Mohon tunggu...
Indah W.
Indah W. Mohon Tunggu... -

: a wandering soul in her journey to the final destination..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu: Dua Minggu Mencari Cinta - TAMAT Versi Indah

18 Agustus 2010   02:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:56 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rindu tidak mampu berkata apapun selain membenamkan wajahnya di dada sang ayah dan mengecup pipinya seraya berujar, "Makasih, Pa, Rindu sayang sekali sama Papa!"

"Baiklah, Papa sudah menyampaikan apa yang Papa ingin sampaikan ke kamu. Sekarang kamu istirahat dulu sana. Sepertinya minggu ini telah banyak sekali kejadian yang kamu alami." Rindu mengangguk kemudian pamit dan pergi mengunci diri di kamarnya setelah sebelumnya berpesan pada sang ayah dan Mbok Inem bahwa ia tidak mau diganggu apabila ada yang menghubungi ataupun mencarinya nanti.

Begitu membaringkan tubuh di ranjang, Rindu langsung terlelap dan dalam tidurnya, Rindu bermimpi tentang roller coaster kehidupan dan emosinya selama seminggu ini, semuanya tumpang tindih menjadi satu dan berbaur tanpa ketahuan mana ujung pangkalnya dan di akhir mimpinya, semua tangan menunjuk pada dirinya seakan menudingnya sebagai penyebab segala kekacauan. Rindu berteriak keras yang membuatnya terjaga dari mimpi dengan peluh membasahi dahinya. Rindu menyalakan lampu di sisi tempat tidurnya dan mengecek jam yang tertera di layar ponselnya.

'Baru pukul 2 pagi!' Rindu bergumam. Rasa lapar yang mendera membuat Rindu beranjak ke lemari pendingin dan mengambil sepotong kue coklat dan sebutir apel serta sebotol air mineral untuk dibawa kembali ke kamarnya. Sambil mengunyah kue coklatnya lamat-lamat, Rindu berpikir mengenai Satria, penyakitnya, pernikahannya dan perkataan ayahnya tadi.

Potongan terakhir kue itupun lenyap masuk ke dalam mulutnya. Rindu meneguk air dan meraih apel untuk kemudian menggigitnya. Tiba-tiba seulas senyum hadir di wajah Rindu, senyum yang telah sekian lama absen dari hatinya kini mulai memancar di wajahnya.

'Baiklah, aku tau apa yang ingin aku lakukan! Semoga saja Papa dan Mama setuju dengan keputusanku." Rindu menghabiskan sisa apelnya lalu kembali bergelung di balik kehangatan selimut dan untuk pertama kalinya dalam seminggu ini, Rindu dapat tidur nyenyak.

Menjelang pukul tujuh pagi, Rindu terbangun dengan tubuh yang lebih segar dan pikiran yang lebih tenang. Segera Rindu membersihkan tubuh dan turun ke lantai bawah untuk berbicara dengan kedua orangtuanya.

"Pagi, Pa, Ma," Rindu menyapa kedua orangtuanya, "Kalian punya waktu? Ada yang ingin Rindu bicarakan." Sang ayah dan ibu saling berpandangan. Rindu kemudian menjelaskan semua kejadian yang dialaminya selama seminggu belakangan, tentang keputusan yang ada dalam pikirannya menyangkut soal pernikahannya dan Satria.

Kedua orangtuanya terdiam sejenak sesaat setelah Rindu selesai menjelaskan. Keheningan yang terasa menggelisahkan itu membuat Rindu menahan napas. Subuh tadi, Rindu merasa apa yang diinginkannya adalah penyelesaian terbaik untuk permasalahan yang dihadapinya, namun reaksi kedua orangtuanya saat ini membuatnya bimbang.

Sang ibu serta merta menolak ide Rindu, "Kamu sudah gila, Rindu?! Apa kata orang nanti?! Membatalkan pernikahan saja sudah merupakan suatu aib untuk keluarga ini! Ditambah lagi dengan ide gilamu itu?! Mama heran, siapa sih yang memasukkan ide gila itu di kepalamu?!"

Rindu menggigit bibir bawahnya. Harus diakui bahwa apa yang dibilang sang ibu ada benarnya, Rindu juga merasakan sisi gila dari idenya tapi menurutnya ini jalan terbaik yang bisa dipilihnya untuk saat ini. Rindu memalingkan wajah ke arah ayahnya, berusaha mencari dukungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun