Siapa yang tak kenal lagu Pelangi atau Aku Anak Gembala, atau juga Ambilkan Bulan, Bu? Dua dari ratusan lagu anak Indonesia itu diciptakan oleh AT Mahmud.
Liriknya sederhana, mudah dihafalkan dan menggambarkan cara pandang anak serta edukatif. Mari kita simak lebih lirik atau syair lagu Pelangi berikut ini:
Pelangi Pelangi
Alangkah indahmu
Merah kuning hijauÂ
Di langit yang biruÂ
Pelukismu Agung, siapa geranganÂ
Pelangi pelangi ciptaan TuhanÂ
Sebagaimana kita (orang dewasa) tahu , warna dasar pelangi memang merah, kuning, hijau. Sederhana. Sedangkan biru adalah warna langit cerah, yang dapat diartikan suasana hati gembira dan penuh harap datangnya kebaikan.
Tapi, anak-anak akan menafsirkan fenomena alam itu dengan caranya. Bisa saja pelangi itu sebuah permen raksasa yang bisa ia atau mereka makan.
Boleh jadi ada imajinasi lain yang acapkali tidak mudah dipahami oleh orang dewasa. Anak-anak punya dunianya seperti orang dewasa juga begitu.
Biarlah anak memahami dunianya dengan cara dan imajinasinya. Orang tua atau orang-orang dewasa yang ada di sekitarnya cukup mengarahkan jalan agar tidak tersesat.
Kenangan masa kecil selalu terbawa sampai ke ujung usia. AT Mahmud kecil, ketika bersekolah di HIS 24 Ilir Palembang, ia belajar mengenal tangga nada dengan cara unik. Biasanya, kita hanya tahu satu tangga nada itu dari do rendah sampai di tinggi ialah :Â
do-re-mi-fa-sol-la-si-do.
do-dol-ga-rut-e-nak-ni-an.
Sangat sederhana perubahan cara penyampaian guru di sekolah (SD berbahasa pengantar Bahasa Belanda) di zaman penjajahan Belanda. Guru tak hanya memindahkan pengetahuan berseni suara, tapi telah menanamkan satu bibit pengetahuan lain bernama dodol Garut.
Cara tersebut bukan lagi inovasi dalam proses belajar mengajar. Tapi telah mencapai tingkatan benchmarking (inovatif di atas inovasi).Â
Kemampuan musikal AT Mahmud sudah banyak diketahui dan ditulis dalam berbagai biografi dan beragam tulisan lain. Tapi tidak banyak disebut bahwa beliau juga memiliki kemampuan mengorganisasi gerakan pelajar secara nasional.Â
Di masa perjuangan menegakkan kemerdekaan, Yogyakarta pernah menjadi ibukota negara Republik Indonesia.
Menurut cerita Staf Putri Markas Pusat (Tentara) Pelajar, almarhumah Ibu Atiatoen yang juga ibu kandung kami, pada 16-17 Juli 1946 bertempat di Sitihinggil (nama gedung) yang ada di dalam Komplek Keraton Yogyakarta berlangsung Kongres ke 1 Ikatan Pelajar Indonesia yang dipimpin oleh Totong Mahmud.
Pada kesempatan itu muncul gagasan dari peserta Kongres bahwa mereka harus mengambil bagian dalam proses mempertahankan kedaulatan NKRI.Â
Mereka bersepakat membentuk laskar perjuangan pelajar yang diberi nama Ikatan Pelajar Indonesia Bagian Pertahanan yang di dalamnya ada nama AT Mahmud sebagai anggotanya.
Tidak dijelaskan oleh Ibu Atiatoen apakah karena desakan teman-teman atau atas inisiatif sendiri, Mahmud jadi komandan pasukan pelajar itu di Pulau Sumatera.Â
Sejak saat itu (masih pelajar SMP), beliau telah menjadi seorang Kombatan atau pasukan tempur yang bergerilya di dalam kota sampai masuk ke hutan-hutan Sumatera yang masih lebat. IPI Bagian Pertahanan kemudian berevolusi menjadi Tentara Pelajar dan masuk dalam jajaran TNI sebagai Brigade XVII.Â
Atas pengabdian dan sumbangsihnya kepada kemerdekaan RI, pada awal Maret 1951, Pemerintah RI memberi penghargaan kepada para pelajar berbakti yang disebut KUDP.
Penghargaan ini semacam pesangon karena setelah itu, Tentara Pelajar Brigade XVII TNI dibubarkan dan para mantan anggota baik yang kombatan maupun non kombatan diberi pilihan meneruskan karir militer di TNI/Polri atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.Â
AT Mahmud memilih jadi orang sipil dan meneruskan pendidikan di SMA/ SGA dan seterusnya kuliah di IKIP Jakarta jurusan Bahasa Inggris. Pernah kuliah singkat di Universitas Sydney Australia dan terakhir pensiun sebagai pegawai negeri. Beliau wafat pada usia 80 tahun dengan sejumlah kenangan yang tidak hanya diingat oleh putra-putri serta para cucu kandung.Â
Tapi juga anak-anak Indonesia yang mungkin hanya mengenal karya-karyanya. Seorang mantan anggota pasukan tempur yang menjiwai dunia anak Indonesia dengan bahasa sederhana dan penuh makna. Karya sang maestro yang tak lekang oleh jaman.
Semoga demikian seterusnya sebagai amal ibadah yang terus mengalir. Amien.
Video Lagu : Paman Datang ole Tasya Kamila
Sumber : Satu , Dua , Tiga , Empat , Lima .
Staf Putri Markas Pertahanan (Tentara) PelajarÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H