Mohon tunggu...
Toto Suryadi
Toto Suryadi Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

HOBI : MUSIK,TRAVELING, RENANG

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Upaya Pencegahan Sikap Intoleransi Antar umat Beragama Di Indonesia Demi Memperkuat Kesatuan Dan Persatuan Bangsa

4 Januari 2025   10:09 Diperbarui: 4 Januari 2025   10:09 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

       Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat kemajemukan dan keberagaman yang tinggi. Tingginya tingkat keanekaragaman ini dapat menjadi modal dasar bagi Indonesia untuk lebih maju dan berkembang. Keberagaman memiliki sifat seperti dua mata sisi pisau yang berbeda. Dalam artian, di satu sisi keberagaman dapat menjadi sebuah kekayaan bangsa untuk lebih maju dan di sisi lainnya keberagaman dapat menimbulkan gesekan yang berpotensi terjadinya konflik (Arliman, L. 2018: 81). Maka dari itu, sikap toleransi di Indonesia sangat diperlukan. Akan tetapi, terdapat juga sikap intoleransi dimana masyarakat menolak untuk menghargai maupun menghormati perbedaan. Indonesia memiliki enam agama yang disahkan oleh pemerintah sehingga sikap toleransi harus ditekankan. Meskipun demikian, masih terdapat masyarakat yang bersikap intoleransi terhadap umat beragama di Indonesia.
       Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat keberagaman sangat tinggi baik pada bidang budaya, suku, ras maupun agama. Bahkan jika dilihat lebih lanjut, Indonesia termasuk ke dalam negara yang multi religious. Adapun terdapat enam agama yang diresmikan di Indonesia, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghuchu. Selain itu, agama-agama yang berasal dari keyakinan lokal tidak di resmikan oleh pemerintah Indonesia, seperti Sunda Wiwitan, Wetu Telu dan Kaharingan.

       Mengutip dari laman liputan6.com, disebutkan bahwa keberagaman masyarakat memiliki dampak positif tersendiri, salah satunya ialah sebagai kekayaan alam. Adapun terdapat beberapa faktor yang menyebabkan keberagaman di Indonesia, di antaranya; terdiri dari wilayah kepulauan, kondisi iklim, kondisi bentang alam, perbedaan komunikasi dan transportasi, ras dan golongan serta adanya faktor pengaruh dari negara asing. Keberagaman ini merupakan hal yang sangat penting. Sebab, dengan adanya perbedaan menjadikan setiap masyarakat dapat belajar menghargai dan menghormati satu sama lain. Selain itu, keberagaman juga dapat memicu masyarakat untuk memahami perspektif yang berbeda.
       Sejalan dengan hal tersebut, dengan adanya keberagaman terutama banyaknya agama sah yang terdapat di Indonesia menjadikan adanya persoalan yang cukup sensitif jika tidak adanya sebuah toleransi. Menurunnya tingkat toleransi dan meningkatnya sikap intoleransi antar umat beragama dapat menimbulkan banyak sekali isu persoalan agama yang cukup krusial, di antaranya ialah terjadi konflik maupun kekerasan antar agama (Subagyo, A. 2020: 15). Contohnya ialah peristiwa ketika umat Islam hendak untuk mendirikan sebuah masjid untuk beribadah tetapi terdapat masyarakat dari agama lain yang menolaknya dengan beberapa alasan. Padahal masjid merupakan salah satu sarana untuk beribadah umat Islam. Selain itu, isu krusial lainnya ialah adanya kecemburuan sosial antar masyarakat beragama. hal tersebut dapat terjadi kapan saja dan di mana saja ketika terdapat golongan masyarakat beragama yang dirasa lebih kuat dalam bidang ekonomi (SETARA. Institut, 2021).
       Berdasarkan hal di atas, dapat dilihat bahwa isu-isu dan tren kasus mengenai intoleransi semakin hari semakin tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa isu mengenai umat beragama merupakan hal yang sangat sensitif. Oleh sebab itu, dengan terdapatnya isu-isu krusial ini hal yang perlu dipikirkan ialah bagaimana masyarakat antar umat beragama dapat hidup saling berdampingan tanpa kecemburuan dan kekerasan. Mengacu pada uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai isu intoleransi di wilayah Indonesia.

Pembahasan

       Toleransi dan Pluralisme Pada dasarnya, toleransi merupakan sikap saling menghargai dan menghormati atas perbedaan. Toleransi seringkali menimbulkan berbagai isu yang cukup krusial. Hal tersebut mengakibatkan toleransi cukup banyak dikaitkan dengan pluralisme (Muharam, R. S. 2020: 269). Tingkatan toleransi yang tinggi dapat dihubungkan dengan isu dalam masyarakat modern yang multi agama dan etnis. 

       Melansir dari laman kompasiana.com, menyebutkan bahwa toleransi antar umat beragama sangat benar adanya. Hal tersebut dilakukan agar kepercayaan seseorang terhadap agama yang diyakininya tidak akan terganggu oleh agama lain. Maka dari itu, perlu dikembangkan sikap toleransi dan pluralisme dalam diri masyarakat agar dapat saling menjaga persatuan kesatuan serta menjunjung tinggi nilai Bhinneka Tunggal Ika. Sejalan dengan hal tersebut, Menurut Webster (dalam Subagyo, A. 2020), pluralisme merupakan bagian dari sebuah keadaan sosial yang beragam dalam masyarakat. Dengan adanya pluralisme ini akan menciptakan kondisi di mana masyarakat dapat hidup secara berdampingan degan keberagaman yang ada. Mengacu pada hal tersebut, pluralisme agama memiliki arti di mana terdapat sebuah kondisi hidup berdampingan meskipun menganut agama yang berbeda dengan tetap mempertahankan ajaran masing-masing.

       Adapun prinsip plurarisme ialah hidup berdampingan dengan tetap menekankan pada prinsip agamaku adalah agamaku dan agamamu adalah agamamu. Sehingga dalam masyarakat yang memiliki keberagaman tinggi, tingkat toleransi dan pluralisme perlu untuk terus ditumbuhkan agar tidak terjadi konflik maupun isu yang krusial di antara umat beragama. Sikap Intoleransi Antar Umat Beragama Intoleransi beragama merupakan sikap dimana masyarakat tidak menghargai maupun menghormati terhadap perbedaan agama yang terdapat di Indonesia (Muhaemin, E., & Sanusi, I. 2019: 30). Biasanya, intoleransi antar umat beragama ini terjadi pada agama yang minoritas. Sikap intoleransi muncul akibat dari faktor eksternal maupun internal, seperti pengalaman pribadi, media massa dan sebagainya. Tindakan intoleransi mengandung berbagai dampak negatif, diantaranya ialah sering menimbulkan teror di masyarakat. Hal terebut dikarenakan terdapat beberapa oknum yang mengatas namakan agama untuk melakukan tindakan tidak pantas terhadap masyarakat yang menganut agama berbeda sehingga ia merasa terancam hidupnya. Sehingga tindakan intoleransi ini lebih mengarah pada paham radikalisme (Muharam, R. S. 2020: 269). 

       Sejalan maka akan menimbulkan berbagai konflik di dalam masyarakat. Sikap intoleransi beragama ini dapat muncul salah satunya ialah karena terdapat masyarakat yang terlalu fanatisme terhadap agama yang dianutnya sehingga merasa paling benar. Selain itu, penyebab lainnya ialah tingginya ego akibat dari perbedaan dalam memahami ajaran agama yang menjadikan timbulnya rasa intoleransi dan dapat menyebabkan perpecahan terhadap bangsa Indonesia. Faktor pendorong tersebut harus segera ditanggulangi agar sikap intoleran antar umat beragama dapat dengan cepat diatasi. Adapun upaya penanggulangan tersebut dapat dilakukan dengan cara memahami bahwa sikap intoleransi itu tidak baik. Selain itu, meningkatkan rasa saling menghormati dan menghargai serta menurunkan ego juga merupakan hal yang sangat penting. Faktor Penyebab Intoleransi Antar-Umat Beragama Intoleransi antar umat beragama seringkali masih terjadi di Indonesia. Melansir dari laman newsdetik.com menyebutkan bahwasannya hal tersebut disebabkan oleh empat faktor, diantaranya: 

1. Pandangan keagamaan sektarian 

2. Populasi agama 

3. Politisi yang memanfaatkan agama 

4. Pendirian rumah ibadah yang dilarang atas dasar agama 

       Berdasarkan ke empat faktor tersebut dapat menimbulkan intoleransi antar umat beragama yang menyebabkan sebuah perpecahan dalam masyarakat. Selain itu, menurut Gatot (dalam Kusuma, R.A. 2019: 276). Selain itu, penyebab lainnya ialah tingginya ego akibat dari perbedaan dalam memahami ajaran agama yang menjadikan timbulnya rasa intoleransi dan dapat menyebabkan perpecahan terhadap bangsa Indonesia. Faktor pendorong tersebut harus segera ditanggulangi agar sikap intoleran antar umat beragama dapat dengan cepat diatasi. Upaya penanggulangan tersebut dapat dilakukan dengan cara memahami bahwa sikap intoleransi itu tidak baik (Muharam, R. S. 2020: 269). 

       Selain itu, meningkatkan rasa saling menghormati dan menghargai serta menurunkan ego juga merupakan hal yang sangat penting. Adapun beberapa upaya untuk menghindari sikap intoleransi, diantaranya: 1. Tidak memaksakan kehendak sendiri dan menurunkan ego pribadi. 2. Peduli terhadap lingkungan sekitar 3. Menganggap semua agama sama dan tidak menganggap agamanya lebih baik dibandingkan dengan agama lainnya. 4. Tidak melakukan tindakan yang melanggar norma. 5. Berhati-hati dalam menyaring dampak globalisasi yang masuk Sejalan dengan upaya yang dilakukan tersebut, maka akan meningkatkan sikap toleransi yang kuat.  Hal tersebut dilakukan agar tidak adanya konflik antar umat beragama dan meningkatkan kerukunan. Selain itu, adanya landasan hukum serta pemahaman bahwa semua agama mengajarkan jalan yang benar juga akan menurunkan sikap intoleransi antar umat beragama. 

Implementasi Moderasi Agama Bagi Generasi Milineal Agama

       Agama merupakan bagian penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Untuk memahami Indonesia, moderasi dalam beragama penting untuk menjaga keharmonisan antara hak beragama dan bekerja sebagai bangsa dan negara, salah satunya terkait dengan milenium. Negara Indonesia memang terkenal dengan keramahannya, menjaga budayanya, menghormatinya. Nilai-nilai budaya Indonesia yang menjunjung tinggi persaudaraan, cinta, hormat, syukur sangat kuat. Namun dalam beberapa tahun terakhir, budaya keramahtamahan dan rasa hormat mulai menghilang. Kejahatan, radikalisme, ujaran kebencian, penistaan agama, penyebaran berita bohong, hingga rusaknya hubungan antar umat beragama, merupakan permasalahan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia, khususnya bagi generasi muda atau generasi Y kini menjadi solusi terbaik yang harus dicari secara langsung. 

       Ketaatan beragama dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada saat ini. Ujung-ujungnya tidak ada yang merasa enak lagi sehingga mudah disalahkan, dikritik, difitnah karena beda keyakinan. Ini baik. Karena sejatinya setiap agama mengajarkan kedamaian dan kebaikan. dan kehidupan manusia. Karena Islam sendiri mengajarkan kasih sayang kepada semua makhluk, yang sering kita sebut dengan Rahmatal Lil Alamin. Namun, banyak orang percaya bahwa moderasi dalam agama akan meningkatkan pemahaman agama. prinsip agama yang baik. Hukum agama tidak mencampurkan ajaran agama, tetapi menghormati berbagai agama yang ada di Indonesia.(Karjianto, 2020). 

       Menurut Prof. dr. Ali Ramdhani terdapat 4 indikator kekerasan agama yaitu pencegahan kekerasan, penerimaan, penerimaan budaya, dan intervensi nasional tidak mungkin. Prinsip-prinsip tentang generasi milenial yang religius adalah yang paling mendesak karena mereka berkembang dalam lingkungan penerimaan, kedamaian dan keharmonisan sehingga pikiran dan tindakan mereka rasional dan rasional. Jika lingkungannya negatif, anak muda menemukan diri mereka dalam lingkungan yang tidak dapat diterima penuh dengan kekerasan dan ujaran kebencian, hal itu akan mempengaruhi pemikiran dan perilaku sekarang dan di masa depan. (History et al., 2022). Menanamkan ketaatan beragama sangat penting di kalangan milenial karena mengembangkan sikap yang lebih baik dan bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dan tidak mengancam Dengan menanamkan pemahaman tentang praktik keagamaan di kalangan milenial Usia muda Ada juga peran masyarakat dan tokoh agama yang sangat membutuhkan keterlibatan mereka untuk menciptakan keharmonisan dan kedamaian dalam proses penyalahgunaan agama. (Darmayanti & Maudin, 2021) Sebagai generasi milenial tetap bangsa, seharusnya mereka memahami bahwa memiliki sikap toleransi ada kaitannya dengan moderasi beragama.

       Bersikap toleran berarti ikut aktif berdonasi dan berkontribusi dalam mendukung persatuan dan solidaritas bangsa (Elvinaro & Syarif, 2022) Untuk itu peran lembaga pendidikan, masyarakat dan tokoh agama turut mewujudkan terwujudnya kehidupan yang rukun dan damai. Masyarakat Indonesia. Moderasi sangat penting untuk diajarkan dan disebarkan di kalangan milenial untuk mencegah dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Jika dilihat, ketergantungan generasi milenial terhadap teknologi informasi termasuk media sosial, media sosial berperan penting dalam membentuk perilaku kegiatan keagamaan guna mencapainya. dan mengetahui cara menggunakan media sosial. (Pujianto, 2022) Dapat disimpulkan bahwa pemahaman tentang praktik keagamaan harus diterapkan pada generasi muda dengan harapan dapat mengurangi intoleransi terhadap diri sendiri.
       Selain itu, pemikiran yang salah juga harus mencegah ekstremisme dan radikalisme serta melindungi generasi muda darinya. kesederhanaan dalam soal agama untuk memberikan pemahaman tentang moderasi beragama kepada generasi muda milenial agar nantinya generasi muda milenial dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan bermasyarakat. Penanaman pemahaman tentang moderasi beragama sangat penting agar generasi muda tidak mudah terpapar kekacauan dan kekerasan.

Kesimpulan

       Ketaatan terhadap agama mengembangkan rasa beragama seseorang secara tepat, yaitu memahami dan mengamalkan ajaran agama tanpa beban. Sehingga setiap orang bisa memberikan pendapat dari sudut pandangnya masing-masing. Dalam Islam, tidak benar melakukan halhal ekstrim karena membuat seseorang percaya bahwa dia benar. Ribuan orang berkumpul untuk menjaga kerukunan dan meningkatkan toleransi antar umat beragama, sehingga dapat memperkokoh persatuan bangsa. Milenial akan baik-baik saja dengan menerima dan menanggapi informasi atau konten keagamaan yang diperbarui secara berkala di Internet untuk menghindari konflik antar komunitas agama. Milenial harus mampu mengembangkan pandangan budaya dan agama yang berbeda di masyarakat agar tidak terpapar radikalisme. Penting untuk menyingkirkan agama ini agar tidak butuh ribuan tahun untuk berkembang. 

       Tindakan intoleransi mengandung berbagai dampak negatif, diantaranya ialah sering menimbulkan teror di masyarakat. Hal terebut dikarenakan terdapat beberapa oknum yang mengatas namakan agama untuk melakukan tindakan tidak pantas terhadap masyarakat yang menganut agama berbeda sehingga ia merasa terancam hidupnya. Sehingga tindakan intoleransi ini lebih mengarah pada paham radikalisme. Sejalan dengan hal tersebut, jika tindakan intoleransi tidak dicegah dan diatasi dengan tepat maka akan menimbulkan berbagai konflik di dalam masyarakat.Sikap intoleransi beragama ini dapat muncul salah satunya ialah karena terdapat masyarakat yang terlalu fanatisme terhadap agama yang dianutnya sehingga merasa paling benar. Selain itu, penyebab lainnya ialah tingginya ego akibat dari perbedaan dalam memahami ajaran agama yang menjadikan timbulnya rasa intoleransi dan dapat menyebabkan perpecahan terhadap bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun