Mohon tunggu...
Toto Mulyoto
Toto Mulyoto Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Literasi Kota Bekasi

Tinggal di Bekasi Timur, Pelajar masbuk, dalam upaya meninggalkan dunia hitam penghitung dan penikmat riba, Relawan Literasi Kota Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Amat Membantu Imat Mengepel Musola

27 Maret 2023   14:14 Diperbarui: 27 Maret 2023   14:25 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karpet sudah digulung, jangan disiram! (dokpri)

Selesai salat Zuhur, Imat menggamit lengan Amat yang sudah terkantuk-kantuk di serambi musola. "Ayo, Am... Kita mulai sekarang."

"Mulai apa?" tanya Amat pura-pura tidak tahu.

"Ngepel ruangan dalam musola" jawab Imat singkat.

Amat bangkit dari duduknya masih dengan setengah mengantuk. Dia mengikuti Imat masuk ke ruangan dalam musola. "Eh.. Ente cuci muka dulu biar seger." tegur Imat.

"Gak usah," jawab Amat, "Paling cuma sebentar. Kalo udah selesai, ane mau lanjut tidur lagi. Biar dapat pahala yang banyak".

Imat hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kalau gitu, tolong ente gulungin karpet, yak" pinta Imat sambil beranjak keluar ruangan. Amat melihat karpet di dua shaf terdepan memang masih tergelar. Tapi matanya masih melihat pergerakan Imat, maka dengan cepat Amat memanggil Imat, "Lha, ente mau ke mana?"

"Ane mau ngambil air. Ente mau, kan?" Imat menjawab sekaligus melontarkan pertanyaan. 

Cepat sekali Amat menjawab, "Ogah... Kan lagi puasa!"

"Air buat kita ngepel, bukan buat ente minum!" balas Imat. 

Amat nyengir kuda. Dengan perlahan tapi cukup pasti, Amat mulai menggulung karpet meski matanya masih terasa mengantuk. Tak dipedulikannya Imat yang masuk tapi segera keluar ruangan lagi. 

Amat membawa karpet yang sudah di gulung ke arah luar ruangan, maksudnya agar bisa dijemur di halaman. Tetapi, tiba-tiba terdengar , "Blekk, byurr..."

Ternyata karpet yang dibawanya menyenggol ember berisi air yang tadi diletakkan Imat. Air mengalir ke seluruh ruangan. Imat meletakkan karpet yang dibawanya lalu buru-buru membenahi ember. Ketika dia angkat lagi karpetnya, ternyata karpet itu sudah basah.

Imat yang baru kembali sambil membawa alat pel terbelalak. "Innalillahi... Kenapa, nih?!"

Amat menjelaskan dengan singkat. "Embernya kesenggol karpet"

Amat memperhatikan karpet yang dibawa Amat, "Lha, itu kenapa karpetnya basah?"

"Disiram air seember", Amat menjawab sekenanya sambil berjalan ke luar menuju halaman.

Imat beristighfar berulang kali.

-o0o-

Membangun kebiasaan baik memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada banyak kesabaran dibutuhkan. Ada banyak ketekunan diperlukan. Ada tekad yang harus dikuatkan.

Itu semua dibutuhkan karena membangun kebiasaan baik adalah proses yang juga membutuhkan waktu. Tidak bisa instan seperti foto, mie atau kopi. 

Itu semua juga dibutuhkan karena membangun kebiasaan baik pasti akan menemukan hambatan dan rintangan. Tak bisa lolos dan lulus dengan mudah.

Ibadah-ibadah dalam bulan Ramadhan bisa dipandang sebagai pembiasaan perbuatan baik. Makanya mengerjakan ibadah-ibadah Ramadhan perlu kesabaran, ketekunan dan tekad yang kuat. Tanpa itu, bisa-bisa gagal di tahap awal seperti Amat yang gagal Tarawih hari, eh, malam pertama hanya karena masjid yang ditujunya penuh, meluber jamaahnya sampai Amat tidak kebagian tempat.  

Ketika Om Jay (Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd.) mengajarkan untuk "Menulislah Setiap Hari...", maka itu pun bisa dipandang sebagai bentuk pembiasaan, kan? Membiasakan untuk (bisa) menulis. Berarti juga perlu kesabaran, ketekunan dan tekad kuat untuk melakukannya.

Saya sedang dan terus berusaha melakukannya.

Lalu, bagaimana dengan Amat? Apakah dia akan melanjutkan upaya membangun kebiasaan baik? Apakah Amat akhirnya akan menjadi rajin seperti Imat? 

Tto

(Saya juga bertanya-tanya...)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun