Mohon tunggu...
Toto Sugiarto
Toto Sugiarto Mohon Tunggu... Guru - guru

Nama Toto Sugiarto nama pena Ayman S. Hobi olahraga, travelling, dan menulis. kedudukan di Klaten, sehari-hari sebagai pendidik di SMAN 3 Klaten.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Happy Anniversary21, My Wife

25 Juni 2023   09:00 Diperbarui: 25 Juni 2023   09:09 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  Hasan melangsungkan walimatul urusy pada tanggal 02 maret 2008. Pada saat itu terjadi peristiwa yang sangat  sakral  dan  bersejarah  bagi  kedua  keluarga besar Bapak M. Toyib dengan keluarga besar Bapak D. Agung. Bagi kedua mempelai sarana saling menguatkan diri untuk menjadi pribadi yang mulia, bagi istri dan suami serta anak‐ anaknya dikemudian hari. Hasan menyiapkan segala sesuatunya   untuk   menerima   sang   permaisuri   yang   akan menjadi manusia istimewa dalam kehidupannya. Inilah contoh yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Agar setiap manusia memilih pasangannya dan menjadi tentram dalam mengarungi samudra kehidupan dalam berkeluarga.

Dalam perjalanannya mengarungi samudra rumah tangga tentunya tidak mulus sesuai keinginan Mas Hasan dan Mbak Sarah. Pada kenyataannya masalah yang datang silih berganti, seperti riak air yang mengalir atau gulungan ombak di samudra luas. Mas Hasan yang pembawaannya pendiam dan tidak banyak protes dan Mbak Sarah yang sifatnya tegas dan penuh pertimbangan dalam mengambil setiap tindakan. Itulah yang menjadikan keluarga ini mampu bertahan dalam menghadapi perselisihan, bahkan gejolak yang muncul dalam rumah tangga.

 Setiap pagi Mas Hasan rutin dengan aktivitasnya. Dia membaca buku dan menyiapkan bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa SMA tempatnya mengajar. Sebelum melaksanakan aktifitas rutinnya Mas Hasan selalu minta dibuatkan secangkir kopi dan makanan ringan penyertanya. Namun, pagi ini tidak ada kopi, apalagi makanan ringan seperti biasa. Mas Hasan heran dan segera beranjak menghampiri istrinya.

“Bun... Ko, minum dan snacknya tidak ada ya?” Tanya Mas Hasan pada istrinya.

“Biasanya Bunda rajin menaruh di meja kerja, Mas, tapi sekarang tidak nampak lagi ya?” Dengan ringan istri Mas Hasan menjawab pertanyaan dari Mas Hasan.

“Mas!.. Sekarang Bunda tidak bisa lagi melakukan yang seperti biasanya.” Istrinya berkata. “Mas kan tahu?” Bunda juga kerja. Bunda juga sama dengan Mas, Mau menyiapkan apa yang Mas siapkan setiap pagi,” lanjut istrinya. “Coba Mas berpikir! Bunda setiap pagi harus menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Harus menyiapkan minum dan snack..Juga harus menyiapkan bahan materi yang akan diajarkan di sekolah.” Istri Mas Hasan berbicara panjang lebar menjelaskan.

Setelah kejadian pagi itu Mas Hasan merasa ada perlakuan yang berbeda dari istrinya. Setiap pagi tidak lagi tersedia secangkir kopi dan makanan ringan. Bahkan Mas Hasan dibiarkan melakukan apapun sekehendaknya. Tidak ditanya, tetapi disuguhi dengan wajah yang sepertinya penuh dengan kejengkelan. Mas Hasan berusaha bersabar dengan kejadian ini. Namun, sehari dibiarkan ternyata tidak tahan juga. Mas Hasan pun memberanikan diri untuk bertanya. 

 “Bunda? Apa sih yang menjadikan Bunda marah sama Mas? Sepertinya Bunda selalu membuang muka ketika Mas dekati? Beri dong alasannya!” Pinta Hasan kepada istrinya.

“Biar Mas Hasan bisa memperbaiki perilaku Mas yang menurut Bunda salah, atau kurang bisa membahagiakan Bunda.

 Tetapi Mbak Sarah tidak menjawab pertanyaan Mas Hasan. Justru isak tangis yang keluar dari wajahnya yang mulai sembab, karena sudah tidak terbendung lagi menahan air mata. Mbak Sarah justru langsung lari ke kamar tidur dan menutup rapat pintu. Sepertinya usaha Mas Hasan sia‐sia untuk menanyakan masalah yang dihadapi istrinya. Mas Hasan berpikir keras, bahkan terasa ada rasa nyeri yang menusuk‐nusuk dada. Tidak terasa air matanya berlinang mengalir dengan derasnya. Mas Hasan pun mengadu kepada sang pencipta allah SWT.

 “Ya Allah! Hamba memohon kepada‐Mu Yaa Robb! Perbaiki masalah yang ada pada keluarga hamba, Yaa Robb! Lunakkanlah hati istri hamba! Jadikan keluarga hamba menjadi kelurga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah!” Kuatkan atas ujian yang menimpa diri hamba! Tunjukkan jalannya, Yaa robb, agar bisa kembali seperti sediakala kehidupan dalam rumah tangga hamba! Hamba memohon dengan segala kekuasaan dan kebesaran‐Mu, Yaa Robb! Untuk mengembalikan kebahagiaan hamba dengan istri hamba dalam mengarungi bahtera rumah tangga ini. Aamiin!” Doa Hasan, seraya berlinang air mata membasahi pipi.

Keesokan harinya Mas Hasan siap untuk melakukan aktivitas rutin hariannya. Ada suasana yang berubah di rumah keluarga ini. Sepulang dari masjid untuk melaksanakan Shalat Subuh, Mas Hasan melirik ke meja kerjanya. Dengan penuh rasa haru, Mas Hasan melihat ada secangkir kopi panas dan sepiring goreng pisang yang sudah tersaji dengan apik di meja kerja. Sepintas lalu dia melihat ada secarik kertas yang diletakkan di bawah piring. Secara perlahan Mas Hasan menghampiri meja kerja dan menarik secarik kertas itu. Dibacanya tulisan dalam secarik kertas itu berlahan‐lahan, hatinya berdebar‐debar

"Kepada Mas Hasanku yang kusayangi...!"

"Maafkan atas semua perlakuan bunda kepada Mas Hasan akhir‐akhir ini.

Selama usia pernikahan kita, Mas Hasan selalu sibuk dengan urusan pekerjaan Mas, itu semua membuat Sarah cemburu dan iri hati. Kenapa Mas gagahku lupa dengan janji dulu akan menjaga Sarah lahir dan bathin, baik dalam keadaan sempit atau pun lapang. Masku, Sarah sangat menyayangi Mas. Usia pernikahan kita sudah 12 tahun berjalan, tapi mas gagahku belum pernah sekalipun peduli dengan usia pernikahan kita.

Salam sayang dari istrimu, Sarah.

Bagaikan salju yang turun dari gunung Fujiyama yang menerpa kulit ari, berasa sejuk menembus hati sanubari. Mas Hasan segera mencari sang permaisuri dambaan hati.

“Bunda.... Maafkan, Masmu yang lalai ini. Mas Hasan berjanji tidak akan menyia‐nyikan bunda lagi. Yaa Robb, terimakasih telah engkau kembalikan istriku, kedalam kehidupanku kembali. Amin.”

Begitulah perjalanan hidup manusia. Allah memilihkan jodohnya dan Allah akan menguji hambanya dengan ujian yang setimpal dengan kemampuannya. Allah tidak akan menguji hambanya diluar kemampuannya. Pasti Allah akan menguji hambanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun