutup, "Hidup itu memang misteri ya,.. yang pasti Tuhan itu memelihara setiap orang".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun