Namanya Faqih, tapi kami biasa memanggil dia Qiqi. Cucu (dari keponakan) saya ini baru berusia 4 tahun. Ini cucu laki-laki saya yang paling dekat.
Tingkah lakunya memang menggemeshkan. Sehari saja dia tidak main ke rumah, rasanya kangen berat!
Kami (istri saya, anak-anak saya dan saya sendiri) sangat menikmati kebersamaan dengan Qiqi. Jadi, kami sering bermain bersama.
Tapi, ada satu hal yang membuat kami merasa agak khawatir. (Yah, sebenarnya, sih, saya tidak). Anak-anak saya memperhatikan bahwa Qiqi tidak punya teman bermain di sekitar rumah. Bocah-bocah yang kira-kira sebaya Qiqi memang ada. Namun Qiqi hampir tidak pernah bermain bersama mereka. Jika tidak bersama kami, Qiqi lebih sering bermain sendiri bersama mobil-mobilannya, atau nonton via gadget Mamanya.
Keadaannya makin membuat anak-anak saya prihatin, terutama setelah mereka semua mendapat pekerjaan dan disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing sehingga tidak lagi bisa leluasa bermain bersama Qiqi. Kata anak-anak saya, khawatir Qiqi jadi ansos (anti sosial).Â
Karena itulah mereka mendorong Mamanya Qiqi untuk memasukkan Qiqi ke play group (PG) , biar punya teman dan belajar berteman.
Hari pertama di PG, istri saya dan seorang anak saya yang belum berangkat kerja turut mengantar Qiqi ke PG. Menurut anak saya, tanda-tanda ansos masih ada. Meski, Â dengan gaya bocahnya, Qiqi masih bikin gemesh dan ketawa para pengantarnya.
Salah satu tanda ansosnya, menurut anak saya, Qiqi malah main di tangga sendirian sementara teman-teman yang lain khusyu memperhatikan bunda yang sedang bercerita.
Â
Ada lagi yang bikin lebih gemesh: setelah bosan main di tangga, Qiqi main roda. Tetap sendirian. Yang parahnya, dia teriak-teriak memprovokasi teman-temannya untuk ikutan, "Ayo,.. Semuanya Naik !!! Cepet!!!"
Untungnya tidak ada anak lain yang menyambut seruan provokasi itu karena mereka masih khusyu mendengarkan cerita Bundanya.
He he he... Qiqi... Kamu sungguh menggemeshkan!
He he he......
Eh eh eh.... sebentar... sebentar...
Sepertinya ada sesuatu yang salah...
Kita tahu para bocah adalah peniru terbaik, kan...? Setiap tingkah laku mereka adalah tiruan dari apa yang mereka lihat atau dengar, kan?Â
Lalu, perilaku ansos dan pemrovokator cucu saya ini, meniru siapakah?
Berhentilah tertawa dan mulailah introspeksi, Kek!
Tto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H