Meski benar apa yang diungkap Philip Kotler, visibility does not give you only popularity, but also power and money, namun kudu diingat pula bahwa being visibility (menjadi terlihat) adalah bicara secara subjektifitas dan identitas produk khas budaya yang bersifat tak pasti (contingent), terlebih dalam hal memilih pemimpin, sering terlihat tidak serta merta menjadikan ia mutlak menjadi pemimpin ideal, pemilihan narasi untuk memunculkan popularitas sangat mungkin dipengaruhi oleh banyak faktor yang bisa jadi adalah untuk menutupi kelemahan dan kekurangannya. Bahkan tidak menutup kemungkinan terlihat seolah elegan tapi sebenarnya sedang menghancurkan kompetitor dengan cara yang halus.
Maka tak salah jika calon pemilih kudu berhati-hati dan intens untuk mengamati perilaku para calon pemimpin yang dihadirkan. Memilih manusia konkret yang secara dinamis hingga ada unsur "berbuat" dan "menjadi" tidaklah mudah. Â Menelusuri rekam jejak, menemukan konsistensi hingga keberhasilan-keberhasilan yang dicapainya. Â
Semua itu kudu diperhatikan dengan seksama dan dalam tempo yang singkat, hingga dikristalkan dalam kebulatan untuk memilih pemimpin yang diidamkan. Â Sebagian masyarakat Semarang pasti sudah tahu ke arah mana pilihannya, kerinduan mereka akan segera terbayar tuntas.
Lalu di mana korelasinya dengan judul?? Ya tahu sendiri lah..(wartosae)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H