Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Faisal Basri, Buah Pikirnya Menjadi Pedoman Kebangsaan "The Indonesian Way"

6 September 2024   13:24 Diperbarui: 6 September 2024   19:10 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Ekonom Faisal Basri menjadi salah satu saksi ahli. (Foto: KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO)

Faisal Basri meninggal dunia, menimbulkan duka yang mendalam bagi para aktivis pekerja/buruh, mahasiswa dan aktivis pro demokrasi di Indonesia. Faisal Basri adalah intelektual publik yang selalu memberikan pedoman kebangsaan "the Indonesian Way".

Ekonom kelahiran Bandung pada 6 November 1959 ini tidak pernah menolak jika diundang atau dimintai tolong untuk memberikan pengarahan atau melakukan orasi saat kaum buruh sedang unjuk rasa. 

Dia juga sering menjadi pembela atau saksi ahli di pihak serikat pekerja jika terjadi sengketa hubungan industrial atau sengketa pengupahan. 

Saat kaum buruh melakukan perlawanan terhadap UU Cipta Kerja, Faisal Basri menjadi nara sumber utama bersama para akademisi lainnya.

Sangat banyak tulisan atau artikel Faisal Basri yang tersebar dalam berbagai media dan forum seminar. Semua itu telah menjadi bunga rampai pedoman kebangsaan The Indonesian Way. 

Artikelnya selalu bernas, analitis dan akurat saat membedah berbagai persoalan bangsa. Memihak kepentingan rakyat menjadi ciri khas tulisan Faisal Basri. 

Baginya kepentingan bangsa Indonesia adalah segalanya dan mesti ditempatkan paling atas jika membahas tentang sumber daya alam (SDA) bangsa yang kini tengah dikeruk besar-besaran oleh asing. Seperti masalah pertambangan minerba ( mineral dan batubara ).

Tulisan dan pendapat Faisal Basri terkait usaha pertambangan yang dilakukan oleh pihak asing dan cenderung merugikan bangsa Indonesia kedepan menjadi pedoman publik dan menambah khazanah ilmu pengetahuan. 

Faisal sangat gigih mempertahankan prinsipnya dan tidak bisa dirayu oleh kapitalis komprador. Keteguhan jiwa dan daya kritisnya menjadi pupuk demokratisasi di Indonesia.

Ibu Pertiwi sangat kehilangan putra terbaiknya. Ilmuwan yang bernafas kerakyatan. Selain sebagai ekonom jempolan, Faisal merupakan sosok profesional yang memiliki idealisme yang tinggi dan mampu mempertahankan adagium jati diri seorang profesional. Yakni "I am what I am". Sebagai seorang profesional murni dirinya mampu mengatasi segala godaan transaksional dalam teritori politis.

Dalam berbagai kesempatan cucu dari Wakil Presiden RI Adam Malik itu mampu menjadi navigator bagi bangsanya dan dan mampu menciptakan problem solving kerakyatan. Namun problem solving itu kerap kali tidak disukai oleh penguasa dan kapitalis komprador.

Buku, artikel, makalah dan ulasan Faisal Basri menjadi referensi dan pedoman perjalanan Indonesia kedepan. Pemikiran dan konsepnya berbekal sejuta akal dalam mengatasi masalah bangsa sehingga bisa lebih cepat dan lebih detail. 

Itu semua bisa dikatakan sebagai The Indonesian Way yang menjadi grand strategy perekonomian serta mendorong sense of detail dari para penyelenggara negara.

Faisal Basri sedang membela serikat pekerja dalam persidangan terkait pengupahan (dok FSP LEM SPSI)
Faisal Basri sedang membela serikat pekerja dalam persidangan terkait pengupahan (dok FSP LEM SPSI)

Pemikiran Faisal Basri juga menjadi kalibrator bagi pengkaji mazhab pembangunan dan kubu-kubuan praktisi pembangunan. Seperti mazhab Widjojonomics, Habibienomics, Jokowinomics, dan sebentar lagi Prabowonomics.

Sepak terjang dan pemikiran Faisal Basri sangat relevan dengan kondisi Indonesia yang membutuhkan inisiatif besar untuk menghadapi persaingan dan disrupsi teknologi, Dia juga sangat getol mendorong terjadinya regenerasi politik Indonesia kepada politisi muda. 

Menurutnya sangat ironis, justru pada era bonus demografi, regenerasi politisi muda di Indonesia belum menggembirakan akibat sistem kepartaian yang masih dicengkeram oleh nepotisme dan dinasti politik. Selain itu masih lemahnya kekuatan narasi para politisi.

Tekad dan semangat Faisal Basri untuk mewujudkan kelangsungan regenerasi dan terbentuknya narasi politik kaum muda perlu dilanjutkan. 

Karena sangat relevan dengan hasil pengukuran indeks yang dilakukan Economist Intelligence Unit Democracy Index tahun 2022 yang menempatkan Indonesia pada urutan ke-101 dari 147 negara yang disurvei dalam hal regenerasi politik.

Tren dunia menunjukkan bahwa regenerasi dan kekuatan narasi para politisi muda kian meningkat. Pemimpin bangsa di dunia saat ini semakin belia. 

Dan latar belakang pemimpin muda dunia semakin terbebas dari unsur dinasti dan nepotisme. Politisi muda dunia semakin memiliki kekuatan narasi untuk merebut kekuasaan dalam sistem demokrasi. 

Politik narasi kini menjadi senjata yang ampuh bagi politisi muda untuk merebut kekuasaan. Bahkan kekuataan narasi kini sangat menentukan ekosistem politik di Amerika Serikat dan merupakan cara yang ampuh untuk mengalahkan oligarki, jejaring pelobi dan politik dinasti.

Sejarah Indonesia sebenarnya diwarnai dengan kehebatan para aktivis muda pada awal kemerdekaan, seperti yang ditunjukkan oleh Adam Malik, sang kekek Faisal Basri. 

Layar sejarah telah menyajikan lakon, betapa belia politisi dan pemimpin Indonesia tempo dulu. Dalam usia yang sangat belia mereka telah malang melintang, dan jatuh bangun dalam perjuangan politik. Hebatnya lagi, meski belia namun kekuatan narasi dan tradisi intelektual mereka telah mencapai tingkat kematangan.

Kita bisa membaca jejak sejarah, dalam usia yang sangat belia Soekarno sebagai intelektual publik menulis Indonesia Menggugat yang menggetarkan dunia. 

M. Natsir menulis beberapa artikel ideologis dan kemudian dikumpulkan dalam Capita Selecta yang mencerahkan kehidupan demokrasi pada saat itu. 

Hatta menulis Indonesia Merdeka dan sederet tulisan lainnya. Sjahrir menulis Renungan dalam Tahanan. Mereka adalah aktivis belia sekaligus intelektual publik yang benar-benar mengagumkan. (TS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun