Mohon tunggu...
Vidion Widyantara
Vidion Widyantara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mentor Bisnis

a Son, Husband, Dad, Entrepreneur and Leader I Help People to transform their Lives, Improve People's Health, Youth and Financially

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bunga KPR Mencekik?

26 Mei 2015   09:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:35 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum lama ini saya ngobrol dengan mantan rekan sejawat saya mengenai KPR. Karena belakangan ini saya mencoba untuk mempraktekkan teori investasi di dunia properti yang sering kita pelajari lewat teori-teori.

Idealnya kita cukup hanya membayar DP 30% saja dari nilai properti tersebut, kemudian sisanya dibayar dengan KPR dan properti itu disewakan, sehingga uang sewa nya bisa bayar cicilan KPR nya. Secara teori, artinya kita bisa punya properti tersebut hanya dengan membayar 30% nya dan juga setelah 10 tahun, harga properti tersebut sudah naek berkali-kali lipat, dan kita bisa jadi kaya raya. Wow, menjanjikan sepertinya.. Ide ini sepertinya bisa menolong para karyawan untuk memiliki investasi untuk persiapan pensiun ya..

Itu yang sering kita dengar bukan? Tapi pertanyaannya, apakah Anda pernah tahu tentang perhitungan KPR sesungguhnya? Berapa biaya bunga yang sebenarnya kita bayar?

Terdorong rasa penasaran saya, iseng-iseng saya tanya ke bank pemberi KPR saya.

Betapa kaget luar biasanya saya, bahwa ternyata perhitungan bunga KPR menggunakan sistem ANUITAS, yang mana bunga dikenakan untuk jangka waktu 1 tahun flat, dan langsung dibagi untuk cicilannya. Selanjutnya tahun depan bisa berubah mengikuti suku bunga BI. Begitu seterusnya.

Tapi yang bikin kaget adalah, struktur pembagian antara bunga dan pokok pinjaman ternyata sangat memberatkan. Di awal-awal tahun, cicilan yang kita bayarkan tiap bulannya 63% nya hanya untuk membayar bunganya saja ! Dan cicilan yang 37% nya baru mengurangi pokok hutang kita. Jadi misalnya Anda mengambil KPR selama 10 tahun, bisa jadi 3-4 tahun pertama Anda hanya mengangsur bunga saja. Selanjutnya di pertengahan tahun baru hampir sama (demikian penjelasan sang manager Bank waktu itu) dan di akhir-akhir masa kredit Anda, barulah Anda mengangsur pokoknya.

Sebagai contoh, teman saya ini mengambil KPR januari 2013, dengan pinjaman 750 juta, dan cicilan 9 juta setiap bulan, setelah 1.5 tahun (artinya sudah membayar total hampir 130 juta), ternyata hanya mengurangi pokok pinjamannya jadi 710 juta. Bayangkan dari 130 juta, 90 juta nya hanya untuk bayar bunga saja. Pokok pinjamannya cuma berkurang 40 juta..

Jadi bayangkan saja, Anda kerja susah payah selama ini hanya untuk mengangsur bunga saja. Alamak...

Mungkin ini yang menyebabkan orang-orang yang bekerja, dan mengambil KPR untuk membeli rumahnya, tidak bisa berhenti bekerja karena terikat oleh cicilan. Sebagian orang beruntung karena kantornya memberikan fasilitas KPR yang sangat murah dibanding bank umum, namun artinya mereka juga terpaksa diikat oleh perusahaan tempatnya bekerja, bukan?

Jadi, gimana dong solusinya? Pengen punya rumah tapi belum punya cukup uang sehingga terpaksa harus KPR, dan saat mengambil KPR malah buntut-buntutnya harus bekerja keras untuk bank selama 10 atau 15 tahun..

Saya berpikir...Bukankah kita seharusnya bekerja keras untuk keluarga kita?? Dan bukan untuk orang lain??

Mudah-mudahan obrolan saya dengan teman saya ini, memberikan permenungan pada Anda bagaimana bijak dalam mengatur dan merencanakan hidup keluarga Anda.

@vidionw

www.trainingbisnis.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun