Mohon tunggu...
Vidion Widyantara
Vidion Widyantara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mentor Bisnis

a Son, Husband, Dad, Entrepreneur and Leader I Help People to transform their Lives, Improve People's Health, Youth and Financially

Selanjutnya

Tutup

Money

Kisah Sukses Sang Penjual Bubur Ayam, Omzet Ratusan Juta namun Sederhana

18 Maret 2015   09:57 Diperbarui: 22 Februari 2016   21:04 30949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin sore saya diajak temen saya untuk mencicipi bubur ayam yang mantep banget..

Sebetulnya saya bukan penyuka bubur, tapi karena terprovokasi dengan cerita temen saya yang katanya buburnya enak, buanyak dan murah,.. akhirnya saya pun ikutan nyobain.. Kami bertiga akhirnya meluncur ke daerah kelapa gading tempat penjual bubur tersebut.

Kami sampai di tempatnya kira-kira jam setengah delapan malam dan saya lihat memang banyak sekali orang-orang yang makan disitu. Walaupun hanya gerobak di emperan ruko, tapi yang makan hampir semuanya orang-orang bermobil. Setelah menunggu beberapa saat, saya sempat kuatir, karena katanya hampir habis padahal masih ada beberapa orang yang mengantri di depan kami. Dan setelah menghitung sisa buburnya, sang penjual berkata pada orang yang datang dan antri setelah kami, "HABISSS"...

Jadi kami adalah pelanggan yang dilayani alias mangkok terakhir yang diisi bubur... Wah untung banget deh... kalo ga harus antri lagi besok nih, pikir saya. Hebat bener bisnis ini ya, jual bubur mulai buka jam empat sore, tapi jam 8 sudah habis ludes...

Setelah melihat porsinya, yang memang cukup penuh, sayapun mulai mencicipi buburnya,.. Dan ternyata benar,.. Buburnya benar-benar berbeda dari yang selama ini saya cicipi,.. Rasanya boleh juga nih, pikir saya. Dan kalau sekedar nambah cakwee, kerupuk gitu, sang penjual pun tidak terlalu itung-itungan.. Silakan aja.. Padahal seporsi harganya cuma sebelas ribu aja, tapi porsi nya penuh termasuk ayamnya pun cukup banyak. Pantesan rame terus nih, udah murah, enak, kenyang pula,.. begitu kesimpulan saya..

Sudah jadi kebiasaan saya, setelah makan, saya pun mengajak ngobrol sang penjual yang ternyata orang cirebon, jadi saya langsung aja mengajak ngomong bahasa jawa..

Saya bertanya, "Mas, biasa kan makan bubur pagi, kok jualnya malem?"

Menurut mas Mayong, sang pemilik, beliau sudah memulai bisnis buburnya ini sejak tahun 1996, dulu beliau keliling, tapi justru malah ga begitu laku, trus beliau berpikir, gimana caranya supaya yang beli bubur bukan para pembantu, tapi para pemilik rumah. Jadi beliau memberanikan diri membuka sore hari karena pemilik rumah baru pulang kerja sore harinya. Akhirnya beliau pun mulai mangkal tahun 1997, dan sampai sekarang buburnya laris manis. (ini salah satu pelajaran penting, dimana kita harus menyasar target market tepat sasaran)

Usut punya usut, sehari kira-kira mas Mayong bisa menjual 500-an mangkok, dan 400-an tusuk sate (telor puyuh, usus, ati ampela). Bayangkan saja, dengan semangkok seharga sebelas ribu, artinya tiap hari beliau bisa mengantongi omzet diatas 6-7 juta-an.. Wow.. Sebulan berarti sekitar 175 juta-an omzet nya, pikir saya dalam hati.. Kalau rata-rata bisnis kuliner bisa mengantongi keuntungan 50%, saya yakin Anda bisa berhitung berapa pendapatannya setiap bulan kan?.. :)

Sambil ngobrol, masih saja banyak orang yang datang untuk beli bubur, namun mereka harus kecewa karena buburnya sudah habis..

Saya pun bertanya pada beliau, "Kenapa ga ditambahin stoknya mas? kan masih banyak yang datang mau beli?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun