Mohon tunggu...
dabPigol
dabPigol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nama Panggilan

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

KKI 2018 dan Filosofi Bambu

4 Desember 2018   13:51 Diperbarui: 5 Desember 2018   10:38 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, Kang Sobary berharap agar Kongres ini memberi arah yang jelas bagi pengembangan kualitas pendidikan dengan meletakkan kebudayaan sebagai pondasi utama pendidikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Sistem pendidikan dirumuskan di tingkat bawah, paling tinggi di tingkat menteri tanpa  kiblat atau rujukan pada kebijakan yang lebih tinggi atau pada tingkat kebijakan negara. Untuk menentukan perjalanan bangsa ke depan, terutama di bidang budaya jangan hanya dikerjakan oleh pusat kurikulum saja karena tidak akan menjawab semua kebutuhan itu.

Ditambahkan pula oleh budayawan ini, bahwa tugas besar kenegaraan itu harus dikerjakan oleh orang-orang hebat  yang mampu  merumuskan pemikiran atau paling tidak menjawab kebutuhan tentang kebijakan pendidikan, kebudayaan dan teknologi dan dijadikan kiblat pendidikan nasional serta melibatkan masyarakat. 

Baik Asep, Kang Sobary dan Cak Nun telah memberikan kepercayaan kepada para orang hebat yang dilibatkan oleh penyelenggara KKI 2018. Tetapi saya lebih mendukung pernyataan Cak Nun tentang definisi "orang bodoh" yang direpresentasikan oleh sosok Mbah Maridjan dalam dialog Imajinatif itu. 

Dalam kaitan dengan filosofi bambu, KKI 2018 memang ingin tampil beda dari yang sebelumnya. Rumpun bambu yang menggambarkan kekuatan akar - rumput, mungkin akan disingkirkan keberadaan "rumput"-nya yang mengganggu pemandangan. Atau bambu hanya dipandang dari nilai manfaat yang memiliki kekuatan dekoratif dan arsitektural. Tampilan dekoratif bambu memang luar biasa. Tetapi untuk menyamai atau melebihi China dan Jepang di tingkat global dalam urusan perbambuan, nampaknya Indonesia harus sadar diri. Kalau tidak, apa kata dunia???

Sumber: Satu ,Dua , Tiga, Empat , Lima , 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun