Mohon tunggu...
Agus B Suwardono
Agus B Suwardono Mohon Tunggu... Sales - Mahasiswa tingkat akhir di Perguruan Tinggi Swasta di Kota Semarang

Hobi membaca, menulis, memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Mewaspadai Entropi dalam Pertempuran

6 September 2024   09:43 Diperbarui: 6 September 2024   09:59 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SECARA umum, entropi dikenal dalam ilmu termodinamika yang mengukur energi dalam sistem persatuan temperatur dan tak dapat digunakan untuk melakukan usaha. Sederhananya entropi adalah ukuran ketidakteraturan suatu sistem atau ketidakterdugaan dalam sebuah proses sistem yang sedang terjalani.  

Entropi ini telah digaungkan dalam hukum termodinamika kedua, dengan menyelaraskan Murphy's Law (hukum Murphy) yang menyatakan bahwa jika dibiarkan begitu saja, keadaan akan selalu berubah dari buruk menjadi lebih buruk. Celakanya hukum Murphy ini tidak dapat dibuktikan ataupun disangkal, karena setiap upaya untuk mengujinya dipastikan akan gagal.

Hal buruk inilah yang menimpa panglima Cao, seorang kanselir kepercayaan kaisar yang bernafsu untuk menguasai daerah selatan China. Berbekal ribuan prajurit dan kapal perang modern, Cao berambisi untuk segera menaklukan Sun Quan dan Liu Bei.  

Film Red Cliff yang diadaptasi dari karya novel sejarah klasik "Romance of Three Kingdoms" karya Luo Guanzhong ini memang memukau. Sarat dengan strategi politik dan perang yang begitu njlimet dan menegangkan.  

Dalam sebuah adegan pertempuran di atas laut, armada panglima Cao menyerang kapal perang Sun Quan dengan bola-bola api ke armada lawan. Zhuge Liang, ahli strategi Liu Bei yang sudah mempelajari arah angin lewat astronomi sederhana sudah menduga, arah angin akan berubah, maka Zhuge liang segera membakar kapal-kapal kecil untuk ditabrakan ke armada panglima Cao. 

Ambyar sudah.

Panglima Cao yang sama sekali tak menduga arah angin akan berubah, jelas tak punya antisipasi terhadap malapetaka ini. Atas inilah ia mengalami konsekuensi yang tak diharapkan (unintended consequences) dengan domino effect dahsyat, yang pada akhirnya seluruh armadanya kocar-kacir, tak ada lagi yang bisa menyelamatkan panglima Cao yang ambisius. Ia ditinggalkan oleh sekutunya karena arogansinya yang melekat kuat dalam dirinya. Yang tersisa hanya teriakan-teriakan kosong untuk menyemangati dirinya sendiri, yang sebenarnya semua tahu, adalah kesian-siaan.

Barangkali inilah salah satu domino effect yang terjadi dalam konstelasi Pilkada Semarang, yang dimulai sejak pesta demokrasi Pileg dan Pilpres yang baru lalu.  Entah entropi apa yang terjadi hingga menimbulkan semacam catasthrope pada partai pemenang Pemilu, yang meskipun juara dan kuat seperti panglima Cao, nyatanya ia berjalan sendirian.  

Catasthrope (malapetaka) yang menimpa Cao, menimbulkan cascading failure (kegagalan berjenjang) di mana kegagalan satu bagian sistem berimbas pada kegagalan secara keseluruhan, jika tak segera diantisipasi dengan tepat.  

Siapapun juga tak menduga ketika pasangan Yoyok Sukawi dan Joko Santosa didukung oleh hampir seluruh partai parlemen dan non parlemen. Hal ini jelas menggambarkan bahwa pasangan Yok-Joss benar diminati dan direstui oleh masyarakat untuk memimpin Kota Semarang.

Genderang "perang" mulai ditabuh, slogan dan jargon mulai diteriakan dengan lantang. Serupa panglima Cao yang terdesak, ia mengumpat atas nama keadilan, bahwa ia tidak takut dikeroyok oleh Sun Quan, Liu Bei, dan Zhuge Liang. Bermain playing victim dan menarik simpati lainnya.  

Sun Quan membiarkan panglima Cao untuk kembali ke perbatasan, ia masih menghormati panglima Cao sebagai prajurit yang kuat. Sembari melihat punggung Cao, mungkin ia mengamini nasihat Sun Tzu, "appear weak when you are strong, and strong when you are weak" (tampilah lemah ketika Anda kuat, dan tampillah kuat ketika Anda lemah). Begitulah salah satu untuk mendeteksi entropi yang mungkin akan terjadi kelak.(wartosae)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun