Universitas Indonesia Kendalikan Semangat Zaman, Menunggu Rektor Idaman
Publik melihat Universitas Indonesia tengah mengendalikan semangat zaman. Publik juga tahu seluruh civitas akademika UI, dari mahasiswa hingga para guru besarnya memiliki spirit dan komitmen yang luar biasa dalam menegakkan konstitusi dan menjaga demokrasi. Hal itu terbukti saat mereka bergandengan tangan bersama komponen bangsa yang lain melakukan aksi unjuk rasa besar-besaran di Gedung DPR/MPR bulan lalu.
Harapan publik untuk UI yang kini tengah memilih Rektor baru patut diperhatikan. Rektor idaman yang terpilih nantinya akan menjadi nahkoda UI dalam mengarungi persoalan bangsa yang kian pelik.
Universitas Indonesia adalah kampus modern, komprehensif, terbuka, multi budaya, dan humanis yang mencakup disiplin ilmu yang luas. UI saat ini secara simultan selalu berusaha menjadi salah satu universitas riset atau institusi akademik terkemuka di dunia. Sebagai universitas riset, upaya-upaya pencapaian tertinggi dalam hal penemuan, pengembangan dan difusi pengetahuan secara regional dan global selalu dilakukan. Sementara itu, UI juga memperdalam komitmen dalam upayanya di bidang pengembangan akademik dan aktivitas penelitian melalui sejumlah disiplin ilmu yang ada di lingkupnya.
UI secara aktif mengembangkan kerja sama global dengan banyak perguruan tinggi ternama dunia. Selain itu, UI saat ini juga memperkuat kerjasamanya dengan beberapa asosiasi pendidikan dan riset diantaranya: APRU (Association of Pacific Rim Universities) dengan peran sebagai Board of Director, AUN (ASEAN University Network), and ASAIHL (Association of South East Asia Institution of Higher Learning).
Visi yang tercantum dalam Statuta adalah: "Menjadi pusat ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan yang unggul dan berdaya saing, melalui upaya mencerdaskan kehidupan bangsa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga berkontribusi bagi pembangunan masyarakat Indonesia dan dunia".
Harapan publik kepada UI agar terus menggelorakan optimisme Indonesia. Lewat program konkret berupa gerakan Indonesia berkreasi dan berinovasi, gerakan Indonesia produktif hingga gerakan Indonesia mencapai supremasi peradaban dan Iptek dunia oleh putra-putri bangsa.
Tanpa energi optimisme rakyat, maka negara ini akan terus terpuruk. UI memiliki peran strategis untuk menyadarkan bahwa Indonesia adalah negara besar dengan potensi luar biasa, namun belum didayagunakan seoptimal mungkin.
Segenap Civitas Akademika UI mesti mampu berperan mewujudkan gerakan Indonesia kreatif dan inovatif. Segenap dosen dan Guru Besar mesti bisa mendorong kegiatan kreatif apapun bentuknya hingga menjadi entitas ekonomi yang tangguh.
Saatnya UI menjadi akselerator Demokratisasi Iptek. Menyiapkan SDM tanpa mewujudkan demokratisasi teknologi tidak akan optimal. Generasi Z dan milenial Indonesia sebagian besar hanya menjadi obyek produk teknologi dari luar negeri. Generasi muda semakin kecanduan konsumerisme produk teknologi tanpa berdaya menumbuhkan nilai tambahnya.
UI perlu memperhatikan kebutuhan ruang kreativitas dan inovasi segenap generasi muda bangsa. Sehingga proses demokratisasi teknologi nantinya bisa terwujud. Apalagi tren menunjukkan bahwa korporasi dunia sedang menekankan inisiatif dan program demokratisasi teknologi. Kini korporasi global tengah menumbuhkan jiwanya sebagai perusahaan kuat yang bisa mendemokratisasi teknologi untuk warga dunia. Sementara korporasi besar dan perusahaan startup di Indonesia yang kebanyakan dimiliki oleh modal asing masih enggan melakukan demokratisasi teknologi kepada masyarakat khususnya para pemuda.
Dalam situasi dunia saat ini yang sedang dilanda "The Great Disruption", dibutuhkan kepemimpinan yang mampu mengatasi persoalan secara detail. Dunia sedang dilanda disrupsi. Hal itu bisa kita simak dalam buku "The Great Disruption". Ada dua buku yang memakai judul tersebut, tetapi dengan pengarang yang berbeda. Kedua buku itu, baik karangan Francis Fukuyama maupun karangan Paul Gilding telah menjadi referensi dunia untuk mengantisipasi dan mengatasi krisis.
Beberapa analis dunia yang tersohor seperti Paul Krugman dan Thomas L Friedman telah mengapresiasi buku Paul Gilding itu sebagai bahan yang penting bagi pemimpin dunia dalam menghadapi krisis. Buku tersebut menggambarkan bahwa planet bumi saat ini sedang mengalami perubahan ekologi yang dramatis dan kapitalisme pasar global yang tidak menjanjikan lagi.
Pada prinsipnya sistem negara dan sumber daya sedang menuju ke suatu sistem yang saling terkait (interconnected) dan dilengkapi berbagai instrumen yang cerdas ( intelligent). Sistem tersebut semakin membuat gaya kepemimpinan seorang pemimpin menjadi artikulatif. Sehingga faktor-faktor manajerial lebih terkelola dengan cepat. Seperti faktor penentu keberhasilan (critical success factor), management by exception dan pemampatan informasi (information compression) bisa lebih baik.
Pada saat ini pemerintahan di muka bumi membutuhkan tim tangguh untuk mengakselerasikan kebijakannya sehingga melahirkan energi kolektif yang luar biasa. Tim tangguh itu harus bisa membantu menciptakan efektivitas pemerintahan sekaligus merupakan tim super yang ditunjang oleh expert system yang canggih.
Dalam tataran korporasi di Amerika Serikat tim super di atas biasa disebut dengan istilah skunk works. Tim itu merupakan staf khusus yang ditugaskan untuk menciptakan efektivitas organisasi dan mengembangkan proyek terobosan yang bisa menjadi motivasi kebangsaan. Dalam sejarahnya metode Skunk Works pertama diciptakan oleh Clarence Kelly Johnson dari Lockheed Aerospace Corporation. Pemerintah Amerika Serikat terus mempertahankan eksistensi Skunk Works sebagai tim nasional yang bertugas membuat berbagai terobosan dalam situasi krisis dan genting.
Saatnya Universitas Indonesia bisa tampil sebanyak-banyaknya menjadi skunk works pembangunan. Agar bangsa ini bisa melakukan lompatan kemajuan yang fantastis. Mencetak generasi emas Indonesia tidak semudah membalikkan tangan. Harus ada usaha keras untuk melepas belenggu sistem pendidikan nasional lalu dibutuhkan inisiatif jitu yang sesuai semangat zaman. Karena pendidikan menjadi kunci kemajuan dan cara terbaik untuk meningkatkan martabat bangsa.
Proses pendidikan mestinya tidak terjebak dalam rutinitas dan formalitas belaka. Tetapi harus ada terobosan yang bersifat inovatif, kreatif dan transformatif dalam hal mencetak generasi emas menuju bangsa yang maju.
UI jangan berpangku tangan, pada saat ini semakin banyaknya lembaga perguruan tinggi di luar negeri yang menerbitkan obligasi dan bekerja sama dengan lembaga keuangan. Tak bisa dimungkiri, metode pendanaan pendidikan di berbagai belahan dunia saat ini telah sampai di titik yang efektif.
Skema pembiayaan pendidikan dengan cara komersial, termasuk peluang pemerintah daerah dan perguruan tinggi untuk menerbitkan surat obligasi guna menutup biaya operasional, pengembangan infrastruktur, hingga pemberian beasiswa dan skema kredit mahasiswa telah menjadi agenda penting di negara maju. Bahkan publik di Amerika Serikat menilai bahwa risiko obligasi terbitan perguruan tinggi terbilang kecil. Universitas Indonesia tidak boleh ketinggalan. (TS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H