Mohon tunggu...
Tradisinesia
Tradisinesia Mohon Tunggu... Seniman - Aktivis Budaya Lokal

akun yang menyajikan sekilas tentang budaya, khususnya budaya daerah yang memiliki nilai-nilai keluhuran terhadap alam, lingkungan dan hubungan antar masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Seni Ketangkasan Sampyong Indramayu

5 Oktober 2023   22:03 Diperbarui: 5 Oktober 2023   22:11 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Singkat cerita kedua tokoh yang memiliki kesaktian itu pun bertarung untuk mengetahui siapa yang paling sakti. Pertempuran yang sifatnya tren itu menggunakan alat sebilah ujung rotan yang panjangnya berkisar 60 Cm. Peristiwa inilah yang kemudian menjadi cikal bakal adanya SAMPYONG di Desa Tugu.

Arsip Tradisinesia
Arsip Tradisinesia

Sampyong merupakan jenis permainan atau olahraga tradisional yang mengedepankan ketangkasan dan kekuatan fisik. Meskipun terkesan sarkasme, namun di balik kerasnya permainan Sampyong terkandung makna yang dapat menggugah spirit baik bagi si pelaku maupun masyarakat secara umum; selain sebagai penggemblengan mental, mempererat silaturahmi, dan dalam Sampyong terkandung makna refleksi diri bahwa kita hidup berupaya untuk tidak menyakiti orang lain, karena kita akan merasakan hal yang sama apabila kita tersakiti oleh lawan atau orang lain.

Dahulu Sampyong digelar ketika masa panen usai. Karena jenis permainan ini membutuhkan ruang terbuka maka kerap dilakukan di sekitar sawah maupun alun-alun desa. 

Selain para jawara keterlibatan wasit atau disitilahkan "Garet" juga para penabuh gamelan menjadi faktor penentu baik secara teknis aturan main dan menambah estetis karena teriringi oleh musik yang khas yang dihasilkan dari efek bunyi alat musik yang sederhana, seperti kendang, gong dan kenong.


Sebelum tahun 90-an Sampyong merupakan tradisi yang menyebar di tiap-tiap desa, khususnya desa yang terdapat area pertanian. Oleh karenanya ketika Sampyong digelar pesertanya bukan saja para jawara desa setempat, melainkan lebih sering mengundang juga jawara-jawara dari desa lain. 

Dari situ kemudian dikenal ada istilah dua aliran, yakni aliran Dermayu Kulonan (Barat) dan Dermayu Wetanan (Timur) yang masing-masing memiliki kekhasan sendiri, terutama pada gaya jogedan (tarian), teknik pukul, dan juga reaksi jawara ketika mendapat pukulan atau ketika lawan meleset memukul.

Dalam pertunjukan Sampyong tidak mengenal batasan waktu, lamanya helaran tergantung dari berapa jumlah peserta atau jawara yang turut dalam pertandingan tersebut, lain halnya dengan aturan permainan dimana setiap jawara ketika berhadapan diberi kesempatan memukul pada bagian tubuh tertentu sebanyak tiga kali secara bergiliran dan tentunya kapan waktu mukul adalah pada saat sang wasit atau "Garet" memberikan aba-aba dengan cara menggariskan ujung rotannya di tanah dan setelah lawan yang akan menerima pukulan telah menggolengkan bagian kakinya sebagai isyarat bahwa dia sudah siap menerima pukulan.

Arsip Tradisinesia
Arsip Tradisinesia

Sekalipun mengalami memar-memar pada bagian kaki dan terkadang ada yang mengalami luka namun setelahnya para jawara tidak menaruh dendam sedikit pun, kalau pun ada tidak mereka lontarkan di luar kalangan atau arena Sampyong, akan tetapi melampiaskannya di musim Sampyong di tahun berikutnya tentu dengan cara mengikuti aturan yang telah disepakati.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun