Mohon tunggu...
Vidion Widyantara
Vidion Widyantara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mentor Bisnis

a Son, Husband, Dad, Entrepreneur and Leader I Help People to transform their Lives, Improve People's Health, Youth and Financially

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pengen Resign, tapi Takut...

29 April 2014   14:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:04 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya kemarin berbincang-bincang dengan teman lama yang menanyakan pada saya, "Dion, kamu dulu gimana sih caranya bisa resign trus mulai bisnis sendiri? kok nekad bener??"

"Emang kenapa?" tanya saya..

"Aku kok makin lama waktunya makin habis.. Kayanya sekarang waktunya dikejar-kejar terus dan ga ada brentinya.. Sampe ga punya waktu buat keluarga lagi.." balas temen saya..

Temen saya ini adalah temen lama saya, yang karirnya luar biasa pesat, dalam usia yang masih muda sudah menduduki posisi Regional Manager yang membawahi area cukup besar di perusahaan multinasional.

Dulu di awal tahun-tahun pertama saya resign juga dia sempet tanya,.. Dion, kamu kok nekad bener, kok bisa berani langsung resign waktu itu??

Trus kemaren saya jawab gini, "Ya kalo emang mau punya waktu ama keluarga ya resign aja, bisnis sendiri, jadi waktunya juga lebih bebas, .. "

Dia jawab, "Iya sih, aku juga pengennya gitu, sekarang apalagi kejadian JIS, anak udah kita sekolahin di sekolah bagus, yang mahal pun ga jaminan,.. makanya saya lagi mikir mau bisnis sendiri supaya waktunya agak flexible... jadi bisa urus anak sendiri... Tapi masalahnya takuuuuuttt... Kalo gagal gimana?? soalnya saya liat contoh beberapa orang yang resign tapi gagal, trus buntut-buntutnya malah balik kerja lagi.."

Kita memang sering takut, gimana kalau nanti pas bisnis sendiri malah gagal, sementara kita sudah melepaskan karir kita di perusahaan.. Mayoritas orang menghadapi problem yang sama, walaupun awalnya sudah kepengen banget bisnis sendiri, akhirnya niatnya diurungkan dan mimpinya pun pelan-pelan dihapus.

Yang bahaya adalah, sebetulnya mimpi kita yang dihapus itu bukan mimpi untuk punya bisnis sendiri, tapi mimpi untuk bisa punya waktu sama keluarga, mimpi buat lebih dekat dengan anak-anak dan orang tua kita, dan semua mimpi itulah yang kita korbankan. Cuma gara-gara kita takut gagal, takut melepaskan karir kesuksesan kita, dimana itu cuma ego pribadi kita aja.

Nah pertanyaannya tinggal mana yang lebih kita prioritaskan?? keluarga, anak-anak, pasangan dan orang tua kita?? atau karir kita??

Pengalaman saya bilang gini,.. "Semua itu kan tergantung tujuan masing-masing,.. kalo tujuannya cuma ngejer karir dan title aja ya kerja aja terus.. Tapi kalo tujuan akhirnya mau punya family time, kita mau tidak mau harus mencari kendaraan yang lebih tepat buat memenuhi itu kan? Karena di kantor sudah jelas tidak akan membawa kita kesana"

Jadi kita mesti open mind, buka wawasan seluas mungkin, cari tahu, baca buku, dan belajarlah dengan orang-orang yang sudah sukses bisnis sendiri. Ngobrol ama orang-orang sukses itu.. Jangan malah tanya pada orang yang salah, orang-orang yang masih kerja juga atau malah tanya rekan sekantor atau boss kita, ya sudah pasti mereka tidak akan bisa memberikan solusi, karena mereka tidak punya bukti untuk memberikan solusi itu kan?? wong nyatanya mereka masih kerja juga.. :)

Trus kalau kita yakin dengan kemampuan kita, kita terbukti bisa memenuhi target-target perusahaan yang notabene milik orang lain, artinya kita juga pasti bisa mencapai target pribadi kita sendiri juga dong?

Karena dulu saat saya mau resign, saya cuma berpikir,.. kalau selama ini saya bisa kerja sungguh-sungguh untuk membesarkan perusahaan milik orang lain, saya juga pasti bisa kerja sungguh-sungguh membesarkan perusahaan merk saya sendiri.

@vidionw

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun