Mohon tunggu...
Agus B Suwardono
Agus B Suwardono Mohon Tunggu... Sales - Mahasiswa tingkat akhir di Perguruan Tinggi Swasta di Kota Semarang

Hobi membaca, menulis, memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Ketika Corleone Menyikapi Persaingan

10 Oktober 2024   09:25 Diperbarui: 10 Oktober 2024   09:43 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

VITO CORLEONE (Marlon Brando) menghela napas panjang, dengan sangat tenang ia merespons seluruh laporan hasil dari tim bisnisnya sambil tersenyum.  Betapa ia mengerti bahwa kompetisi dengan "musuh" bisnisnya merupakan jalan yang harus dilalui dengan kekuatan dan ketenangan maksimal, dengan itulah ia mempunyai prinsip yang kuat dan tepat dalam  mengambil keputusan.  

Ketika Corleone mendengar nada-nada miring mengenai dan tentangnya, framing yang membabi buta tentang kegagalannya, Corleone dengan nada yang tak lantang dengan gesture yang autentik telah menunjukkan bahwa prinsipnya adalah, tidak mau terlihat bodoh, lebih mengutamakan logika daripada emosi.

Selepas laporan diterima dan Corleone mengetahui siapa saja musuh-musuhnya ia bersikap rasional dan dingin. "Buatlah temanmu dekat, tapi musuhmu lebih dekat lagi", ungkapnya tenang.  

Dan ia malah mendatangi sebuah pesta yang diadakan oleh musuhnya, membuat sebuah pertemuan dan mengakhiri permusuhan secara logis, sebab ada yang lebih besar dari itu semua, yaitu kejayaan dan cita-cita bersama yaitu mewujudkan sebuah kondisi yang saling menguntungkan dan membuat nyaman seluruh kota. Etika kepada musuh inilah salah satu kekuatan dari keluarga Corleone.

##

Sebagaimana yang dilakukan Yoyok Sukawi dan Joko Santoso (Yoyok-Joss) dalam program kerjanya sebagai kandidat Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang,  dengan mengusung program Semarang Mulyo tentu bukan persoalan mudah.  Ada banyak hal yang harus dilakukan untuk mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang.  

Membangun central business district, penyediaan lapangan kerja berkualitas, membangun sentra galeri kreatif, pemberdayaan dan bantuan modal UMKM di setiap RT tentu tidak cukup.  

Masih banyak hal lagi yang harus diimpikan untuk menjadi "Semarang Mulyo", maka sebagaimana Corleone, Yoyok-Joss tidak begitu peduli dengan framing yang meruntuhkan semangat untuk mewujudkan program prioritas ini.

Ketika dalam survey baru-baru ini sentimen negatif ke Yoyok-Joss meningkat, ia justru menyambangi semua kalangan untuk mengingatkan pentingnya kebersamaan, memberikan ruang istirahat dan menyediakan makan minum gratis bagi siapa saja yang datang ke posko "bocahe dewe".  

Yoyok-Joss agaknya mengerti benar bahwa menguatkan kerja sama dan kolaborasi terus menerus tidak hanya akan membuat Semarang Maju saja, tapi akan lebih menjadi kota yang bermartabat.  

Yoyok-Joss lebih mengedepankan keakraban berwarganegara sebagai jalan untuk melakukan dialog secara terus menerus, hingga mencapai kepakatan-kesepakatan untuk terwujudnya Semarang Mulyo ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun