foto: jajaran Pengurus BPI berfoto bersama Tim Film NDBA dan KPSSI
Rabu, 2 April 2013, Tim Film “Negeri Di Bawah Awan” yang berhasil meraih penghargaan Royal Reel Award kategori Foreign Film Competition (Film berbahasa asing) bertepatan dengan Hari Film Nasional ke-64 di Canada International Film Festival 2014 tiba di Jakarta. Tim yang terdiri dari Ny. Yosina Laly (produser), Ny. Wasthi Pulalo (co produser), Ipong Wijaya (sutradara) dan Victor Manengkey (cameraman) disambut oleh Laksar KPSSI (Komunitas Penulis Skenario dan Sutradara Indonesia) dengan menggelar spanduk dan pengalungan bunga di Bandara Soekarno Hatta Cengkareng.
Atas keberhasilan tersebut, Pengurus Badan Perfilman Indonesia (BPI) kemudian mengundang mereka untuk jamuan makan siang di ruang rapat BPI Gedung Film Jakarta Selatan. Hadir dalam jamuan makan siangtersebut Ipong Wijaya, Victor Manengkey (tim film Negeri Di Bawah Awan) dan beberapa pengurus KPSSI antara lain Toto Soegriwo, Dedi A Allison, Dimas Jayadinekat, Wahyu Nugroho, Santosa Amin, Irfan Wijaya dan Akhmad Sekhu. Sementara dari Pengurus BPI hadir Edwin Nazir, Kemala Atmojo, Robby Ertanto, Embie C Noer, Gerzon R Ayawaila dan Rully Sofyan.
foto: Ipong Wijaya sedang membubuhkan tanda tangan pada DVD film NDBA
Pada pertemuan yang berlangsung sekitar 2 jam tersebut, Pengurus BPI mengucapkan Selamat atas keberhasilan film NDBA yang telah membawa nama harum bangsa Indonesia di festival berkelas international yang diikuti oleh 30 negara itu. Ipong Wijaya selaku sutradara film NDBA awalnya pesimis kalau filmnya bakal memenangi ajang tersebut. Namun, dukungan do’a dari teman-teman semua, terutama dari KPSSI yang terus memberikan semangat, akhirnya film NDBA berhasil menjadi The Best Film mengalahkan 9 nominator lainnya.
Zulkifli, Kasubdit Fasilitasi Direktorat Pengembangan Industri Perfilman yang hadir mewakili pemerintah, turut menyatakan kegembiraannya dan mengucapkan selamat atas penghargaan yang diraih film NDBA. Namun, beliau juga meminta maaf, karena pemerintah pusat belum dapat memberikan dukungan dalam bentuk dana, karena memang tidak ada alokasi anggarannya. “Karena setiap anggaran yang dikeluarkan harus sesuai dengan DIPA. Anggaran tahun ini, sudah diajukan pada tahun sebelumnya”, ungkap Zulkifli.
Lebih lanjut Zulkifli menyatakan siap jika Pemda Papua akan kerjasama dengan Kementerian Parekraf dalam rangka peningkatan kualitas SDM Perfilman di provinsi Papua, seperti penyelenggaraan Workshop dan Pelatihan. Misalnya, Pemda Papua menyiapkan tempat, peserta, konsumsi dan lain-lain, Kementerian Parekraf yang mendatangkan tenaga ahli dengan biaya sendiri.
Menanggapi hal itu, Ipong Wijaya menyatakan siap untuk menyusun programnya. Namun dalam waktu dekat, beberapa proyek produksi film sudah menanti. Beberapa produksi FTV dan produksi Film Layar Lebar dengan judul “Lukas, Aku Ingin Jadi Presiden” yang setting lokasinya semua di Papua, 80% SDM nya dari Papua, hanya 20% crew yang akan didatangkan dari Jakarta. Tanggal 5 besok, kami dipanggil Pak Gubernur untuk menindaklanjuti rencana produksi film layar lebar tersebut.
Kemala Atmojo mengatakan bahwa BPI siap untuk mendukung program-program KPSSI. “Namun saat ini jujur saja beluma ada dana. Karena Keppres nya juga belum ditandatangani”, ujar Kemala. “Saya rasa, program untuk peningkatan kualitas SDM itu perlu. Kalau memungkinkan, bisa saja produksi film kerjasama dengan PH di Jakarta, dengan beberapa pemain dan Crew dari Jakarta yang punya nilai jual, sehingga menarik orang untuk menonton”, lanjut Kemala. Sementara itu, Dedi Allison menambahkan bahwa secara SDA (Sumber Daya Alam), Papua sangat siap. Yang perlu ditingkatkan adalah SDM (Sumber Daya Manusia) nya.
foto: Ipong Wijaya sedang memberikan DVD Film NDBA kepada Edwin Nazir
Embie C Noer, Pengurus BPI yang kebagian tugas untuk mengurus komunitas-komunitas film menambahkan bahwa tahun depan, ia berencana menggelar pertemuan besar Komunitas Film se Indonesia. Diharapkan dengan pertemuan tersebut, akan lahir satu formula, satu pandangan bagaimana membuat sebuah film yang baik, film yang mengeksplor kekayaan budaya lokal dari tiap-tiap komunitas film tersebut.
Victor Manengkey menceritakan ketika mampir ke Konjen RI di Vancouver, tidak ada sarana promosi Indonesia, khususnya Papua. Misalnya foto-foto, ataupun patung-patung kayu khas Papua. Sehingga setiap orang yang berkunjung dapat melihat keindahan alam melalui foto ataupun produk-produk budaya Indonesia.
Di akhir pertemuan, Toto Soegriwo selaku Pembina KPSSI menyampaikan ucapan terima kasih atas apresiasi dan sambutan dari Pengurus BPI, dan menyatakan siap untuk mendukung dan berpartisipasi pada setiap kegiatan yang akan dilaksanakan oleh BPI.
Mendapat Ucapan Selamat dari para Kasubdit Direktorat Pengembangan Industri Perfilman
Usai jamuan makan siang dengan BPI, Tim Film NDBA dan Pengurus KPSSI diajak oleh Kasubdit Fasilitasi Industri Perfilman menuju lt. 4 Gedung Film untuk bertemu dan berkenalan dengan semua Kasubdit di Jajaran Direktorat Pengembangan Industri Perfilman, yaitu Kasubdit Festival dan Eksibisi Film, Kasubdit Produksi, Kasubdit Pemasaran Film.
foto: para Kasubdit di Direktorat Pengembangan Industri Perfilman
menerima tim film NDBA dan KPSSI
Ipong Wijaya dan Victor Manengkey yang mewakili film NDBA mendapat ucapan selamat dari para Kasubdit. Kasubdit Festival, Molly Prabawati mengatakan bahwa memang belum ada anggaran untuk festival film di Canada. Yang ada dana untuk keikutsertaan film Indonesia di Cannes, Berlin dan Hongkong FilmMart.
Diharapkan, dengan adanya pertemuan tersebut akan terjalin kerjasama yang baik antara KPSSI dengan pihak Pemerintah (Kemenparekraf) terutama untuk produksi film-film yang mengangkat budaya dan kearifan lokal sekaligus untuk promosi suatu daerah, seperti film Negeri Di Bawah Awan. (ts).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H