Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Singapura dalam Perspektif Keteladanan bagi Pejabat Indonesia

15 Oktober 2024   09:50 Diperbarui: 15 Oktober 2024   09:50 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PM Lawrence Wong menggunakan pesawat komersial bertarif rendah (sumber:marketing-interactive.com)

Singapura dalam Perspektif Keteladanan bagi Pejabat Indonesia

Dalam banyak hal, pejabat Singapura patut menjadi teladan bagi bangsa lain. Pejabat di Indonesia perlu meneladani sikap kesederhanaan, etos kerja dan komitmen anti korupsi yang diperlihatkan oleh pemimpin bangsa Singapura.

Keteladanan diatas sungguh utama, apalagi menurut Bank Indonesia (BI) ada tujuh negara yang menjadi pemberi utang luar negeri Indonesia terbesar. Adapun, di urutan pertama dalam status 2023, tercatat Singapura dengan total 57,43 miliar dollar AS. Patut dicatat, Singapura adalah kreditur langganan untuk utang valas Indonesia. Selain itu investor yang menanam modal di Indonesia juga banyak dari Singapura.

Meneladani Singapura yang paling esensial adalah teladan mentalitas dan etos kerjanya. Keteladanan pemimpin Singapura baru saja diperlihatkan oleh Perdana Menteri Lawrence Wong yang diperlihatkan kepada publik dengan cara memilih pesawat komersial bertarif rendah (low-cost carrier) ketimbang naik jet pribadi usai usai acara kenegaraan konferensi tingkat tinggi (KTT) ASEAN di Laos. Ketika pejabat negara lain menggunakan pesawat kenegaraan atau jet pribadi saat dinas ke luar negeri.

Pilihan PM Wong untuk menggunakan Scoot yang merupakan maskapai berbiaya murah yang merupakan anak perusahaan dari Singapore Airlines patut diacungi jempol. Harga tiket dari Laos ke Singapura pada penerbangan yang digunakan PM Wong hanya sekitar Rp2,6 juta. Harganya bahkan lebih murah lagi jika tiket dipesan jauh-jauh hari. Dalam kesempatan itu PM Wong duduk di kursi paling depan dengan ruang kaki sedikit lebih luas, sehingga ada tambahan biaya Rp120 ribu.

Dari masa ke masa Singapura patut diteladani Indonesia. Perdana Menteri pertama Singapura Lee Kuan Yew berhasil mentransformasikan Singapura menjadi negara maju dan memiliki dialektika yang panjang dengan Indonesia. Serta memiliki hubungan yang spesial dengan semua Presiden RI.

Meskipun hubungan Indonesia dengan Singapura sering diwarnai dengan pasang surut. Dalam hal itu Lee Kuan Yew berperan menemukan solusi hubungan yang lebih baik. Polemik seru juga pernah terjadi antara Lee dengan BJ Habibie terkait dengan politik ekonomi kedua negara. Bahkan Habibie pernah menyatakan bahwa Singapura adalah noktah atau titik kecil ditengah samudra biru. Pernyataan Habibie tersebut mengajarkan kepada semua pihak bahwa kegiatan perekonomian Indonesia hendaknya jangan bergantung kepada Singapura. Habibie gusar karena berbagai aktivitas bisnis dan investasi di Indonesia banyak yang berkantor pusat di Singapura.

Implikasi pasang-surut hubungan antara Indonesia dengan Singapura adalah menguatnya sentimen ekonomi bagi rakyat Indonesia. Karena selama ini pihak Singapura telah menikmati begitu banyak keuntungan ekonomi, khususnya keuntungan dalam hal mendapatkan sumber daya alam (SDA) dari bumi Indonesia seperti gas alam, pasir laut, minyak dan lain sebagainya.

Mengalirnya gas alam lewat pipa raksasa dengan volume yang sangat besar dari wilayah Indonesia ke Singapura selama ini mengundang kecemburuan sosial bagi rakyat Indonesia dan kalangan industri yang sering mengalami kelangkaan gas. Sangat ironis jika melihat gas alam dari Pulau Sumatera mengalir deras ke Singapura melalui pipa besar.

Hingga kini gas alam yang mengalir ke Singapura dijual jauh lebih murah dari minyak dan tentu saja lebih bersih dan ramah lingkungan. Singapura menggunakan gas alam Indonesia untuk bahan bakar pembangkit listrik, industri, perhotelan dan untuk keperluan rumah tangga rakyat di Singapura. Ironisnya, selama bertahun-tahun rakyat Singapura menikmati gas alam Indonesia, dilain pihak rakyat Indonesia terpaksa memakai LPG atau elpiji yang harganya tiga kali lebih mahal dari gas alam dengan pipanisasi langsung ke Singapura. Gas alam itu hanya dijual 5 dollar AS / MMBTU ke negara tetangga. Berarti harga tersebut setara dengan seperempat dari harga BBM solar. Ironisme tersebut semakin mencuatkan rasa ketidak-adilan ketika kalangan industri di Indonesia sering kekurangan dan kesulitan mendapatkan pasokan gas.

Dalam berbagai kesempatan dan lain waktu, hubungan Indonesia dengan Singapura memiliki fenomena yang unik. Fenomena itu terlihat juga pada saat pemerintahan Habibie dan Gus Dur. Secara telanjang Habibie telah memperlihatkan sikap yang kurang cocok terhadap Lee Kuan Yew. Sedang Gus Dur justru menjadikan Lee sebagai penasehatnya.

Fenomena unik yang dipertontonkan oleh pejabat kedua negara terus berlangsung. Pada saat prajurit KKO Usman dan Harun dihukum gantung oleh Pemerintah Singapura, waktu itu Presiden Soeharto sempat geram dan langsung menjadikan Usman dan Harus sebagai Pahlawan Nasional. Tetapi dalam perjalanan sejarah rezim orde baru, Soeharto lebih sering bersikap merindukan kehadiran petinggi Singapura. Bahkan hubungan pribadi Soeharto dengan Lee begitu dekat dan sering terlihat tanpa batas protokoler kenegaraan.

Pada era kekuasaan SBY juga menempatkan Singapura sangat istimewa. Hal itu terlihat dengan aktivitas pendidikan anak SBY dan kegiatan bisnisnya yang berbasis di negeri singa itu. Pemerintahan SBY juga sangat berharap terhadap berbagai entitas negara kota itu. SBY begitu semangat untuk berjualan masterplan pembangunan NAD ke Singapura setelah bencana tsunami di Aceh.

Terkait posisi strategis Singapura,meskipun wilayahnya kecil namun memiliki peran ekonomi regional yang sangat penting. Tidak bisa menutup mata bahwa sebagian besar aktivitas bisnis di Indonesia dikendalikan dari Singapura. Begitu pula basis investasi, perbankan dan pasar modal juga tidak jauh berbeda.

Dimasa mendatang kedua pemerintahan sebaiknya mencari terobosan diplomasi disertai dengan mencari resep kemesraan untuk hubungan kedua negara. Kegiatan perekonomian Indonesia hendaknya tidak tergantung dengan Singapura. Namun demikian, posisi Singapura juga tidak bisa diabaikan. Karena mampu menggalang potensi ekonomi etnis Tionghoa perantauan yang memiliki solidaritas dan potensi yang besar.

Solidaritas dan potensi itu terlihat dari kiprah Tionghoa perantauan dalam menyelenggarakan Shijie Huashang Dahui atau Konvensi Wiraswasta Tionghoa sedunia. Konvensi pertama dipelopori Lee Kuan Yew yang diselenggarakan di Hotel Mandarin di pusat keramaian Orchard Road di Singapura pada 1991. Penyelenggaraan World Chinese Entrepreneurs Convention yang kedua pada tahun 1993. Konvensi internasional etnis Tionghoa perantauan kedua tersebut implementasinya agak istimewa, karena terbentuk wadah dan jaringan bisnis yang kokoh dan solidaritas etnis. Nan Yang Inc merupakan wadah para pengusaha keturunan Tionghoa di Asia Tenggara dan merupakan komponen World Chinese Entrepreneurs Convention ( WCEC ). Diperkirakan wadah diatas memiliki aset setara dengan tiga kali cadangan devisa seluruh negara ASEAN.

Bangsa Indonesia perlu mencontoh dan mempelajari rekayasa mentalitas dan etos kerja di Singapura. Rekayasa tersebut dilandasi ajaran Konfusianisme yang diaktualisasikan dengan kemajuan jaman. Proyek nasional yang berupa rekayasa sosial berhasil menjadikan Singapura sebagai macan Asia.

Proyek spiritualitas bangsa Singapura dimulai sejak tahun 70-an. Dilakukan dengan mendatangkan beberapa pakar dari seluruh dunia untuk mengimplementasikan ajaran Konfusius kepada para siswa sekolah dan mahasiswa. Salah satu pakar Konfusius yang direkrut Lee adalah Profesor Tu Weiming. Seorang guru besar yang mengajar sejarah dan filsafat Tiongkok di Harvard University.

Profesor Tu ditugasi untuk mengajarkan etika Konfusius bagi siswa sekolah dan mahasiswa. Etika tersebut merupakan mata pelajaran wajib sebagai pendidikan moral dan etos kerja. Teori dan metoda yang dibuat Profesor Tu untuk generasi muda Singapura telah meneguhkan prinsip konglomerasi yang hebat untuk persaingan global.

Proyek spiritualitas ala Lee Kuan Yew juga menjadikan Singapura menjadi negara yang efektif dalam mencegah dan memberantas korupsi. Proyek diatas terbukti menjadi daya dorong yang hebat bagi pertumbuhan ekonomi Singapura. Proyek itu berhasil menggembleng generasi muda supaya tidak manja dan terlena. (TS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun