Bab 7. Kembali ke Jakarta
Sebelum Alif berangkat ke Jakarta, Emih dan Abah sudah mempersiapkan biaya kuliah yang akan dibayarkan ketika pendaftaran awal kuliah. Dengan segala daya dan upaya, sudah berhasil mengumpulkan sejumlah uang yang cukup, untuk melunasi biaya awal masuk kuliah. Emih merelakan cincin dan kalung emasnya di jual ke toko emas, dengan harapan bisa mendapatkan uang tunai. Tidak cukup dengan hanya menjual perhiasan tetapi juga sawah warisan dari orang tua emih juga ikut di sewakan kepada saudara dekat selama lima tahun.
“Alif, ini ada uang untuk biaya kuliah nanti, semoga cukup ya, dan jangan di habiskan semua, sisanya kamu tabung untuk biaya bulanan kamu!” kata Emih dengan perasaan senang bisa membekali anak kesayangannya.
“Iya, terima kasih banyak atas pengorbanan Emih dan Abah. Semoga dengan uang ini, Alif bisa kuliah sampai selesai dan bisa di wisuda, sesuai dengan harapan,” kata Alif.
“Aamiin Ya Allah, semoga Engkau berikan kemudahan kepada putra Hamba, bisa kuliah dengan baik dan lulus dengan cepat!” gumam Emih dalam hati.
Keluarga besar Abah Mansyur, pagi ini bersiap-siap mengantarkan Alif ke tempat pemberangkatan bus, jurusan Jakarta. Semua ikut mengantar, sampai ke jalan besar sekitar dua kilometer dari rumah. Emih dan Abah masih kuat untuk jalan, sambil bercerita seputar kejadian di Kampung, tidak terasa sudah sampai ke tempat pemberhentian bus.
“Emih, Abah, dan Adikku, Alif pamit ya! mohon doanya biar lancar di perjalanan,” kata Alif .
“Anakku, hati-hati di jalan ya, jangan lupa berdoa, dan kalau sudah sampai tujuan, kirim surat ke kampung,” kata Abah.
Tidak menunggu lama, bus sudah datang. Alif segera naik ke dalam bus, sambil melambaikan tangan ke semuanya. Kenangan yang sangat mengesankan bagi Alif ketika berangkat diantar oleh keluarga besarnya. Ketika bus berangkat, doapun terlantunkan dibibirnya.
“Subhaanalladzii sakhhorolana hadzaa wamaa kunnaa lahu muqriniina wa innaa ilaa rabbina lamunqolibuuna. Allahumma innaa nasaluka fii safarina hadzal birro wattaqwaa waminal 'amali maa tardho. Allahumma hawwin 'alaina safarana hadzaa wathwi'anna bu'dahu. Allahumma antash shoohibu fissafari wal khalifatu filahli. Allahumma innii a'uudzubika min wa'tsaaissafari wakaabatilmandhori wasuuuilmunqolabi filmaali wal ahli.” (Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya.
Sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, takwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga). Aamiin!” Dengan khusyuk Alif berdoa.