"Aku ingin kita tinggal bersama, Satria, di rumah yang sejak awal telah kita persiapkan untuk kita tinggali setelah menikah nanti." Senyum itu masih belum lepas dari wajah Rindu.
"Kamu sudah gila, Rindu!" Satria terbelalak mendengar usulan Rindu.
"Itu juga kata Mamaku!" Rindu tertawa lepas mendengar reaksi Satria. Sejurus kemudian wajah Rindu berubah serius, "Satria, kamu lelaki pilihanku. Aku tau kamu akan merasa bersalah apabila tetap memintaku untuk menikahimu. Namun aku ingin mendampingimu, Satria," Rindu mengulurkan tangannya mengelus pipi Satria, "Kamu telah memberikan banyak kebahagiaan untukku, kenapa kamu tidak memberiku kesempatan untuk menemanimu melewati masa-masa sulitmu?"
"Aku tidak bisa memintamu melakukan itu, Rindu. Tidak adil bagimu."
"Kamu tidak perlu memintaku karena aku yang menawarkan diri!" Rindu berkata mantap dan biasanya Rindu hampir selalu mendapatkan apa yang diinginkannya.
"Tiga bulan, Satria! Aku akan memberikanmu waktu tiga bulan untuk hidup bersama denganku tanpa ikatan pernikahan, apabila setelah tiga bulan kamu masih hidup.." Bibir Rindu bergetar ketika mengucapkan kalimat itu dan hatinya terasa berat memikirkan kemungkinan harus berpisah dengan Satria untuk selamanya karena maut memisahkan mereka.
Rindu berdehem sebelum melanjutkan, "Bila setelah tiga bulan kamu masih hidup, maka kamu harus menikahiku dan aku akan menghabiskan sisa hidupku sebagai istrimu! Awas saja kalau kamu tidak mau menikahiku pada saat itu!" Rindu mengacungkan kepalan tangannya dan meninju Satria pelan di bahunya, "Bagaimana menurutmu?"
Satria sempat beberapa kali mencoba mengubah keputusan Rindu, namun tekad baja Rindu tidak tergoyahkan dan kali ini pun Rindu kembali mendapatkan keinginannya.
"Kamu tidak tau apa yang kamu minta, Rindu!" Bisik Satria di telinga Rindu seraya memeluknya dengan penuh rasa syukur.
"Percayalah, Kekasihku, aku tau!" Rindu ikut berbisik di telinga Satria, "Aku telah memilih kebahagiaan!"
Dalam hitungan hari yang tersisa menuju hari H, Rindu dan Satria sibuk memindahkan barang yang ingin mereka bawa ke rumah baru yang akan mereka tinggali bersama. Belum lagi mereka harus memberitahukan satu per satu kerabat serta teman dan sahabat yang telah menerima undangan bahwa pernikahan akan ditunda untuk sementara waktu. Dengan sopan dan kesabaran luar biasa mereka meladeni berbagai macam pertanyaan yang diajukan tanpa merasa perlu menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya.