Mohon tunggu...
Agus B Suwardono
Agus B Suwardono Mohon Tunggu... Sales - Mahasiswa tingkat akhir di Perguruan Tinggi Swasta di Kota Semarang

Hobi membaca, menulis, memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Jangan Terjebak dalam Banalitas

18 September 2024   10:24 Diperbarui: 18 September 2024   10:26 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Karena dijanjikan menjadi semakin pretty dan glowing inilah, Tally mampu mengkhianati sahabat terbaiknya Shay (Brianne Tju), menjebaknya untuk percaya bahwa menjadi semakin rupawan dan hebat itu adalah jalan satu-satunya untuk bermartabat.  

Kepolosan Tally, atau lebih tepatnya kebodohan karena tidak mampu memfilter propaganda Dr Cable itulah, yang telah melakukan kejahatan dengan menghancurkan komunitas The Smoke yang lebih mengedepankan harmoni dan kebersamaan.  

Mengorbankan banyak sahabatnya, bagi Tally adalah sesuatu yang biasa saja dan bukan sesuatu yang penting. Karena baginya menjadi rupawan dan hebat adalah segalanya.

***

Bagi saya, genderang perang dalam Pilwakot Semarang akan tercermin dalam kesiapan masing-masing calon, bagaimana cara mereka mengeskpresikan program kerja mereka di media sosial. Dari intro itulah akan muncul banyak pertanyaan sebagai bahan renungan untuk diungkap pada bulan November mendatang.  

Apakah urgensinya rupawan menjadi semakin rupawan? Apakah semakin hebat adalah jawaban atas kerusakan ekosistem lingkungan jika pohon-pohon dipaku untuk memajang gambarnya? Apa yang terjadi jika orang-orang tidak mau menjadi semakin hebat? Apa benefit yang didapat Dr Cable (penguasa) jika masyarakat semakin hebat?

Sebagai penikmat film saya kecewa karena film ini sama sekali tidak menawarkan hal baru, sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk world building yang jelas pada cerita. Narasi-narasi yang dikembangkan terasa aneh dengan propaganda yang didaur ulang, dari plot, semua kejutan hingga ending cerita sesuai dengan judul filmnya Uglies.  

Pun begitu sebagai pemilih di Pilkada Serentak bulan November 2024 mendatang, saya tak mau terjebak dalam banalitas yang itu-itu juga. 

Menjadi rupawan atau cantik bukan pilihan utama, jangan-jangan serupa dalam novel Eka Kurniawan "Cantic itu Luka". Atau malah mungkin melukai? (John Doe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun