Dua atau tiga hari terakhir, muncul nama Akip (Prayogo) yang begitu tenar di Kompasiana. Siapa dirinya dan apa yang dilakukannya sampai membuat heboh para Kompasianer, saya kurang paham karena sedang asyik "mengasihani diri". Tapi dari banyak komentar yang sempat saya baca dari para kolega tepercaya, Akip itu akun siluman yang mengacak-acak blog keroyokan ini dengan dalih yang masih didalami para pakar IT Kompasiana (semoga begitu dan cepat diselesaikan).Â
Kehadiran Akip memang tak seheboh berita akan turun gunung -nya Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama (BTP) dari pertapaan di Mako Brimob. Atau simbah Abubakar Ba'asyir dari hotel prodeo Gunung Sindur. Kedua pendekar dunia politik itu punya ragam cerita yang bisa digali, diangkat ke permukaan dan akhirnya dikembangkan dalam berbagai versi. Semua menarik perhatian dalam porsi masing-masing.Â
Pendekar Ahok mungkin punya porsi yang lebih besar dan lengkap. Ibarat makanan, Ahok adalah gado-gado dengan porsi jumbo. Ada sayuran (kangkung, slada, tauge dan lainnya), lauk (krupuk, tempe goreng dan sebagainya) serta sumber energi berupa lontong atau sejenis nasi lainnya. Pendekar Ahok bisa jadi Si Pitung, Ninja atau Shaolin. Sementara itu, simbah Abubakar Ba'asyir mungkin hanya akan mengandalkan ajian Rawa Rontek atau sejenisnya.Â
Dari semua lakon berinisial A itu, yang paling heboh tentu A terakhir yaitu Air yang hadir di musim hujan saat terjadi anomali cuaca. Air memang sumber kehidupan tidak hanya bagi manusia. Tanaman dan hewan juga perlu air dengan porsi yang berbeda dari manusia. Manusia acapkali lupa diri kalau permintaan air itu hanya satu. Menjadi rata atau datar. Tidak perlu jungkir balik seperti topeng monyet. Kalaupun dipaksa melakukan atraksi akrobatik hal itu tetap bertujuan sama. Meratakan dirinya dengan meratakan semua jalan yang dilalui. Sifat alamiah inilah yang acapkali tak diindahkan oleh manusia. Air yang hanya terdiri dari dua unsur, hidrogen dan oksigen, mampu menghilangkan suatu kaum. Di sisi lain mengembangbiakkan kaum lainnya baik secara alamiah maupun dengan bantuan teknologi fertilitas. Gegara air ini pula, Vanessa  Angel jadi "bertarif".Â
Kedahsyatan air tidak sepadan dengan "trauma teror" simbah Abubakar Ba'asyir maupun kegamangan Ahok dalam memilih trik berkomunikasi. Apalagi sebuah akun siluman bernama Akip.Â
Karena air tak hanya bentuk fisikalnya yang dahsyat. Banyak makna yang terkandung dalam air yang berwujud kalimat bijak dari manusia jadul. Air yang dalam itu menghanyutkan. Jadi tak perlu seperti air di daun talas. Atau air susu dibalas air tuba. Berkhidmatlah dengan sesuatu yang berinisial A.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H