Mohon tunggu...
Indah W.
Indah W. Mohon Tunggu... -

: a wandering soul in her journey to the final destination..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Rasa yang Berbeda

15 Juni 2010   03:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:32 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

selasa 15/6 (10:00 am)

ntah kenapa, walau gua udah tau sejak lama bahwa nothing lasts forever, tetap aja susah untuk melepaskan diri dari rasa sedih ketika sesuatu atau seseorang itu mulai beranjak pergi dan perlahan menghilang dari kehidupan gua.

and tentang take for granted.

ntahlah..

kadang merupakan suatu problem tersendiri by being almost always available for someone karena like it or not, secara ngga sadar kita akan membuat mereka take us for granted.

and di satu sisi gua mengerti keasyikan dalam menikmati sesuatu yang masih baru, ntah itu berupa teman baru atau barang yang baru didapatkan, terlepas dari emang kita menginginkannya atau ngga, tetap aja ada rasa yang berbeda ketika sesuatu yang baru dan menyenangkan itu masuk dalam kehidupan kita.

sesuatu yang baru. dari yang sebelumnya tidak ada menjadi ada.

sesuatu yang baru. sesuatu yang mempunyai banyak sekali sisi yang belum kita ketahui dan membuat suatu ketertarikan untuk menelusuri dan setiap penemuan bagaikan acara pencarian harta karun di mana kita berhasil menemukan sebuah peti yang terkunci dan harap2 cemas menanti apa yang ada di dalamnya.

sesuatu yang baru. yang menawarkan apa yang terhilang dari sesuatu yang lama.

dan di tengah keasyikan menikmati dan menjaga yang baru ini.. kita cenderung untuk melupakan yang lama.

mungkin karena somehow we believe bahwa mereka yang udah sejak lama ada dalam kehidupan kita, akan selalu sabar menanti dan menunggu kita untuk kembali menoleh ke arah mereka lagi, ketika kesibukan bermain bersama yang baru ini mulai berkurang dan pesona dari si baru ini mulai memudar, barulah kemudian kita kembali memalingkan muka kepada mereka, si lama yang telah sekian lama menemani kita dalam berbagai macam cuaca kehidupan, baik panas maupun hujan, suka maupun duka, sakit maupun sehat, sedih ataupun senang.

walau di satu sisi gua mengerti dan gua juga mungkin melakukan hal yang sama ketika bertemu dengan si 'baru', tetap aja ketika sedang berada dalam posisi si 'lama', mau ngga mau gua merasa ditinggalkan dan kehilangan.

kesibukan terkadang hanyalah sebuah alasan klise belaka karena yang sebenarnya terjadi adalah kita ngga mau meluangkan waktu untuk sekedar bercengkrama bersama si lama.

karena di tengah 'kesibukan' kita toh nyatanya kita masih bisa berbalas2an pesan dan komentar dengan si baru tanpa sekalipun merasa perlu untuk sekedar menyapa si lama yang just one click away.

nah itu dia permasalahannya.

dalam banyak hal di kehidupan ini, kita itu bukannya ngga bisa melakukan sesuatu, tapi lebih sering karena kurangnya keinginan untuk melakukan sesuatu.

sepii.. sepii.. rasa itu datang tanpa permisi.

seperti sedang menggenggam pasir dalam tangan dan ketika kita membiarkan tangan kita terbuka dan sang angin datang berhembus, butiran2 pasir itupun akan terbang mengikuti sang angin tanpa merasa perlu untuk mengucapkan selamat tinggal pada sang tangan yang selama ini menjadi wadah tempat mereka berkumpul.

seberapa perlunyakah kita membiasakan diri terhadap kepergian seseorang dalam hidup kita? karena biar bagaimanapun, hidup kita di dunia ini mempunyai batas waktu, expired date yang like it or not, kita semua sedang berjalan menuju ke arah akhir kehidupan kita di bumi ini.

ternyata betapapun seringnya kita mengalami perpisahan, baik yang sementara ataupun untuk selamanya, tetap aja kita ngga bisa mengusir rasa kehilangan itu untuk ngga menyapa kita sedikitpun ketika kepergian itu terjadi.

huff..

selasa 15/6 (10:31 am)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun