Mohon tunggu...
Agus B Suwardono
Agus B Suwardono Mohon Tunggu... Sales - Mahasiswa tingkat akhir di Perguruan Tinggi Swasta di Kota Semarang

Hobi membaca, menulis, memasak

Selanjutnya

Tutup

Bola

Mana Lagi Selain Di...

26 Oktober 2024   09:59 Diperbarui: 26 Oktober 2024   10:06 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

CEO klub sepak bola di Indonesia memiliki tantangan dan dinamika yang unik, berbeda dengan liga-liga besar di Eropa. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah struktur kepemilikan di mana banyak klub di Indonesia memiliki struktur kepemilikan yang komplek, kondisi infrastruktur, basis penggemar dan intervensi pihak luar.

Belum lagi mencari sponsor, membangun akademi sepak bola, berperan sebagai diplomat dan menghadapi tekanan media serta keterbatasan anggaran. Sebagai CEO sepertinya Yoyok Sukawi sudah pada track yang benar, ia membangun tim yang solid, mengelola keuangan dengan baik, membangun brand PSIS, mengatur operasional klub, menjaga hubungan baik dengan berbagai pihak, itu pun masih menuai hasil buruk dalam waktu belakangan ini.

Ketika Ray Kroc mulai memiliki McDonald dan mengembangkan sebagai bisnis waralaba dengan baik dan berhasil, orang selalu lupa bahwa untuk membangun sesuatu tidaklah semudah membalik tangan, mereka tidak tahu bagaimana tantangan membangun Mc Donald di des plaines, Illinois, menarik investor, menghadapi etika manajemen yang buruk.  

Ia mengalami fase yang buruk, ketika hipoteknya terlambat, menggadaikan rumah hingga menceraikan istrinya saat Mc Donald di titik nadir. Ray tak putus asa, ia berjuang mati-matian untuk McDonald, maka ia tetap tenang ketika menghadapi kritikan bahkan yang pedas sekalipun, ia anggap sebagai masukan untuk membangun timnya kembali.  

Bahkan ktitikan konyol (nyinyir) ia anggap sebagai kenaifan, karena yang mengkritiknya tak pernah paham proses membangun sebuah perusahaan yang solid.

Pun begitu Yoyok Sukawi, tetap tenang dengan kritikan yang ditujukan kepadanya sebagai CEO PSIS, tentu dia geli ketika disuruh mundur dari PSIS yang notabene kepemilikan saham terbesar adalah miliknya.  

Serupa pemilik warung yang diusir dari warungnya sendiri karena kondisi sepi yang itu tersebab banyak factor. 

Namun Yoyok masih punyai keyakinan bahwa peran CEO klub sepak bola tidak hanya memajukan sepak bola Indonesia saja. Mereka tidak hanya bertanggung jawab atas prestasi tim, tetapi juga harus mampu membangun klub yang berkelanjutan serta menjaga keseimbangan dalam manajemen perusahaan. (Parmin Mueller)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun