Saat engkau telah berada di dalam keabadian
Banyak orang mengenang kebaikanmuÂ
Dari caramu melangkah ..teratur dan berirama tegas
Suara yang menggema di relung hati dan membekas dalam ingatan kolektif
Semua akan tertunduk saat jari telunjuk berayun menandakan rasa sayang di balik marahmu
Terdiam dalam gundah tlah berbuat salah
Nada itu semakin melembut dan muncullah sifat keibuannya saat sang murid berani mengakui kesalahanÂ
Para murid hormat karena keteladananmu bersikap
Sederhana dalam penampilan dan tutur bahasa yang senantiasa tertata rapi
Kejujuran bukan hanya diucap
Keberanian bertahan dalam guncangan badai kehidupanÂ
Engkau lalui tanpa keluh kesah, apalagi mengasihani diri
Dari masa anak tlah kau buktikan berbeda sikap dari kebanyakan adalah kebaikan yang tertanam
Seperti namamu yang pasti, meski pelan harus berbuah kebajikanÂ
Setidaknya tak ingin menyakitiÂ
Meski tak pelak lagi menanggung rasa sakit yang berpindah haluan
Itu..yaitu..kala percaya harus berpegang tonggak
Guncangan angin tak pernah sepi dari kehidupan yang kian tak jelas arah
Dalam langkah tertatih pun engkau masih sempatkan diri mengambil beban yang tak harus dipanggul
Dan beban-beban lain yang terus menggantung
Bagaikan benalu, menghisap sari makanan sang induk
Sampai jelas kepergiannya ke tempat keabadian itu
Tak pernah ada keluh kesah
Dalam sakitmu yang makin parah
Engkau adalah pelita dalam gulita bagi sesamaÂ
Tak suka sebutan pahlawan tanpa tanda jasa karena berkesan menyombongkan diriÂ
Atau aplogia yang disengaja hadir untuk kelabuhiÂ
Guru itu bukan buruh katamu selalu
Bukan pula tak tahu malu dengan meminta ini itu
Guru adalah teladan kehidupan , dipegang ucapan dan diikuti perilakunya.
Selamat Hari Guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H