Adakah diriku tlah berjanji
Menata hari ini di awal pagi
Atau membiarkan mendung terus menggantung .
***
Bersama senyum sang mentari pagi, suara Kedasih itu menghilang di telan cakrawala. Namun, bayang-bayang suara itu masih menggelayut benak. Musim hujan tahun ini lebih lambat datangnya. Bahkan hari ini pertama kalinya matahari baru menyapa dunia. Adakah suara Kedasih itu jadi penanda hilangnya harmoni alam yang kian menua? Atau burung itu juga merasa ada sesuatu yang berbeda dari tanda-tanda alam semesta?Â
Burung cantik beroktaf tinggi itu acapkali dipercaya sebagian manusia sebagai tanda kematian tlah datang. Entah jelasnya, memang ada tetangga yang baik tengah kehilangan anggota keluarga. Seorang perempuan  hampir seabad umurnya. Dua jam sebelum tahun berganti. Biasanya ini jatah sang gagak, burung hitam pemakan bangkai. Anomali kah, seperti kata orang-orang?
Burung-burung datang di luar kebiasaannya. Hujan dan angin demikian pula. Alam bergeser menentukan titik imbangnya agar kehidupan terus berjalan. Tapi manusia tak berani menegakkan kesaksian. Anomali kah?
Sang burung tlah bersaksi, juga angin dan tetumbuhan. Manusia hanya berani bicarakan perubahan diri di awal musim.Â
Kedasih dan gagak bukanlah tanda kematian. Karena ia tengah berteriak, sampai di mana keberanian dirimu beranomali? Wahai manusia di jaman ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H