walau di satu sisi gua mengerti dan gua juga mungkin melakukan hal yang sama ketika bertemu dengan si 'baru', tetap aja ketika sedang berada dalam posisi si 'lama', mau ngga mau gua merasa ditinggalkan dan kehilangan.
kesibukan terkadang hanyalah sebuah alasan klise belaka karena yang sebenarnya terjadi adalah kita ngga mau meluangkan waktu untuk sekedar bercengkrama bersama si lama.
karena di tengah 'kesibukan' kita toh nyatanya kita masih bisa berbalas2an pesan dan komentar dengan si baru tanpa sekalipun merasa perlu untuk sekedar menyapa si lama yang just one click away.
nah itu dia permasalahannya.
dalam banyak hal di kehidupan ini, kita itu bukannya ngga bisa melakukan sesuatu, tapi lebih sering karena kurangnya keinginan untuk melakukan sesuatu.
sepii.. sepii.. rasa itu datang tanpa permisi.
seperti sedang menggenggam pasir dalam tangan dan ketika kita membiarkan tangan kita terbuka dan sang angin datang berhembus, butiran2 pasir itupun akan terbang mengikuti sang angin tanpa merasa perlu untuk mengucapkan selamat tinggal pada sang tangan yang selama ini menjadi wadah tempat mereka berkumpul.
seberapa perlunyakah kita membiasakan diri terhadap kepergian seseorang dalam hidup kita? karena biar bagaimanapun, hidup kita di dunia ini mempunyai batas waktu, expired date yang like it or not, kita semua sedang berjalan menuju ke arah akhir kehidupan kita di bumi ini.
ternyata betapapun seringnya kita mengalami perpisahan, baik yang sementara ataupun untuk selamanya, tetap aja kita ngga bisa mengusir rasa kehilangan itu untuk ngga menyapa kita sedikitpun ketika kepergian itu terjadi.
huff..
selasa 15/6 (10:31 am)