Mohon tunggu...
Toto Sugiarto
Toto Sugiarto Mohon Tunggu... Guru - guru

Nama Toto Sugiarto nama pena Ayman S. Hobi olahraga, travelling, dan menulis. kedudukan di Klaten, sehari-hari sebagai pendidik di SMAN 3 Klaten.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Teacher's Rainbow Trail

3 Juli 2023   21:11 Diperbarui: 3 Juli 2023   21:23 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bab 7. Kembali ke Jakarta

Sebelum Alif berangkat ke Jakarta, Emih dan Abah sudah mempersiapkan biaya kuliah yang akan dibayarkan ketika pendaftaran awal kuliah. Dengan segala daya dan upaya, sudah berhasil mengumpulkan sejumlah uang yang cukup, untuk melunasi biaya awal masuk kuliah. Emih merelakan cincin dan kalung emasnya di jual ke toko emas, dengan harapan bisa mendapatkan uang  tunai. Tidak cukup dengan hanya menjual perhiasan tetapi juga sawah warisan dari orang tua emih juga ikut di sewakan kepada saudara dekat selama lima tahun.

“Alif, ini ada uang untuk biaya kuliah nanti, semoga cukup ya, dan jangan di habiskan semua, sisanya kamu tabung untuk biaya bulanan kamu!” kata Emih dengan perasaan senang bisa membekali anak kesayangannya.

“Iya, terima kasih banyak atas pengorbanan Emih dan Abah. Semoga dengan uang ini, Alif bisa kuliah sampai selesai dan bisa di wisuda, sesuai dengan harapan,” kata Alif.

“Aamiin Ya Allah, semoga Engkau berikan kemudahan kepada putra Hamba,  bisa kuliah dengan baik dan  lulus dengan cepat!” gumam Emih dalam hati.

Keluarga besar Abah Mansyur, pagi ini bersiap-siap mengantarkan Alif ke tempat pemberangkatan bus, jurusan Jakarta. Semua ikut mengantar, sampai ke jalan besar sekitar dua kilometer dari rumah. Emih dan Abah masih kuat untuk jalan, sambil bercerita seputar kejadian di Kampung, tidak terasa sudah sampai ke tempat pemberhentian bus.

“Emih, Abah, dan Adikku, Alif pamit ya! mohon doanya biar lancar di perjalanan,” kata Alif .

“Anakku, hati-hati di jalan ya, jangan lupa berdoa, dan kalau sudah sampai tujuan, kirim surat ke kampung,” kata Abah.

Tidak menunggu lama, bus sudah datang. Alif segera naik ke dalam bus, sambil melambaikan tangan ke semuanya. Kenangan yang sangat mengesankan bagi Alif  ketika berangkat diantar oleh keluarga besarnya. Ketika bus berangkat, doapun terlantunkan dibibirnya.

“Subhaanalladzii sakhhorolana hadzaa wamaa kunnaa lahu muqriniina wa innaa ilaa rabbina lamunqolibuuna. Allahumma innaa nasaluka fii safarina hadzal birro wattaqwaa waminal 'amali maa tardho. Allahumma hawwin 'alaina safarana hadzaa wathwi'anna bu'dahu. Allahumma antash shoohibu fissafari wal khalifatu filahli. Allahumma innii a'uudzubika min wa'tsaaissafari wakaabatilmandhori wasuuuilmunqolabi filmaali wal ahli.” (Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya. 

Sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, takwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga). Aamiin!” Dengan khusyuk Alif berdoa.

            Di perjalanan menuju ke Jakarta, Alif terlelap tidur. karena lelahnya pikiran dan semalam tidak bisa tidur. Banyak hal yang dipikirkan. Mulai dari biaya kuliah, sampai dengan kondisi Emih dan Abah, serta persiapan perlengkapan pribadi yang belum semuanya terpenuhi. Sampai di tengah perjalanan menuju Jakarta, bus singgah dulu di rumah makan. Alif  terbangun dengan ramainya penumpang yang mau turun untuk keperluan buang air dan mengisi perut.

“Ayo turun-turun, mobilnya mau di bersihkan dulu, silahkan ke toilet dan pesan makanan, kita istirahat lima belas menit,” kata kondektur kepada penumpang bus.

Alif segera bangun dari tempat duduknya dan keluar dari bus untuk rehat sebentar. Tujuan pertama ke toilet, ternyata sudah banyak yang antri untuk dapat giliran masuk ke dalam toilet. Salah satu ujian kesabaran untuk Alif dan yang lainnya adalah menunggu dengan sabar sampai gilirannya tiba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun