Mohon tunggu...
Toto Sugiarto
Toto Sugiarto Mohon Tunggu... Guru - guru

Nama Toto Sugiarto nama pena Ayman S. Hobi olahraga, travelling, dan menulis. kedudukan di Klaten, sehari-hari sebagai pendidik di SMAN 3 Klaten.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Teacher's Rainbow Trail (15)

27 Januari 2024   22:11 Diperbarui: 27 Januari 2024   22:13 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Bergabung dengan komunitas jurusan

Suasana siang yang panas, matahari persis bersinar di atas kepala, sekitar sembilan puluh derajat dari permukaan bumi. Alif dan rekan-rekan mahasiswa satu jurusan, sedang asyik nongkrong di tangga naik, tanggga menuju gedung kuliah lantai tiga.

Tiba-tiba komunitas mahasiswa yang sering ceplas ceplos dengan logat Betawi yang kental, yang berjumlah tujuh orang dan anggotanya cowok semua, mengambil alih pembicaraan.

"Heh, elu-elu semua! gue ame temen-temen, mau ada acara nih, mau pade ikut kagak?" tanya Bang Zein, selaku ketua komunitas betawi.

Kemudian dari kelompok mahasiswi,yang suka travelling menanggapi ajakan dari ketua komunitas betawi.

"Emangnye elu mau ngadain acara ape, Zein?" tanya Ani.

"Ini acara, khusus buat cowok. Kagak nerime yang cewek, tahu!" seru Bang Zein, menjawab pertanyaan Ani.

Kelompok yang berasal dari daerah, mendengar ajakan Bang zein dan komunitasnya, merasa tertarik juga rupanya. Alif dan teman-teman satu komunitas dari daerah, yang di stempeli oleh kelompok cewek jakarta sebagai genk Kurcaci, merasa tertarik dengan ajakan  Bang Zein.

"Maaf Bang Zein, aku dan teman-teman tertarik dengan ajakan Bang Zein. Aku, Limin, Paiz, Yoyo, Wahib, dan Andi, boleh ikutan?" tanya Alif, mewakili teman-teman nya.

"Nah ini yang gue demen, elu-elu mesti harus ikut. Kite-kite pade, mau naik gunung. Rencananye mau naik gunung salak, yang lokasinya di Bogor," kata Bang Zein, memberikan penjelasan pada Alif dan teman-temannya.

"Kapan rencananya Bang? Naik apa ke gunung salaknya? Terus apa yang harus dipersiapkan?" tanya Alif, memberondong pertanyaan dengan antusias.

Setelah pulang kuliah, Alif dan teman-teman RPT-nya yang baru, Faiz, Wahib, dan Limin, bersama-sama menuju halte MIPA, untuk menunggu datangnya bus kampus.  Lama juga bus kampus lewat. Mahasiswa yang pulang kuliah sudah memenuhi badan halte MIPA menunggu Bus, Alif dan Limin berusaha menjauh dari kerumunan mahasiswa, mencari tempat yang teduh di sekitar halte sambil bercerita tentang acara yang akan diikuti oleh kelompoknya.

"Kamu beneran akan ikut, Alif?" tanya Limin, menegaskan ulang keikutsertaan Alif.

"Memangnya kenapa, Limin? Kamu meragukan aku, untuk naik gunung," kata Alif, sambil memalingkan mukanya ke arah Limin.

"Bukan begitu maksudku kawan, naik gunung itu harus siap dengan perlengkapan mendakinya. Seperti tas gendong, sandal atau sepatu gunung, serta perlengkapan lain yang dibutuhkan," kata Limin.

Setelah lama berdiskusi, sambil menunggu datangnya bus kampus, akhirnya keduanya sepakat untuk mencari pinjaman perlengkapan mendaki. Kebetulan disekitar RPT-nya Pak Lurah banyak mahasiswa anggota MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam).

Alif dan Limin berencana mau mendatangi tempat kostnya anak-anak MAPALA, yang satu daerah dengan kampung halaman masing-masing.

Akhirnya bus kampus yang ditunggu-tunggu datang. Mahasiswa berebut untuk naik dan masuk ke dalam bus. Alif dan Limin tidak kebagian tempat, terpaksa harus bergelantungan di pintu bus, seperti kernet bus umum yang sedang mencari penumpang.

"Awas hati-hati, pegangan yang kuat, Limin!" suruh Alif, mengingatkan temannya.

"Tenang kawan, aku terbiasa bergelantungan di angkot. Bus yang jurusan Pasar Minggu biasanya juga penuh seperti ini," kata Limin, meyakinkan Alif.

Setelah sampai di halte Kukusan, mereka segera turun. Alif dan Limin mau mencari tempat kostnya anak-anak MAPALA. Kebetulan tempat Kosnya searah dengan jalur pulang ke RPT-nya Alif dan Limin. Mereka berjalan menelusuri jalan-jalan tikus di pinggir pagar kampus. Tempat kos mahasiswa MAPALA sudah terlihat di pinggir jalan yang sedang dilalui oleh Alif dan Limin. Keduanya semakin kencang jalannya ingin segera ketemu dengan mereka. Setelah sampai tujuan Alif masuk ke halaman kos dan mengucapkan salam...

"Assalamualaikum!" sapa Alif, berharap tuan rumah menjawab salamnya.

"Waalaikumussalam, silahkan masuk, pintu tidak di tutup kok!" kata salah satu Mahasiswa yang menjawab salamnya Alif.

Setelah masuk dan duduk, kemudian Alif mengemukakan maksudnya. Kemudian disambut dengan gembira oleh teman-teman MAPALA. Dan semua kelengkapan yang dibutuhkan untuk naik gunung sudah tersedia semua di tempat kosnya. Sehingga Alif dan Limin tidak berlama-lama di tempat itu, kemudian berpamitan. Mereka berdua pulang ke tempat kost dengan hati berbunga-bunga, dengan senangnya bisa meminjam perlengkapan mendaki gunung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun