Pakaian yang dikenakan Cuene berupa kebaya, sewet, biasanya berupa batik dengan motif secara umum yaitu "Trusmian" atau Paomanan (Trusmian atau Paomanan menunjukan tempat yang menjadi sentra batik di Cirebon dan Indramayu), selendang, ikat pinggang, slop, kipas bambu, dan yang menawan, tiap-tiap Cuene mengenakan mahkota rangkaian bunga 7 rupa terdiri dari bunga kenanga, melati, bunga kertas, cempaka, karniem pudak, dan lainnya yang memiliki nilai penyimbolan baik secara umum maupun lebih khusus.
Bunga kenanga mengandung makna agar para Kasinoman Wadon tetap menjaga keperawanannya. Bunga melati sebagai simbol menjaga kebersihan diri dan kesucian. Bunga kertas senantiasa Kasinoman Wadon diharapkan mampu menjaga kecantikannya sebagai kembang desa.Â
Cempaka atau kantil yang berwarna putih melambangakan keindahan dan kesucian atau kemurnian, sedangkan warna kuning melambangkan keagungan, bunga karniem menyimbolkan keharuman tutur kata dan perilaku. Mahkota rangkaian bunga inilah yang kemudian menjadi daya tarik sekaligus memiliki keunikan sebagai identitas khas Ngarot.
Adapun rangkaian sebelum prosesi adat berlangsung seluruh peserta yang terdiri dari Kasinoman Wadon dan Lanang, serta beberapa para tokoh adat, agama dan masyarakat dari tiap-tiap blok berkumpul di rumah Kepala Desa sebagai titik sentral pemberangkatan peserta menuju Balai Desa (Kantor Desa).Â
Setelah Kepala Desa menyampaikan sambutan dan disertai dengan doa-doa, peserta lalu diberangkatkan dengan membentuk barisan pawai atau arak-arakan yang tersusun rapih dengan Kepala Desa dan istrinya, serta para tokoh memimpin di barisan depan.Â
Sepanjang arak-arakan berjalan menambah kemeriahan disajikanlah sekelompok musik tanjidor dan genjring, serta beberapa jenis musik tambahan lainnya.
Prosesi Ngarot dilangsungkan di Balai Desa dengan ditandai penyerahan perkakas kelengkapan bertani, seperti cangkul dan parang, benih padi, kendi berisikan air, pupuk, dan sepotong ruas bambu kuning secara simbolik dari Kuwu, Ibu Kuwu, serta tokoh adat kepada perwakilan Kasinoman Wadon maupun Lanang.
Seusai prosesi kemudian peserta dihibur dengan berbagai macam kesenian yang dimainkan secara "barungan" atau bersamaan. Adapun jenis kesenian yang biasa menghibur peserta tersebut adalah tari topeng (dengan penari laki-laki) dan ronggeng ketuk.
Seluruh peserta dan masyarakat menuangkan kegembiraannya saat itu, khususnya para pemuda yang telah mendapatkan motivasi untuk menjalankan tugasnya yaitu mengolah lahan kasinoman.