Mohon tunggu...
NurSalim ZA Lahasina
NurSalim ZA Lahasina Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki fakir ilmu

minat dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ibuku, Guruku

21 April 2020   03:07 Diperbarui: 21 April 2020   03:16 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak adanya covid-19 aktivitas masyarakat mengalami pergeseran ruang. Aktivitas yang awalnya dilakukan dengan melibatkan banyak orang akhirnya surut.

Masyarakat yang terbiasa bersosialisasi di ruang publik mulai membiasakan diri memanfaatkan dunia maya. Covid-19 memaksa kita untuk berjarak dan memutasi aktivitas ke tempat paling dekat dengan kita, yaitu rumah.

Rumah telah menjadi dunia dalam bentuk yang mini. Segala urusan kini dilakukan dari rumah. Urusan peribadatan, pemerintahan, sosial budaya, ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lainnya kini lebih aman jika dikerjakan dari rumah.

Yah ini tidak lain karena anjuran pemerintah untuk tetap berada di rumah. Belum ada kepastian kapan masyarakat bisa kembali melakukan aktivitas ke tempat semula.

Sayangnya tidak semua masyarakat dapat melakukan aktivitasnya dengan baik dari rumah. Hal ini terjadi karena beberapa hal: diantaranya adalah kurangnya dukungan teknologi; pekerjaannya yang tidak bisa dilakukan dari rumah; belum terbiasa dengan situasi saat ini; dan kurangnya kesadaran tentang bahaya covid-19.

Alhasil kegiatan work from home, praying from home, study from home, atau istilah beken lainnya yang from home tidak semuanya masyarakat bisa lakukan.

Soal pendidikan misalnya, sejak mewabahnya covid-19, pemerintah mengambil kebijakan dengan meliburkan sekolah dan kuliah. Hal ini menuntut dunia pendidikan berubah pola pengajarannya. Bagi dunia pendidikan tingkatan SMP dan  SMA sederajat hingga perguruan tinggi, guru dan dosen bisa dengan mudah melakukan pembelajaran secara online.

Namun, Di daerah yang tidak memiliki jaringan internet pasti mengalami kesulitan soal ini. Belum lagi untuk anak didik PAUD hingga SD yang belum fasih memanfaatkan android untuk terhubung dengan dunia maya jelas menambah kesulitan pembelajaran dari rumah.

Jika melihat jarak pemukiman dan rasio guru dengan anak didik, para guru di Indonesia sangat kesulitan untuk memberlakukan pembelajaran from home to home (dari rumah ke rumah). Keadaan ini menuntut para orang tua terutama ibu-ibu untuk mulai menjadi guru bagi anak-anak mereka.

Tidak sampai di situ para ibu harus berjibaku dengan anak sendiri dalam memberikan situasi yang baik bagi anaknya untuk belajar di rumah. Pemahaman tentang materi yang dipelajari anak menjadi wajib dimiliki orang tua.

Walhasil orang tua juga turut menjadi pembelajar bagi pelajaran anak-anaknya. Juga kecakapakan soal psikologi anak mulai menjadi perhatian serius dari para ibu demi kenyamanan anaknya belajar.

Situasi covid-19 ini sebenarnya adalah momen emas bagi para ibu untuk menguatkan pondasi keilmuan bagi anak. Seperti kata Rasulullah bahwa "Ibu adalah madrasah pertama bagi anak".

Belajar di rumah adalah sebuah kewajiban bagi para ibu untuk membimbing langsung anaknya. Kesempatan ini harusnya dimanfaatkan sebaik baiknya untuk mempererat hubungan emosional antara ibu dan anak yang mulai renggang karena kurangnya perhatian ibu kepada anak.

Untuk itu kepada para ibu, silahkan berjarak dengan para tetangga. Bongkar kebiasaan lama seperti susupo dan ghibah. Mulailah menata rumah yang nyaman bagi tumbuh kembangnya anak. Jadilah guru sepanjang zaman bagi anaknya.

Sebab anak adalah tanggung jawab bagi orang tua yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan pencipta kelak. Dan ibu memiliki peran yang strategis bagi kemuliaan sang anak. Maju dan berkembanglah para ibu di Indonesia. Ibuku, Guruku.

Morowali, 21 April 2020
Penulis : NurSalim ZA Lahasina (Kompasianer)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun